Tunisia Tangkap 12 Gerilyawan

Jum'at, 03 Juli 2015 - 08:56 WIB
Tunisia Tangkap 12 Gerilyawan
Tunisia Tangkap 12 Gerilyawan
A A A
TUNIS - Otoritas keamanan Tunisia menangkap 12 orang yang diduga terkait penyerangan di hotel Sousse. Mereka juga masih memburu dua tersangka lain yang ikut dalam pelatihan bersama pelaku teror.

Sebanyak 38 warga asing, mayoritas wisatawan Inggris, tewas dalam serangan yang berlangsung pada Jumat (26/6). Pelaku penembakan ditembak polisi. Serangan itu menambah deretan teror di Tunisia. Maret lalu juga dua penembak membunuh 21 orang di Museum Bardo, Tunisia.

”Kelompok gerilyawan itu dilatih di Libya. Mereka memiliki tujuan yang sama. Dua orang menyerang Museum Bardo dan satu lagi menyerang Hotel Sousse,” kata Lazhar Akremi, menteri untuk hubungan parlemen, kepada reporter pada Rabu (1/7) malam waktu setempat, dikutip Reuters.

”Saat ini polisi masih memburu dua orang tersangka lain,” imbuhnya. Akremi mengungkapkan, 12 tersangka sudah ditangkap sejak serangan pada Jumat lalu. Tragedi itu merupakan pembunuhan massal terburuk dalam sejarah modern Tunisia. Apalagi, serangan tersebut dilakukan oleh gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menguasai sebagian besar Irak dan Suriah.

Kendati demikian, pelaku serangan bukan buronan atau gerilyawan yang diincar polisi Tunisia. Hal berbeda diungkapkan Kamel Jenboubi, Menteri Urusan Keamanan Libya. Dia mengatakan, delapan orang yang terkait pelaksanaan serangan tersebut, termasuk seorang perempuan, berhasil ditangkap.

”Pasukan keamanan mampu membongkar dan menghancurkan jaringan di belakang operasi teror tersebut,” kata Jendoubi, dikutip AFP . Karena 30 korban tewas adalah warga Inggris, Jendoubi mengungkapkan, pemerintahan Perdana Menteri (PM) David Cameron ikut dalam penyelidikan tersebut. ”Sebagai bagian dari kerja sama antara Tunisia dan Inggris, 10 penyidik Inggris ikut dalam penyelidikan,” sebutnya.

Serangan tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa berusia 23 tahun bernama Seifeddine Rezgui. Dia menggunakan senapan Kalashnikov di resor Pelabuhan El Kantoui, selatan Tunis. Tragedi itu menjadi serangan yang paling banyak menelan korban jiwa warga Inggris paling besar sejak bom London pada Juli 2005. Sejak serangan tersebut Pemerintah Tunisia meningkatkan pengamanan di sekitar hotel, pantai, dan destinasi wisata.

Sebelumnya Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi mengakui pasukan keamanan memang tidak memberikan jaminan keamanan di lokasi wisata meskipun ada ancaman gerilyawan terhadap turis.

Arvin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0964 seconds (0.1#10.140)