Revisi Pertumbuhan karena Perekonomian Melambat

Selasa, 30 Juni 2015 - 08:51 WIB
Revisi Pertumbuhan karena Perekonomian Melambat
Revisi Pertumbuhan karena Perekonomian Melambat
A A A
TAHUN ini PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menargetkan pertumbuhan pendapatan 7-9%, lebih rendah dibanding target semula, 11%. Target tersebut direvisi setelah melihat kondisi perekonomian nasional yang melambat dalam beberapa bulan terakhir.

”Perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan pada tahun ini sama seperti 2014. Walaupun secara makro banyak sekali tantangan, perseroan mencoba mempertahankan minimal seperti 2014 dengan kenaikan pendapatan 7-9%,” ujar Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Vidjongtius seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dia mengakui, industri farmasi masih tergantung impor bahan baku sehingga gejolak nilai tukar rupiah merupakan komponen yang penting. ”Kalau hitungan kami, setiap terjadi pelemahan rupiah sebesar 10% itu dampak ke cost kita naik 3-4%. Kalau rupiah stabil kita tidak berdampak ke cost, cuma kalau melemah 5% saja pasti ada dampak sekitar 1,5-2%,” katanya.

Dia menjabarkan, dengan meningkatnya biaya produksi, tidak tertutup kemungkinan bakal ada kenaikan harga produk dalam divisi produk kesehatan termasuk obat bebas minuman kesehatan dan minuman energi. ”Divisi produk kesehatan itu terjadi kenaikan harga sekitar 3- 4%, sedangkan untuk obat resep, dan nutrisi tidak naik,” paparnya. Sementara itu, Kalbe Farma tahun ini berencana membagikan dividen tunai Rp19 per lembar saham.

Dividen terebut akan di bagikan sebesar 43% dari perolehan laba bersih atau sekitar Rp890 miliar. ”Angka itu sama dengan 43% dari total laba yang didapat pada 2014. Tahun ini besaran dividen lebih baik dari tahun lalu dengan total Rp890 miliar,” ujar Vidjongtius. Dia melanjutkan, kinerja perusahaan pada tahun lalu dinilai cukup baik, di tengah pergerakan ekonomi makro yang melemah.

Dia melihat banyak dampak perkembangan makro yang cukup menantang. ”Keadaan ini menuntut perseroan untuk mempertahankan kinerja,” ucapnya. Pada tahun ini juga perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex ) sebesar Rp1-1,1 triliun. Dana capex tersebut 100% berasal dari kas internal perseroan. Dana ini akan dialokasikan untuk penambahan kapasitas produksi perseroan.

”Jadi kapasitas untuk obat resep akan tetap fokus di daerah Cikarang, jadi di sana kita sudah punya tanah, sudah ada lokasinya baik itu pabrik yang sudah ada maupun penambahan pabrik baru,” bebernya. Di sisi lain, perseroan saat ini sedang membangun pabrik susu yang berada di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Sebelumnya, perseroan telah memiliki dua pabrik susu yang berada di wilayah Cikampek, Purwakarta.

”Kita hampir selesai membangun pabrik susu yang di Sukabumi, ditargetkan akan selesai pada semester dua. Dan pabrik ini bisa bertahan untuk tiga tahun ke depan,” katanya. Selain untuk penambahan kapasitas, perseroan juga menganggarkan dana belanja modal untuk distribusi.

Pasalnya, perseroan meliat peluang distribusi lebar, terutama di wilayah Indonesia timur. ”Di wilayah timur, perseroan berencana membuka kantor cabang, kantor penjualan (sales office ), bisa satu atau tiga dalam tahun ini,” tambahnya.

Arsy ani s
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3372 seconds (0.1#10.140)