Eropa Luncurkan Satelit Tercanggih
A
A
A
Roket Vega tanpa manusia meluncur dari Kourou, French Guiana, awal pekan ini untuk menempatkan satelit canggih pemantau Bumi ke orbit.
Terbang untuk kelima kali, roket Vego empat tahap, lepas landas pada pukul 9.52 malam waktu setempat pada Senin (22/6), membawa satelit Sentinel-2A buatan Eropa.
Satelit itu merupakan anggota baru dalam proyek observasi Bumi, Copernicus, bernilai miliaran euro. Dari orbitnya setinggi 786 kilometer di atas permukaan Bumi, Sentinel- 2A didesain untuk mengambil gambar resolusi tinggi, berwarna, dan foto inframerah untuk berbagai studi lingkungan, termasuk dalam memperkirakan masa panen dan memonitor berbagai bencana alam.
Satelit pertama dalam proyek itu diluncurkan pada April 2014. Rencananya Eropa akan menempatkan tujuh satelit dalam proyek tersebut. Sentinel-1A dilengkapi dengan sejumlah radar yang dapat memonitor es di laut, tumpahan minyak, dan penggunaan lahan, bahkan saat langit tertutup awan. Hal itu lantaran satelit ini memiliki radar penembus awan.
Sentinel-2A akan beroperasi bersama satelit lain yang akan diluncurkan pada 2016, membawa peralatan gambar teknologi tinggi yang dapat menangkap spektrum warna yang lebih luas dibandingkan satelitsatelit sebelumnya seperti Spot 5 milik Prancis atau satelit Landsat milik Amerika Serikat (AS). ”Kita memiliki tidak hanya semua warna yang terlihat tapi juga inframerah, yang sangat bagus untuk memonitor vegetasi,” tutur Volker Liebig, direktur program Observasi Bumi ESA pada kantor berita Reuters.
Sentinel-2A didesain untuk menangkap 290 kilometer petak lahan di Bumi dan mengunjungi titik yang sama di planet ini setiap 10 hari, memberikan gambar-gambar terbaru dan resolusi lebih tinggi dibandingkan yang telah ada sebelumnya. Satelit berbobot 1,1 ton itu didesain untuk mengitari bumi setiap 100 menit, memberikan gambar-gambar dengan resolusi 10 meter.
Setelah kembarannya, Sentinel-2B, beroperasi tahun depan, satelit itu akan mampu terbang di atas bumi dan mengambil gambar di lokasi yang sama setiap lima hari. Gambar-gambar itu akan digunakan untuk berbagai program, termasuk mencari lokasi untuk kampkamp pengungsi saat krisis kemanusiaan terjadi, monitoring kerusakan atau pertambahan hutan dan memperkirakan kebutuhan pupuk dan air untuk produksi pertanian yang efisien.
Liebig menjelaskan, ESA sangat aktif bekerja sama dengan programprogram internasional untuk memperkirakan panen sehingga Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) dapat mengantisipasi kebutuhan dan menghindari kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan kenaikan harga pangan.
”Jika Anda memiliki informasi dua bulan lebih awal, Anda dapat merencanakan pengiriman pangan. Jika hanya ada waktu dua pekan, itu sangat sulit,” katanya. Sentinel-2 didesain dan dibangun oleh konsorsium sekitar 60 perusahaan yang dipimpin Airbus Defence and Space. Uni Eropa dan Badan Antariksa Eropa (ESA) berkomitmen mendanai sekitar USD9,46 juta untuk program Copernicus hingga 2020.
Copernicus menggantikan Envisat, salah satu satelit lingkungan paling sukses dalam sejarah yang misinya berakhir pada 2012. Program terbaru ini awalnya disebut Global Monitoring for Environment and Security (GMES), tapi dinamai ulang pada 2013 untuk menghormati astronom abad 16 asal Polandia bernama Nicolaus Copernicus yang menyatakan, Bumi mengitari Matahari dan bukan sebaliknya, seperti diyakini banyak orang saat itu.
Sentinel-3
Setelah satelit Sentinel-1 dan Sentinel- 2 beroperasi seluruhnya, program Copernicus akan meluncurkan Sentinel- 3. Pada 14 April 2008 ESA dan Thales Alenia Space menandatangani kontrak senilai 305 juta euro untuk membangun Sentinel-3 di Cannes Mandelieu Space Center. Platform satelit itu dikirim ke Prancis untuk perakitan komponen akhir pada 2013.
Sistem komunikasinya diselesaikan di Thales Alenia Space España pada awal 2014. Tujuan utama misi Sentinel-3 ialah mengukur topografi permukaan laut, suhu permukaan tanah dan laut, serta warna permukaan darat dan laut dengan akurat untuk mendukung sistem perkiraan samudra dan untuk pengamatan iklim dan lingkungan.
Sentinel-3 dibangun untuk menggantikan pendahulunya, satelit ERS-2 dan Envisat. Data yang hampir real time akan disediakan untuk perkiraan samudra, pemetaan es di laut, dan layanan keamanan maritim berdasarkan kondisi permukaan laut, termasuk suhu permukaan, ekosistem laut, kualitas air dan pengawasan polusi.
Sepasang satelit Sentinel-3 akan memperpendek waktu kunjungan ulang di lokasi yang sama menjadi kurang dari dua hari untuk instrumen OLCI dan kurang dari sehari untuk SLSTR di garis khatulistiwa. Orbit satelit menyediakan 27 hari pengulangan untuk paket topografi, dengan subsiklus empat hari.
Tujuan misi Sentinel-3 ialah mengukur topografi permukaan laut, ketinggian permukaan laut dan ketinggian ombak; suhu permukaan darat dan laut; mengukur warna permukaan darat dan laut; monitor topografi es di darat dan laut; monitor polusi dan kualitas air laut; monitor air di darat, termasuk sungai dan danau; perkiraan cuaca laut; monitoring dan modelling iklim; monitoring perubahan penggunaan lahan; pemetaan hutan; deteksi kebakaran; perkiraan cuaca; mengukur radiasi panas Bumi untuk studi atmosfer.
Agar sukses menjalankan misinya, Sentinel-3 dilengkapi berbagai instrumen penginderaan. Berbagai instrumen itu adalah SLSTR (Sea and Land Surface Temperature Radiometer) yang akan mengukur suhu permukaan laut global dengan akurasi lebih baik dari 0,3 derajat Celsius. Instrumen ini mengukur sembilan spektrum channel dan dua tambahan band untuk monitoring kebakaran.
Instrumen lain adalah OLCI (Ocean and Land Colour Instrument) yang menggunakan lima kamera untuk hasil gambar lebih lebar. SRAL (SAR Altimeter) yakni instrumen topografi utama yang menghasilkan topografi akurat untuk es di laut, sungai, dan danau. Instrumen DORIS merupakan penerima untuk positioning orbit.
MWR (MicrowaveRadiometer) mengukur uap air dan kandungan air di awan, serta radiasi termal yang dipancarkan Bumi. LRR (Laser Retroreflector ) digunakan untuk secara akurat menempatkan satelit menggunakan sistem laser. Adapun, GNSS (Global Navigation Satellite System) dapat melacak sejumlah satelit secara bersamaan.
Syarifudin
Terbang untuk kelima kali, roket Vego empat tahap, lepas landas pada pukul 9.52 malam waktu setempat pada Senin (22/6), membawa satelit Sentinel-2A buatan Eropa.
Satelit itu merupakan anggota baru dalam proyek observasi Bumi, Copernicus, bernilai miliaran euro. Dari orbitnya setinggi 786 kilometer di atas permukaan Bumi, Sentinel- 2A didesain untuk mengambil gambar resolusi tinggi, berwarna, dan foto inframerah untuk berbagai studi lingkungan, termasuk dalam memperkirakan masa panen dan memonitor berbagai bencana alam.
Satelit pertama dalam proyek itu diluncurkan pada April 2014. Rencananya Eropa akan menempatkan tujuh satelit dalam proyek tersebut. Sentinel-1A dilengkapi dengan sejumlah radar yang dapat memonitor es di laut, tumpahan minyak, dan penggunaan lahan, bahkan saat langit tertutup awan. Hal itu lantaran satelit ini memiliki radar penembus awan.
Sentinel-2A akan beroperasi bersama satelit lain yang akan diluncurkan pada 2016, membawa peralatan gambar teknologi tinggi yang dapat menangkap spektrum warna yang lebih luas dibandingkan satelitsatelit sebelumnya seperti Spot 5 milik Prancis atau satelit Landsat milik Amerika Serikat (AS). ”Kita memiliki tidak hanya semua warna yang terlihat tapi juga inframerah, yang sangat bagus untuk memonitor vegetasi,” tutur Volker Liebig, direktur program Observasi Bumi ESA pada kantor berita Reuters.
Sentinel-2A didesain untuk menangkap 290 kilometer petak lahan di Bumi dan mengunjungi titik yang sama di planet ini setiap 10 hari, memberikan gambar-gambar terbaru dan resolusi lebih tinggi dibandingkan yang telah ada sebelumnya. Satelit berbobot 1,1 ton itu didesain untuk mengitari bumi setiap 100 menit, memberikan gambar-gambar dengan resolusi 10 meter.
Setelah kembarannya, Sentinel-2B, beroperasi tahun depan, satelit itu akan mampu terbang di atas bumi dan mengambil gambar di lokasi yang sama setiap lima hari. Gambar-gambar itu akan digunakan untuk berbagai program, termasuk mencari lokasi untuk kampkamp pengungsi saat krisis kemanusiaan terjadi, monitoring kerusakan atau pertambahan hutan dan memperkirakan kebutuhan pupuk dan air untuk produksi pertanian yang efisien.
Liebig menjelaskan, ESA sangat aktif bekerja sama dengan programprogram internasional untuk memperkirakan panen sehingga Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) dapat mengantisipasi kebutuhan dan menghindari kekurangan pangan yang dapat mengakibatkan kenaikan harga pangan.
”Jika Anda memiliki informasi dua bulan lebih awal, Anda dapat merencanakan pengiriman pangan. Jika hanya ada waktu dua pekan, itu sangat sulit,” katanya. Sentinel-2 didesain dan dibangun oleh konsorsium sekitar 60 perusahaan yang dipimpin Airbus Defence and Space. Uni Eropa dan Badan Antariksa Eropa (ESA) berkomitmen mendanai sekitar USD9,46 juta untuk program Copernicus hingga 2020.
Copernicus menggantikan Envisat, salah satu satelit lingkungan paling sukses dalam sejarah yang misinya berakhir pada 2012. Program terbaru ini awalnya disebut Global Monitoring for Environment and Security (GMES), tapi dinamai ulang pada 2013 untuk menghormati astronom abad 16 asal Polandia bernama Nicolaus Copernicus yang menyatakan, Bumi mengitari Matahari dan bukan sebaliknya, seperti diyakini banyak orang saat itu.
Sentinel-3
Setelah satelit Sentinel-1 dan Sentinel- 2 beroperasi seluruhnya, program Copernicus akan meluncurkan Sentinel- 3. Pada 14 April 2008 ESA dan Thales Alenia Space menandatangani kontrak senilai 305 juta euro untuk membangun Sentinel-3 di Cannes Mandelieu Space Center. Platform satelit itu dikirim ke Prancis untuk perakitan komponen akhir pada 2013.
Sistem komunikasinya diselesaikan di Thales Alenia Space España pada awal 2014. Tujuan utama misi Sentinel-3 ialah mengukur topografi permukaan laut, suhu permukaan tanah dan laut, serta warna permukaan darat dan laut dengan akurat untuk mendukung sistem perkiraan samudra dan untuk pengamatan iklim dan lingkungan.
Sentinel-3 dibangun untuk menggantikan pendahulunya, satelit ERS-2 dan Envisat. Data yang hampir real time akan disediakan untuk perkiraan samudra, pemetaan es di laut, dan layanan keamanan maritim berdasarkan kondisi permukaan laut, termasuk suhu permukaan, ekosistem laut, kualitas air dan pengawasan polusi.
Sepasang satelit Sentinel-3 akan memperpendek waktu kunjungan ulang di lokasi yang sama menjadi kurang dari dua hari untuk instrumen OLCI dan kurang dari sehari untuk SLSTR di garis khatulistiwa. Orbit satelit menyediakan 27 hari pengulangan untuk paket topografi, dengan subsiklus empat hari.
Tujuan misi Sentinel-3 ialah mengukur topografi permukaan laut, ketinggian permukaan laut dan ketinggian ombak; suhu permukaan darat dan laut; mengukur warna permukaan darat dan laut; monitor topografi es di darat dan laut; monitor polusi dan kualitas air laut; monitor air di darat, termasuk sungai dan danau; perkiraan cuaca laut; monitoring dan modelling iklim; monitoring perubahan penggunaan lahan; pemetaan hutan; deteksi kebakaran; perkiraan cuaca; mengukur radiasi panas Bumi untuk studi atmosfer.
Agar sukses menjalankan misinya, Sentinel-3 dilengkapi berbagai instrumen penginderaan. Berbagai instrumen itu adalah SLSTR (Sea and Land Surface Temperature Radiometer) yang akan mengukur suhu permukaan laut global dengan akurasi lebih baik dari 0,3 derajat Celsius. Instrumen ini mengukur sembilan spektrum channel dan dua tambahan band untuk monitoring kebakaran.
Instrumen lain adalah OLCI (Ocean and Land Colour Instrument) yang menggunakan lima kamera untuk hasil gambar lebih lebar. SRAL (SAR Altimeter) yakni instrumen topografi utama yang menghasilkan topografi akurat untuk es di laut, sungai, dan danau. Instrumen DORIS merupakan penerima untuk positioning orbit.
MWR (MicrowaveRadiometer) mengukur uap air dan kandungan air di awan, serta radiasi termal yang dipancarkan Bumi. LRR (Laser Retroreflector ) digunakan untuk secara akurat menempatkan satelit menggunakan sistem laser. Adapun, GNSS (Global Navigation Satellite System) dapat melacak sejumlah satelit secara bersamaan.
Syarifudin
(bbg)