Sekolah Kesederhanaan
A
A
A
Bagi muslim yang beriman, bulan Ramadan memiliki makna mendalam akan kemuliaan dan keberkahan. Puasa Ramadan ini adalah ibadah yang Allah sendiri menjadi juri atas apa yang kita lakukan.
Ibadah rahasia yang hanya diri kita dan Allah yang mengetahui. Sejauh mana perjuangan yang manusia lakukan untuk menahan diri dari segala larangan-Nya dan menjalankan segala Ramadan adalah bulan tarbiyah (syahru al-tarbiyah ) atau bulan pendidikan. Luasnya cakupan tarbiyah Ramadan meliputi semua dimensi dalam hidup dan kehidupan, baik tarbiyah jasadiyah, tarbiyah fikriyah, maupun tarbiyah qalbiyah.
Kesemuanya adalah bekal kehidupan umat Islam di dunia dan akhirat. Yang lebih penting lagi, pada masa pendidikan Ramadan ini kita dibimbing dan dilatih langsung oleh Allah SWT. Kita dilatih disiplin melaksanakan semua ibadah, dilatih menahan diri dari nafsu duniawi, juga dilatih makan dan minum yang halal dan baik. Dari sekian banyak hikmah Ramadan, yang sering terlupa adalah makna akan pentingnya hidup sederhana dan berbagi kepada sesama.
Melalui puasa Allah SWT mengajari kita untuk menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu, sebagaimana makna dasar tentang puasa. Di saat Ramadan, Islam tidak mengajarkan perilaku hidup konsumtif atau gaya hidup berlebihan. Sebaliknya, Ramadan melatih kita untuk hidup sederhana. Di tengah gelimang kekuasaan ekonomi dan teknologi era kini, kesederhanaan sebagai konsep dan perilaku tampak menjadi kata asing di rumah sendiri.
Kesederhanaan mulai tergusur dengan kemewahan dengan perbelanjaan (konsumtivisme) dan segudang aktivitas ekonomi lain. Kesederhanaan tidak hanya tecermin dalam gaya hidup, tetapi juga dalam pola pikir dalam mencari penghidupan. Seorang yang berpikiran sederhana tidak akan sampai melebihi batas kebutuhan hidup. Tuntutan dan keinginan akan selalu disesuaikan dengan kemampuan.
Sehingga tidak ada rasa ingin menguasai dan memiliki hak orang lain di luar haknya. Sebuah perkataan yang perlu dipikirkan adalah ”cukupkanlah hidupmu dengan penghasilanmu.” Artinya, dalam ranah perekonomian individu dan keluarga perlu adanya strategi pendanaan yang berakar pada pengendalian nafsu berbelanja dan membeli.
Melalui puasa Ramadan kita kembali belajar memilah antara perkara yang harus dilakukan, mana yang tidak. Mana yang harus dibeli, dan yang tidak perlu dibeli. Secara logis banyak sekali orang yang pahamperbedaan yang primer dan sekunder, akan tetapi rayuan nafsu mengalahkan logika untuk memilih satu di antara dua.
Karena itu, kesederhanaan mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan hati, nafsu, dan juga tawakal. Hidup sederhana artinya hidup dalam ukuran atau kadar yang wajar, tidak melebihi dan tidak mengurangi. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk hidup sederhana sebagai alat untuk menjaga keseimbangan dan pemerataan kekayaan yang adil di antara manusia.
Tujuannya jelas, agar tidak ada sekelompok orang kenyang sementara yang lain kelaparan. Membiasakan diri hidup sederhana, baik dalam pembicaraan, tingkah laku maupun dalam belanja konsumsi adalah sikap hidup yang utama dan menjadi pangkal keselamatan. Memilih hidup sederhana sama halnya dengan membangun benteng diri yang ampuh dalam menghadapi kehidupan, khususnya di abad modern yang sarat dengan problema, baik psikis, ekonomis, dan etis ini. Setujukah Anda?
ALI MASYKUR MUSA
Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
Ibadah rahasia yang hanya diri kita dan Allah yang mengetahui. Sejauh mana perjuangan yang manusia lakukan untuk menahan diri dari segala larangan-Nya dan menjalankan segala Ramadan adalah bulan tarbiyah (syahru al-tarbiyah ) atau bulan pendidikan. Luasnya cakupan tarbiyah Ramadan meliputi semua dimensi dalam hidup dan kehidupan, baik tarbiyah jasadiyah, tarbiyah fikriyah, maupun tarbiyah qalbiyah.
Kesemuanya adalah bekal kehidupan umat Islam di dunia dan akhirat. Yang lebih penting lagi, pada masa pendidikan Ramadan ini kita dibimbing dan dilatih langsung oleh Allah SWT. Kita dilatih disiplin melaksanakan semua ibadah, dilatih menahan diri dari nafsu duniawi, juga dilatih makan dan minum yang halal dan baik. Dari sekian banyak hikmah Ramadan, yang sering terlupa adalah makna akan pentingnya hidup sederhana dan berbagi kepada sesama.
Melalui puasa Allah SWT mengajari kita untuk menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu, sebagaimana makna dasar tentang puasa. Di saat Ramadan, Islam tidak mengajarkan perilaku hidup konsumtif atau gaya hidup berlebihan. Sebaliknya, Ramadan melatih kita untuk hidup sederhana. Di tengah gelimang kekuasaan ekonomi dan teknologi era kini, kesederhanaan sebagai konsep dan perilaku tampak menjadi kata asing di rumah sendiri.
Kesederhanaan mulai tergusur dengan kemewahan dengan perbelanjaan (konsumtivisme) dan segudang aktivitas ekonomi lain. Kesederhanaan tidak hanya tecermin dalam gaya hidup, tetapi juga dalam pola pikir dalam mencari penghidupan. Seorang yang berpikiran sederhana tidak akan sampai melebihi batas kebutuhan hidup. Tuntutan dan keinginan akan selalu disesuaikan dengan kemampuan.
Sehingga tidak ada rasa ingin menguasai dan memiliki hak orang lain di luar haknya. Sebuah perkataan yang perlu dipikirkan adalah ”cukupkanlah hidupmu dengan penghasilanmu.” Artinya, dalam ranah perekonomian individu dan keluarga perlu adanya strategi pendanaan yang berakar pada pengendalian nafsu berbelanja dan membeli.
Melalui puasa Ramadan kita kembali belajar memilah antara perkara yang harus dilakukan, mana yang tidak. Mana yang harus dibeli, dan yang tidak perlu dibeli. Secara logis banyak sekali orang yang pahamperbedaan yang primer dan sekunder, akan tetapi rayuan nafsu mengalahkan logika untuk memilih satu di antara dua.
Karena itu, kesederhanaan mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan hati, nafsu, dan juga tawakal. Hidup sederhana artinya hidup dalam ukuran atau kadar yang wajar, tidak melebihi dan tidak mengurangi. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk hidup sederhana sebagai alat untuk menjaga keseimbangan dan pemerataan kekayaan yang adil di antara manusia.
Tujuannya jelas, agar tidak ada sekelompok orang kenyang sementara yang lain kelaparan. Membiasakan diri hidup sederhana, baik dalam pembicaraan, tingkah laku maupun dalam belanja konsumsi adalah sikap hidup yang utama dan menjadi pangkal keselamatan. Memilih hidup sederhana sama halnya dengan membangun benteng diri yang ampuh dalam menghadapi kehidupan, khususnya di abad modern yang sarat dengan problema, baik psikis, ekonomis, dan etis ini. Setujukah Anda?
ALI MASYKUR MUSA
Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
(bbg)