Situs Gunung Sentono Dijarah Penebang Liar

Sabtu, 20 Juni 2015 - 12:39 WIB
Situs Gunung Sentono Dijarah Penebang Liar
Situs Gunung Sentono Dijarah Penebang Liar
A A A
BANTUL - Aksi penebangan liar pohon-pohon kayu keras terjadi di Gunung Sentono, Dusun Gunungkelir, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta. Beberapa warga sekitar menebang dan menjual kayu-kayu keras yang mereka klaim milik mereka.

Winardi Utomo, 80, warga yang tinggal di kaki bukit Gunung Sentono membenarkan adanya aksi penebangan tersebut. Beberapa jenis pohon keras seperti jati, sono keling, dan tanam lainnya telah banyak yang berkurang karena aksi penebangan itu. Warga yang menebang adalah warga yang mengklaim memiliki warisan dari tanah tersebut. Padahal, sejatinya tanah tersebut adalah milik keraton Ngayogyakarto karena merupakan Sultan Ground.

”Yang menebang itu katanya dulu mbahnya yang menanam. Padahal setahu saya, dulu tidak ada yang menanam wong ini tanah kekanjengan,” tutur laklaki renta ini. Aksi penebangan tersebut sudah berlangsung beberapa pekan yang lalu, namun kini sudah dihentikan oleh camat setempat karena belum mengantongi izin.

Winardi menduga, aksi penebangan itu bermula dari kabar adanya kesepakatan dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) yang akan menanami bukit tersebut dengan Sorgum dan Kemiri Sunan. Kini beberapa titik di Gunung tempat petilasan Ratu Malang yang merupakan peninggalan bersejarah dari Raja Amangkurat II sudah rusak. Pohon-pohon besar yang ada di kawasan itu sudah banyak ditebangi.

”Seminggu lalu, hampir setiap saat suara gergaji mesin selalu terdengar dan truk-truk lalu lalang ke sini,” ujar laki-laki yang memiliki rumah di jalur masuk situs tersebut. Camat Pleret Walkodri membenarkan adanya aksi penebangan liar yang dilakukan warga Gunungkelir tersebut. Dia sudah menghentikannya karena aksi para penebang pohon tidak berizin.

Jika warga yang melakukan penebangan mengklaim memiliki tanah tersebut, Walkodri sempat menanyakan kekancingan (izin dari keraton mengelola tanah) kepada mereka. ”Kalau mereka mengelola, mana bukti kekancingannya. Mereka tidak bisa menunjukkan hal tersebut,” ujarnya. Walkodri mengakui, memang akan ada kerja sama dengan UPN untuk menanami kawasan Gunung Sentono dengan beberapa tanaman produktif. Hanya, sampai saat ini belum ada hitam di atas putih dengan UPN.

Bahkan, dengan pemkab juga belum menandatangani kerja sama tersebut. Dia heran yang dilakukan warga dengan mengklaim lahan dan pohon-pohon tersebut milik mereka dan dengan seenaknya membabati pohon-pohon yang ada dengan alasan ada kerja sama dengan UPN, padahal penandatanganan kerja sama tersebut belum ada. ”Itu bisa dikatakan pembalakan liar, bisa merusak itu nantinya,” tandasnya.

Sementara itu, warga yang lain, Parjono, warga yang menebang pohon tersebut adalah warga yang selama ini mengelola tanah-tanah di Gunung Sentono. Kemungkinan besar, warga yang menebang pohon itu khawatir jika sudah ada kerja sama dengan UPN, pohon-pohon itu bukan milik mereka lagi.

Erfanto linangkung
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7149 seconds (0.1#10.140)