KRL Anjlok, Perjalanan Terganggu
A
A
A
JAKARTA - Rangkaian kereta rel listrik (KRL) Commuter Line anjlok di lintasan antara Stasiun Kebayoran-Pondok Ranji. Lebih dari lima jam operasional KRL Commuter Line lintas Tanah Abang-Maja hanya menggunakan satu jalur.
Akibatnya, terjadi penumpukan penumpang di setiap stasiun pada lintasan tersebut. Seorang penumpang KRL Commuter Line, Sali Pawiatan, menuturkan bahwa kemarin dirinya tiba di Stasiun Rawa Buntu sekitar pukul 11.25 WIB, tapi KRL baru datang sekitar pukul 12.30 WIB. Padahal, biasanya KRL datang setiap 15-30 menit sekali.
Pengguna KRL kemarin tidak hanya mengalami kedatangan KRL yang telat, perjalanan KRL juga lebih lambat dari biasanya. Dari Stasiun Rawa Buntu-Tanah Abang yang biasanya hanya 30-35 menit, kemarin membutuhkan waktu 1,5 jam. Dengan demikian, Sali dan penumpang lainnya pun tiba di Stasiun Tanah Abang sekitar pukul 14.00 WIB. ”Kereta sempat berhenti lama di Stasiun Pondok Ranji dan saat mau memasuki Stasiun Tanah Abang karena antre,” katanya kemarin.
Karyawan swasta di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ini juga menceritakan, di Stasiun Tanah Abang kepadatan penumpang terlihat lebih dari biasanya. Bahkan, kemarin sekitar pukul 18.30 WIB, penumpukan penumpang masih terjadi. ”Padahal, biasanya penumpukan penumpang terjadi pada pukul 17.00-18.00 WIB. Ini jam segini masih banyak karena kereta telat datang,” tandas ibu dua orang anak ini. Turaya Sari, penumpang lainnya, mengatakan, akibat keterlambatan KRL dirinya pun terlambat masuk kerja. Turaya yang harusnya masuk kerja pukul 12.00 WIB baru tiba di tempat kerja pukul 14.00 WIB.
”Kantor tidak mau tahu kenapa saya terlambat. Yang pasti, karena terlambat gaji saya dipotong,” ujar sales promotion girl (SPG) di salah satu mal di Jakarta Barat ini. Dia menuturkan, setelah dievakuasi ke Stasiun Pondok Ranji, dia bersama ratusan penumpang lainnya harus menunggu kedatangan KRL lain. Ketika satu KRL tiba, penumpang sudah sangat penuh sehingga dia memilih untuk menggunakan bus umum.
Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang bergantung perjalanannya pada KRL Commuter Line sebagai moda transportasi. Alasannya adalah kecepatan waktu tempuh. Melihat hal ini seharusnya PT KCJ bisa profesional dengan mengoperasikan armada yang kuat sehingga kejadian serupa tidak terulang. Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang. Pihaknya belum bisa memberikan keterangan mengenai penyebab anjloknya KRL Commuter Line.
Menurutnya, saat ada KRL anjlok yang paling utama dilakukan adalah perbaikan. Setelah dilakukan perbaikan, baru dicari apa penyebabnya. KRL yang anjlok sudah dibawa ke Depo Bukit Duri, Manggarai, Jakarta Selatan. ”Kita belum tahu penyebab kereta anjlok, kita fokus pada perbaikan agar penumpang tidak telantar,” tuturnya. Evamengatakan, setelahKRL anjlok pihaknya melakukan evakuasi penumpang dengan mendatangkan armada pengganti. Para penumpang selanjutnya diangkut ke Stasiun Pondok Ranji.
Setelah tiba di Stasiun Pondok Ranji pihaknya memberikan pilihan kepada penumpang untuktetapmenunggu KRLlainnya datang atau refund dan menggunakan moda transportasi lain ke tempat tujuan. Eva menjelaskan, KRL anjlok sekitar pukul 11.00 WIB dan sekitar pukul 16.00 WIB petugas sudah selesai melakukan perbaikan. Meski sudah dilakukan perbaikan, lalu lintas KRL di rute tersebut belum berjalan normal sepenuhnya. Kemungkinan penyebabnya adalah KRL yang melintas di lokasi kejadian diwajibkan memperlambat lajunya.
Koordinator KRL Mania Nurcahyo menyayangkan peristiwa anjloknya KRL karena bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya KRL anjlok juga pernah terjadi di lintasan Manggarai-Bekasi, tepatnya antara Stasiun Manggarai dengan Stasiun Jatinegara. Berkaca pada kejadian tersebut, seharusnya PT KCJ melalui Unit Jalan dan Jembatan melakukan inventarisasi lintasan yang rawan anjlok. Demikian bisa dilakukan upaya antisipasi. Bukan hanya perbaikan, melainkan pemeliharaan.
”Jika hanya menunggu maka pengguna yang akan dirugikan, baik dari segi waktu maupun dari segi biaya,” tuturnya. Nurcahyo mengatakan, ketika ada peristiwa KRL anjlok tentu berimbas kepada kelancaran perjalanan armada di belakangnya. PT KCJ memang mengalami kerugian akibat anjloknya KRL, tapi penumpang yang lebih dirugikan lagi atas kejadian itu.
Maka dari itu, KRL anjlok, yang harus dilakukan PT KCJ adalah pengumuman, baik di dalam gerbong maupun di stasiun, sehingga penumpang yang belum naik bisa memutuskan berganti moda transportasi lain.
Ridwansyah
Akibatnya, terjadi penumpukan penumpang di setiap stasiun pada lintasan tersebut. Seorang penumpang KRL Commuter Line, Sali Pawiatan, menuturkan bahwa kemarin dirinya tiba di Stasiun Rawa Buntu sekitar pukul 11.25 WIB, tapi KRL baru datang sekitar pukul 12.30 WIB. Padahal, biasanya KRL datang setiap 15-30 menit sekali.
Pengguna KRL kemarin tidak hanya mengalami kedatangan KRL yang telat, perjalanan KRL juga lebih lambat dari biasanya. Dari Stasiun Rawa Buntu-Tanah Abang yang biasanya hanya 30-35 menit, kemarin membutuhkan waktu 1,5 jam. Dengan demikian, Sali dan penumpang lainnya pun tiba di Stasiun Tanah Abang sekitar pukul 14.00 WIB. ”Kereta sempat berhenti lama di Stasiun Pondok Ranji dan saat mau memasuki Stasiun Tanah Abang karena antre,” katanya kemarin.
Karyawan swasta di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ini juga menceritakan, di Stasiun Tanah Abang kepadatan penumpang terlihat lebih dari biasanya. Bahkan, kemarin sekitar pukul 18.30 WIB, penumpukan penumpang masih terjadi. ”Padahal, biasanya penumpukan penumpang terjadi pada pukul 17.00-18.00 WIB. Ini jam segini masih banyak karena kereta telat datang,” tandas ibu dua orang anak ini. Turaya Sari, penumpang lainnya, mengatakan, akibat keterlambatan KRL dirinya pun terlambat masuk kerja. Turaya yang harusnya masuk kerja pukul 12.00 WIB baru tiba di tempat kerja pukul 14.00 WIB.
”Kantor tidak mau tahu kenapa saya terlambat. Yang pasti, karena terlambat gaji saya dipotong,” ujar sales promotion girl (SPG) di salah satu mal di Jakarta Barat ini. Dia menuturkan, setelah dievakuasi ke Stasiun Pondok Ranji, dia bersama ratusan penumpang lainnya harus menunggu kedatangan KRL lain. Ketika satu KRL tiba, penumpang sudah sangat penuh sehingga dia memilih untuk menggunakan bus umum.
Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang bergantung perjalanannya pada KRL Commuter Line sebagai moda transportasi. Alasannya adalah kecepatan waktu tempuh. Melihat hal ini seharusnya PT KCJ bisa profesional dengan mengoperasikan armada yang kuat sehingga kejadian serupa tidak terulang. Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang. Pihaknya belum bisa memberikan keterangan mengenai penyebab anjloknya KRL Commuter Line.
Menurutnya, saat ada KRL anjlok yang paling utama dilakukan adalah perbaikan. Setelah dilakukan perbaikan, baru dicari apa penyebabnya. KRL yang anjlok sudah dibawa ke Depo Bukit Duri, Manggarai, Jakarta Selatan. ”Kita belum tahu penyebab kereta anjlok, kita fokus pada perbaikan agar penumpang tidak telantar,” tuturnya. Evamengatakan, setelahKRL anjlok pihaknya melakukan evakuasi penumpang dengan mendatangkan armada pengganti. Para penumpang selanjutnya diangkut ke Stasiun Pondok Ranji.
Setelah tiba di Stasiun Pondok Ranji pihaknya memberikan pilihan kepada penumpang untuktetapmenunggu KRLlainnya datang atau refund dan menggunakan moda transportasi lain ke tempat tujuan. Eva menjelaskan, KRL anjlok sekitar pukul 11.00 WIB dan sekitar pukul 16.00 WIB petugas sudah selesai melakukan perbaikan. Meski sudah dilakukan perbaikan, lalu lintas KRL di rute tersebut belum berjalan normal sepenuhnya. Kemungkinan penyebabnya adalah KRL yang melintas di lokasi kejadian diwajibkan memperlambat lajunya.
Koordinator KRL Mania Nurcahyo menyayangkan peristiwa anjloknya KRL karena bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya KRL anjlok juga pernah terjadi di lintasan Manggarai-Bekasi, tepatnya antara Stasiun Manggarai dengan Stasiun Jatinegara. Berkaca pada kejadian tersebut, seharusnya PT KCJ melalui Unit Jalan dan Jembatan melakukan inventarisasi lintasan yang rawan anjlok. Demikian bisa dilakukan upaya antisipasi. Bukan hanya perbaikan, melainkan pemeliharaan.
”Jika hanya menunggu maka pengguna yang akan dirugikan, baik dari segi waktu maupun dari segi biaya,” tuturnya. Nurcahyo mengatakan, ketika ada peristiwa KRL anjlok tentu berimbas kepada kelancaran perjalanan armada di belakangnya. PT KCJ memang mengalami kerugian akibat anjloknya KRL, tapi penumpang yang lebih dirugikan lagi atas kejadian itu.
Maka dari itu, KRL anjlok, yang harus dilakukan PT KCJ adalah pengumuman, baik di dalam gerbong maupun di stasiun, sehingga penumpang yang belum naik bisa memutuskan berganti moda transportasi lain.
Ridwansyah
(ars)