Garuda Pesan 60 Pesawat Boeing
A
A
A
LE BOURGET - Perusahaan penerbangan PT Garuda Indonesia (persero) Tbk menandatangani kesepakatan dengan Boeing Commercial Airplanes untuk pengadaan 30 pesawat Boeing 787-900 Dreamliners, kemarin.
Kesepakatan juga mencakup pembelian 30 pesawat Boeing 737 MAX 8. Sebagai rencana strategis jangka panjang, maskapai pelat merah ini juga meneken letter of intent (LoI) dengan pabrikan Airbus untuk pembelian 30 unit pesawat A350 XWB. Kesepakatan Garuda dan Boeing terjadi di sela perhelatanParis Airshow diLe Bourget, Prancis. Pembelian 60 pesawat itu membutuhkan dana USD10,9 miliar atau setara Rp145,1 triliun.
Penandatanganan kesepakatan ini merupakan bagian dari program revitalisasi dan pengembangan armada Garuda untuk mendukung rencana peningkatan kapasitas serta jaringan penerbangan pada rute-rute jarak menengah dan jarak jauh. Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo mengatakan, langkah perseroan sekaligus sebagai wujud komitmen Garuda untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan penumpang melalui pengoperasian pesawat berusia rata-rata lima tahun.
”Terlaksananya kerja sama ini merupakan bentuk kepercayaan yang kuat sekaligus apresiasi dari mitra bisnis perusahaan, dalam hal ini Boeing terhadap Garuda Indonesia. Ini sejalan dengan keberhasilan Garuda sebagai global player dengan predikat five star airline dan menempati peringkat ketujuh dalam daftar The WorldThe Worlds Best Airline,” papar Arif dalam keterangan tertulisnya yang diterima KORAN SINDO kemarin.
Presiden dan CEO Boeing Commercial Airplanes Ray Conner mengungkapkan, Boeing dan Garuda telah menjadi mitra bisnisdalamindustri penerbangan selama lebih dari 35 tahun. Boeing, kata dia, merasa terhormatuntukmelanjutkankemitraan tersebut terutama dalam program pengembangan dan peremajaan armada Garuda.
”Penambahan pesawat B 787-900 Dreamliners dan B 737 MAX 8 dalam jajaran armada Garuda Indonesia tidak hanya akan meningkatkan kapabilitas dan daya saing maskapai, tetapi juga memberikan kenyamanan serta pengalaman terbang baru bagi para pengguna jasa Garuda Indonesia,” kata Ray.
Memanfaatkan desain yang mengutamakan kenyamanan penumpang, pesawat B787- 900 Dreamliners hadir dengan sejumlah fitur baru, antara lain pencahayaan LED yang modern, jendela penumpang dengan ukuran terbesar di industri saat ini, tingkat kelembapan yang lebih tinggi, tekanan udara kabin yang lebih rendah, dan udara ruang kabin yang lebih bersih. Pesawat seri 787 merupakan pesawat penumpang pertama yang menggunakan material komposit di konstruksinya.
Hal ini menjadikan badan pesawat lebih ringan sehingga dapat menghemat 20% penggunaan bahan bakar dan menghasilkan 20% emisi yang lebih rendah. Adapun pesawat B737 MAX 8 yang merupakan pengembangan dari B737-800NG menggabungkan teknologi mesin CFM International LEAP- 1B terbaru, sayap Advanced Technology dan peningkatan sejumlah fitur lainnya untuk memberikan efisiensi tertinggi serta meningkatkan keandalan dan kenyamanan penumpang di kelas armada single-aisle.
Pesawat ini juga memiliki keunggulan teknologi terbaru yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan biaya operasional. Selain itu, pesawat B737 MAX 8 juga dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan yang dapat menurunkan tingkat kebisingan dan emisi, sehingga sejalan dengan komitmen Garuda Indonesia untuk menjadi Green Airline.
Pengadaan Airbus
Garuda Indonesia telah menandatangani LoI dengan Airbus untuk pembelian 30 unit pesawat A350 XWB. Dengan kemampuan yang ditawarkan A350 XWB yakni terbang nonstop dari Jakarta atau Bali menuju Eropa, Garuda berencana menggunakan armada ini untuk mengembangkan layanan rute jarak menengah dan jauh.
”Menyusul kesuksesan kami dalam merevitalisasi operasi regional kami di Asia-Pasifik, kami akan memprioritaskan pengembangan jaringan penerbangan jarak jauh di tahun-tahun mendatang,” kata Arif Wibowo. Dia menjelaskan, dengan penghematan konsumsi bahan bakar, daya jangkau serta kabin yang ekstraluas, A350 XWB menjadi pilihan untuk memosisikan kembali Garuda sebagai maskapai premium yang memimpin di kelas penerbangan jarak jauh ke luar pasar Asia.
Atas rencana itu, Chief Operating Officer Customers Airbus John Leahy menyatakan kebanggaannya. Menurutnya, pesawat A350 XWB telah menetapkan standar baru untuk pasaran pesawat badan lebar berukuran sedang. ”Pesawat ini telah melampaui ekspektasi dalam layanannya bersama operator pertamanya. Kami tak sabar melihat A350 XWB terbang dengan corak Garuda Indonesia, seiring dengan usaha Garuda untuk memperluas jangkauannya ke berbagai destinasi baru di seluruh dunia,” katanya.
Perusahaan penerbangan Indonesia merupakan salah satu yang teragresif di dunia. Sebelum Garuda, maskapai Lion Air telah mengagetkan dunia ketika pada 18 November 2011 melakukan penandatanganan kesepakatan untuk pembelian 230 pesawat Boeing 737 900ER senilai USD21,3 miliar. Lion Air kembali mengguncang industri penerbangan ketika membeli 234 unit Airbus senilai USD24 miliar pada 18 Maret 2013.
Langkah spektakuler maskapai berlogo Singa itu diteruskan dengan membeli 40 pesawat baling-baling (turboprop) ATR- 72 600 buatan Aerei da Trasporto Regionale (ATR) asal Italia pada 27 November 2014 silam. Kontrak ini menjadikan Lion Air Group sebagai pemesan pesawat ATR-72 600 terbanyak dengan jumlah pesanan 100.
Layanan First Class
Rencana Garuda memborong puluhan Boeing dan Airbus merupakan konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Peremajaan pesawat dan perbaikan kualitas merupakan hal wajar bagi maskapai bintang lima sekelas Garuda.”Ini menunjukkan Garuda Indonesia sedang mempelajari kondisi yang tepat untuk layanan first class itu ada pada dua jenis pesawat itu, antara Airbus dan Boeing,” ujar pengamat penerbangan Gerry Soejatman.
Gerry menekankan bahwa letter of intent diartikan sebagai penjajakan atau dengan kata lain belum ada kesepakatan pembelian. Garuda, kata dia, sedang mempertimbangkan bahwa Airbus model tersebut dipandang cocok untuk rencana jangka panjang, terutama untuk memperluas rute jarak menengah dan jauh. ”Saya kira ini menjadi langkah setiap maskapai besar. Apalagi, untuk usia pesawat, tentu setiap maskapai juga perlu melakukan peremajaan sebagai langkah strategis,” ujar dia.
Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin M Said mengatakan, langkah Garuda sepatutnya didukungmenjelang opensky2015. Aksi korporasi itu sekaligus bagian dari rencana perseroan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan di tengah ketatnya kompetisi domestik dan global pada bisnis penerbangan. ”Yang penting, manajemennya bagus dan ada efisiensi dalam pembelian tersebut,” katanya.
Anton c/ syarifuddin/ichsan amin
Kesepakatan juga mencakup pembelian 30 pesawat Boeing 737 MAX 8. Sebagai rencana strategis jangka panjang, maskapai pelat merah ini juga meneken letter of intent (LoI) dengan pabrikan Airbus untuk pembelian 30 unit pesawat A350 XWB. Kesepakatan Garuda dan Boeing terjadi di sela perhelatanParis Airshow diLe Bourget, Prancis. Pembelian 60 pesawat itu membutuhkan dana USD10,9 miliar atau setara Rp145,1 triliun.
Penandatanganan kesepakatan ini merupakan bagian dari program revitalisasi dan pengembangan armada Garuda untuk mendukung rencana peningkatan kapasitas serta jaringan penerbangan pada rute-rute jarak menengah dan jarak jauh. Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo mengatakan, langkah perseroan sekaligus sebagai wujud komitmen Garuda untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan penumpang melalui pengoperasian pesawat berusia rata-rata lima tahun.
”Terlaksananya kerja sama ini merupakan bentuk kepercayaan yang kuat sekaligus apresiasi dari mitra bisnis perusahaan, dalam hal ini Boeing terhadap Garuda Indonesia. Ini sejalan dengan keberhasilan Garuda sebagai global player dengan predikat five star airline dan menempati peringkat ketujuh dalam daftar The WorldThe Worlds Best Airline,” papar Arif dalam keterangan tertulisnya yang diterima KORAN SINDO kemarin.
Presiden dan CEO Boeing Commercial Airplanes Ray Conner mengungkapkan, Boeing dan Garuda telah menjadi mitra bisnisdalamindustri penerbangan selama lebih dari 35 tahun. Boeing, kata dia, merasa terhormatuntukmelanjutkankemitraan tersebut terutama dalam program pengembangan dan peremajaan armada Garuda.
”Penambahan pesawat B 787-900 Dreamliners dan B 737 MAX 8 dalam jajaran armada Garuda Indonesia tidak hanya akan meningkatkan kapabilitas dan daya saing maskapai, tetapi juga memberikan kenyamanan serta pengalaman terbang baru bagi para pengguna jasa Garuda Indonesia,” kata Ray.
Memanfaatkan desain yang mengutamakan kenyamanan penumpang, pesawat B787- 900 Dreamliners hadir dengan sejumlah fitur baru, antara lain pencahayaan LED yang modern, jendela penumpang dengan ukuran terbesar di industri saat ini, tingkat kelembapan yang lebih tinggi, tekanan udara kabin yang lebih rendah, dan udara ruang kabin yang lebih bersih. Pesawat seri 787 merupakan pesawat penumpang pertama yang menggunakan material komposit di konstruksinya.
Hal ini menjadikan badan pesawat lebih ringan sehingga dapat menghemat 20% penggunaan bahan bakar dan menghasilkan 20% emisi yang lebih rendah. Adapun pesawat B737 MAX 8 yang merupakan pengembangan dari B737-800NG menggabungkan teknologi mesin CFM International LEAP- 1B terbaru, sayap Advanced Technology dan peningkatan sejumlah fitur lainnya untuk memberikan efisiensi tertinggi serta meningkatkan keandalan dan kenyamanan penumpang di kelas armada single-aisle.
Pesawat ini juga memiliki keunggulan teknologi terbaru yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan biaya operasional. Selain itu, pesawat B737 MAX 8 juga dilengkapi dengan teknologi ramah lingkungan yang dapat menurunkan tingkat kebisingan dan emisi, sehingga sejalan dengan komitmen Garuda Indonesia untuk menjadi Green Airline.
Pengadaan Airbus
Garuda Indonesia telah menandatangani LoI dengan Airbus untuk pembelian 30 unit pesawat A350 XWB. Dengan kemampuan yang ditawarkan A350 XWB yakni terbang nonstop dari Jakarta atau Bali menuju Eropa, Garuda berencana menggunakan armada ini untuk mengembangkan layanan rute jarak menengah dan jauh.
”Menyusul kesuksesan kami dalam merevitalisasi operasi regional kami di Asia-Pasifik, kami akan memprioritaskan pengembangan jaringan penerbangan jarak jauh di tahun-tahun mendatang,” kata Arif Wibowo. Dia menjelaskan, dengan penghematan konsumsi bahan bakar, daya jangkau serta kabin yang ekstraluas, A350 XWB menjadi pilihan untuk memosisikan kembali Garuda sebagai maskapai premium yang memimpin di kelas penerbangan jarak jauh ke luar pasar Asia.
Atas rencana itu, Chief Operating Officer Customers Airbus John Leahy menyatakan kebanggaannya. Menurutnya, pesawat A350 XWB telah menetapkan standar baru untuk pasaran pesawat badan lebar berukuran sedang. ”Pesawat ini telah melampaui ekspektasi dalam layanannya bersama operator pertamanya. Kami tak sabar melihat A350 XWB terbang dengan corak Garuda Indonesia, seiring dengan usaha Garuda untuk memperluas jangkauannya ke berbagai destinasi baru di seluruh dunia,” katanya.
Perusahaan penerbangan Indonesia merupakan salah satu yang teragresif di dunia. Sebelum Garuda, maskapai Lion Air telah mengagetkan dunia ketika pada 18 November 2011 melakukan penandatanganan kesepakatan untuk pembelian 230 pesawat Boeing 737 900ER senilai USD21,3 miliar. Lion Air kembali mengguncang industri penerbangan ketika membeli 234 unit Airbus senilai USD24 miliar pada 18 Maret 2013.
Langkah spektakuler maskapai berlogo Singa itu diteruskan dengan membeli 40 pesawat baling-baling (turboprop) ATR- 72 600 buatan Aerei da Trasporto Regionale (ATR) asal Italia pada 27 November 2014 silam. Kontrak ini menjadikan Lion Air Group sebagai pemesan pesawat ATR-72 600 terbanyak dengan jumlah pesanan 100.
Layanan First Class
Rencana Garuda memborong puluhan Boeing dan Airbus merupakan konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Peremajaan pesawat dan perbaikan kualitas merupakan hal wajar bagi maskapai bintang lima sekelas Garuda.”Ini menunjukkan Garuda Indonesia sedang mempelajari kondisi yang tepat untuk layanan first class itu ada pada dua jenis pesawat itu, antara Airbus dan Boeing,” ujar pengamat penerbangan Gerry Soejatman.
Gerry menekankan bahwa letter of intent diartikan sebagai penjajakan atau dengan kata lain belum ada kesepakatan pembelian. Garuda, kata dia, sedang mempertimbangkan bahwa Airbus model tersebut dipandang cocok untuk rencana jangka panjang, terutama untuk memperluas rute jarak menengah dan jauh. ”Saya kira ini menjadi langkah setiap maskapai besar. Apalagi, untuk usia pesawat, tentu setiap maskapai juga perlu melakukan peremajaan sebagai langkah strategis,” ujar dia.
Wakil Ketua Komisi V DPR Muhidin M Said mengatakan, langkah Garuda sepatutnya didukungmenjelang opensky2015. Aksi korporasi itu sekaligus bagian dari rencana perseroan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan di tengah ketatnya kompetisi domestik dan global pada bisnis penerbangan. ”Yang penting, manajemennya bagus dan ada efisiensi dalam pembelian tersebut,” katanya.
Anton c/ syarifuddin/ichsan amin
(ars)