Fokus Itu Penting
A
A
A
Mengatasi persoalan bangsa yang rumit memerlukan konsentrasi tinggi seorang pemimpin, cara kerja yang fokus dengan skala prioritas, serta dukungan tim yang kuat dan solid.
Tiga syarat itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketiganya adalah satu kesatuan yang saling memengaruhi satu sama lain. Jika satu di antara tiga faktor itu berjalan lambat, dua faktor lain akan terdampak. Teamwork yang solid dan bagus akan sulit melakukan eksekusi program-program yang bagus tanpa arahan yang jelas dari sang pemimpin.
Demikian sebaliknya, arahan yang tegas dan fokus dari sang pemimpin sulit terlaksana tanpa soliditas tim yang mampu menerjemahkan dan menjalankan instruksi tersebut. Situasi akan semakin runyam jika dua kondisi yang kurang baik terjadi: pemimpinnya tidak fokus dan timnya lemah dan tidak solid. Bisa dibayangkan betapa lamban dan tidak efisiennya kinerja organisasi dengan situasi seperti itu.
Anggota tim tidak paham apa yang harus dikerjakan dan kebingungan melihat tingkah laku sang pemimpin yang ternyata juga tidak fokus dan miskin prioritas dalam menyelesaikan masalah. Apa yang dilakukan hanya berdasarkan praduga-praduga yang dianggap sebagai kebenaran karena pernah sukses diterapkan dalam skala, ruang, dan waktu yang berbeda. Di sinilah pentingnya pemimpin dan tim dalam sebuah organisasi untuk memiliki mimpi yang sama.
Apa jadinya jika pemimpin mimpinya terbang ke bulan, tapi timnya bermimpi ingin terbang ke planet lain? Seorang diplomat senior pernah mengatakan Indonesia akan maju jika pemimpinya mampu mengajak seluruh komponen bangsa untuk bergerak menuju ke tujuan yang sama. Yang terjadi sekarang, antarkomponen bangsa tidak memiliki tujuan yang sama. Ada yang ingin Indonesia fokus pada pemberantasan korupsi saja, ada yang ingin membangun ekonomi saja, ada yang bilang yang penting demokrasi berjalan baik, yang lain akan mengikuti.
Ada juga yang bersikeras dan yakin pemimpin yang populer dan bersih adalah kunci menyelesaikan semua masalah. Tidak peduli soal pengalaman dan leadership yang mumpuni. Mari kita lihat apa yang sudah kita capai sejak reformasi digulirkan 1998. Sudah lima presiden yang diberi kesempatan memimpin Indonesia untuk mengisi Era Reformasi yang waktu itu dielu-elukan dunia. Reformasi Indonesia bahkan dinilai sebagai role model demokrasi di Asia bahkan dunia.
Begitu banyak tokoh-tokoh dunia yang memuji dan membanggakan Indonesia yang berhasil melaksanakan reformasi damai untuk menumbangkan rezim Orde Baru. Ibarat lingkungan kampus, Indonesia adalah mahasiswa yang sangat baik dan rajin mengikuti mata kuliah demokrasi model Barat. Saat ujian nilainya pun sempurna, A plus. Namun, ketika lulus si mahasiswa ini bingung karena dunia nyata jauh berbeda dengan teoriteori demokrasi yang mereka pelajari di kampus.
Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan oleh teori-teori itu. Bahkan tidak sedikit fakta di lapangan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran yang diyakini sebagai kebenaran mutlak itu. Inilah bedanya Indonesia dengan negara-negara tetangga dekat seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand maupun tetangga jauh seperti Korea Selatan, Jepang, dan China. Khusus dengan para tetangga dekat, Indonesia memiliki banyak kesamaan dan sedikit perbedaan.
Tapi, perbedaan yang sedikit itu cukup mencolok yaitu dari sisi kemajuan baik bidang ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, pariwisata, budaya, pembangunan teknologi, olahraga, dan sebagainya. Harus kita akui para tetangga dekat ini lebih baik dalam posisi itu. Padahal, sumber daya alam dan luas wilayah pasti kalah jauh dengan kita. Singapura adalah negara paling kecil di Asia Tenggara, tapi mereka harus membuat negerinya tidak dianggap kecil.
Mereka fokus membangun Singapura sebagai negara kota yang bersih, modern, berkepastian hukum, aman, dan sejahtera. Tujuannya agar negara lain memerlukan mereka. Demikian pulaThailand yang sempat diguncang gelombang politik dahsyat bertahun-tahun kini mencoba fokus kembali. Bagaimana kita?
Terus terang ada guratan kecemasan di ranah publik atas apa yang dilakukan pemerintah sekarang. Fokus dan skala prioritasnya belum kelihatan dan tim kabinetnya masih lemah. Yang positif adalah masyarakat kita yang masih berharap Indonesia akan lebih baik di masa depan.
Tiga syarat itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketiganya adalah satu kesatuan yang saling memengaruhi satu sama lain. Jika satu di antara tiga faktor itu berjalan lambat, dua faktor lain akan terdampak. Teamwork yang solid dan bagus akan sulit melakukan eksekusi program-program yang bagus tanpa arahan yang jelas dari sang pemimpin.
Demikian sebaliknya, arahan yang tegas dan fokus dari sang pemimpin sulit terlaksana tanpa soliditas tim yang mampu menerjemahkan dan menjalankan instruksi tersebut. Situasi akan semakin runyam jika dua kondisi yang kurang baik terjadi: pemimpinnya tidak fokus dan timnya lemah dan tidak solid. Bisa dibayangkan betapa lamban dan tidak efisiennya kinerja organisasi dengan situasi seperti itu.
Anggota tim tidak paham apa yang harus dikerjakan dan kebingungan melihat tingkah laku sang pemimpin yang ternyata juga tidak fokus dan miskin prioritas dalam menyelesaikan masalah. Apa yang dilakukan hanya berdasarkan praduga-praduga yang dianggap sebagai kebenaran karena pernah sukses diterapkan dalam skala, ruang, dan waktu yang berbeda. Di sinilah pentingnya pemimpin dan tim dalam sebuah organisasi untuk memiliki mimpi yang sama.
Apa jadinya jika pemimpin mimpinya terbang ke bulan, tapi timnya bermimpi ingin terbang ke planet lain? Seorang diplomat senior pernah mengatakan Indonesia akan maju jika pemimpinya mampu mengajak seluruh komponen bangsa untuk bergerak menuju ke tujuan yang sama. Yang terjadi sekarang, antarkomponen bangsa tidak memiliki tujuan yang sama. Ada yang ingin Indonesia fokus pada pemberantasan korupsi saja, ada yang ingin membangun ekonomi saja, ada yang bilang yang penting demokrasi berjalan baik, yang lain akan mengikuti.
Ada juga yang bersikeras dan yakin pemimpin yang populer dan bersih adalah kunci menyelesaikan semua masalah. Tidak peduli soal pengalaman dan leadership yang mumpuni. Mari kita lihat apa yang sudah kita capai sejak reformasi digulirkan 1998. Sudah lima presiden yang diberi kesempatan memimpin Indonesia untuk mengisi Era Reformasi yang waktu itu dielu-elukan dunia. Reformasi Indonesia bahkan dinilai sebagai role model demokrasi di Asia bahkan dunia.
Begitu banyak tokoh-tokoh dunia yang memuji dan membanggakan Indonesia yang berhasil melaksanakan reformasi damai untuk menumbangkan rezim Orde Baru. Ibarat lingkungan kampus, Indonesia adalah mahasiswa yang sangat baik dan rajin mengikuti mata kuliah demokrasi model Barat. Saat ujian nilainya pun sempurna, A plus. Namun, ketika lulus si mahasiswa ini bingung karena dunia nyata jauh berbeda dengan teoriteori demokrasi yang mereka pelajari di kampus.
Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan oleh teori-teori itu. Bahkan tidak sedikit fakta di lapangan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran yang diyakini sebagai kebenaran mutlak itu. Inilah bedanya Indonesia dengan negara-negara tetangga dekat seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand maupun tetangga jauh seperti Korea Selatan, Jepang, dan China. Khusus dengan para tetangga dekat, Indonesia memiliki banyak kesamaan dan sedikit perbedaan.
Tapi, perbedaan yang sedikit itu cukup mencolok yaitu dari sisi kemajuan baik bidang ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, pariwisata, budaya, pembangunan teknologi, olahraga, dan sebagainya. Harus kita akui para tetangga dekat ini lebih baik dalam posisi itu. Padahal, sumber daya alam dan luas wilayah pasti kalah jauh dengan kita. Singapura adalah negara paling kecil di Asia Tenggara, tapi mereka harus membuat negerinya tidak dianggap kecil.
Mereka fokus membangun Singapura sebagai negara kota yang bersih, modern, berkepastian hukum, aman, dan sejahtera. Tujuannya agar negara lain memerlukan mereka. Demikian pulaThailand yang sempat diguncang gelombang politik dahsyat bertahun-tahun kini mencoba fokus kembali. Bagaimana kita?
Terus terang ada guratan kecemasan di ranah publik atas apa yang dilakukan pemerintah sekarang. Fokus dan skala prioritasnya belum kelihatan dan tim kabinetnya masih lemah. Yang positif adalah masyarakat kita yang masih berharap Indonesia akan lebih baik di masa depan.
(ars)