Polisi Ditabrak Ducati

Selasa, 09 Juni 2015 - 10:42 WIB
Polisi Ditabrak Ducati
Polisi Ditabrak Ducati
A A A
JAKARTA - Seorang petugas polisi lalu lintas ditabrak pengendara sepeda motor di dekat kantor Wali Kota Jakarta Selatan saat sedang mengatur lalu lintas kemarin sekitar pukul 07.30 WIB.

Korban bernama Aipda Novandi Isnanto, anggota Polantas Polres Jakarta Selatan, mengalami luka pada bagian tangan kiri dan kanan. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jakarta Selatan AKBP Sutimin mengatakan, peristiwa itu terjadi di Jalan Brawijaya Jakarta Selatan saat pengendara motor gede Ducati B 6776 T bernama Yuli Ander R melintas dari arah utara ke selatan. ”Itu di jalan layang nontol (JLNT) Antasari wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,” ujarnya kemarin.

Sesampainya diturunan Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Yuli diberhentikan Aipda Novandi. Namun, pengendara tidak mau berhenti dan menyerempet petugas. Setelah diperiksa, Yuli ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menduga, sepeda motor Ducati yang dikendarai Yuli bodong.

Alasannya, Yuli tidak dapat menunjukkan surat kendaraan bermotor dan nomor yang menempel pada motor buatan Italia tersebut diduga palsu. Saat ditanyakan Yuli mengakui STNK sepeda motornya tertinggal di rumah. Namun, hingga pemeriksaan berlangsung dia belum bisa menunjukkan surat resmi kepemilikan sepeda motornya. ”Statusnya dia tersangka karena jelas-jelas telah melanggar arus lalu lintas dengan menerobos jalan layang Antasari, menabrak, dan menghindar saat diberhentikan,” ungkapnya.

Sutimin menjelaskan, saat ini pihaknya masih menantikan hasil visum dari Rumah Sakit Fatmawati untuk melengkapi berkas kasus kecelakaan tersebut sebagai bukti. ”Saksi juga sudah kita periksa,” tandasnya.

Sutimin menuturkan, Yuli terancam pasal berlapis. Selain menerobos JLNT Pangeran Antasari, Yuli juga menabrak anggota polisi Aipda Novandi. ”Pertama, kami jerat dia (Yuli) dengan pasal pelanggaran lalu lintas. Dia masuk ke jalan yang dilarang roda dua lewat,” tandasnya.

Kemudian, pengendara moge itu juga dikenakan pasal pemalsuan dokumen kendaraan. ”Kami bisa kenakan pasal berlapis, apakah memang dia menabrak dengan sengaja atau tidak itu kan masih kami dalami. Lalu, soal kepemilikan suratsurat motornya juga. Kalau memang terbukti (palsu), kami naikan lagi pasalnya,” tuturnya.

Petugas Dishub Ditusuk Pengendara

Di bagian lain,seorang petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok ditusuk pengendara sepeda motor saat mengatur lalu lintas di Jalan Sengon, Pancoran, kemarin sekitar pukul 13.00 WIB. Kejadian bermula ketika Riswanto, petugas Dishub yang biasa mengatur lalu lintas di Jalan Sengon, menegur dua pengendara sepeda motor yang berboncengan hampir menabrak dirinya.

Kejadian bermula saat Riswanto menghentikan truk yang melintas menuju Jalan Sawangan. Di belakang truk tersebut kedua pelaku tengah mengendarai sepeda motor. Karena laju kendaraannya terganggu akibat truk di depannya dihentikan Riswanto, kedua pelaku nekat menerobos dan hendak menabrak korban. Riswanto pun berupaya menghentikan keduanya, namun mereka tidak terima.

Pelaku justru memukul Riswanto dan menusuk dengan pisau. ”Salah satunya menusuk ke arah dada dan paha,” kata Riswanto kemarin. Sebelumnya pelaku juga sempat memaki korban dengan kata-kata kasar. Setelah menghajar dan menusuk korban, kedua pelaku langsung melarikan diri. Korban tidak begitu bisa mengingat wajah pelaku.

Yang diingat keduanya memakai helm, berkulit hitam, dan badan tinggi. ”Kasus ini masih didalami untuk mengejar pelaku,” kata Kapolsek Pancoran Mas Kompol Purwadi. Kabid Dalops Dishub Kota Depok Djondra Putra menjelaskan, saat mengatur lalu lintas Riswanto bersama empat anggota lainnya.

Begitu terkapar, Riswanto langsung ditolong rekannya. Djondra menambahkan, Riswanto mendapatkan pertolongan pertama di Klinik Bahar Mampang, Depok. Dia mengingatkan anggotanya untuk selalu waspada di jalan. ”Riswanto mendapatkan tiga luka jahitan di dada dan delapan jahitan di paha kiri. Kewaspadaan dan kehati-hatian selalu saya sampaikan ke anggota di lapangan,” tuturnya.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Yogo Tri Hendiarto menuturkan, aksi itu bisa muncul karena ada penurunan kepercayaan masyarakat terhadap petugas. Bisa jadi masyarakat memiliki pengalaman buruk dengan sistem sehingga ketika berhadapan langsung dengan kondisi tersebut menjadi reaktif. ”Sehingga segala bentuk reaksi bisa muncul akibat dari interaksi sosial antara pelaku dan korban,” kata Yogo.

Helmi syarif/ R ratna purnama/ Sindonews
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1169 seconds (0.1#10.140)