Temukan Keajaiban pada Hal Kecil

Minggu, 07 Juni 2015 - 10:47 WIB
Temukan Keajaiban pada Hal Kecil
Temukan Keajaiban pada Hal Kecil
A A A
Gagasan besar kerap kali bermula dari peristiwa remeh-temeh. Sir Isaac Newton, misalnya, menemukan hukum gravitasi tatkala ia melihat buah apel jatuh. Peristiwa (buah) jatuh tampaknya peristiwa lumrah, remeh-temeh, terjadi setiap hari dan semua manusia sepanjang sejarah menyaksikannya.

Namun, Newton telah menguak misteri di balik peristiwa yang biasa itu. Penemuannya berdampak besar terhadap perkembangan peradaban manusia. Itulah keajaiban. Widyaretna Beunastuti-penulis buku Everyday Is A Miraclemengakui bahwa keajaiban itu sesungguhnya bisa ditemukan dalam kehidupan setiap hari.

Dan hal-hal ajaib bisa ditemukan dalam peristiwa-peristiwa biasa yang kadang luput dari perhatian. Buku Everyday Is A Miracle menjadi inspirasi karena mengubah pandangan kita tentang apa itu keajaiban. Bermula dari menulis artikel di Facebook , Widya kemudian merasakan bagaimana manfaat internet tersebut dalam upaya menyebarkan kebaikan.

Ia aktif menulis hal-hal yang ia anggap penting dalam menjalani kehidupan ataupun bertemu dengan orang-orang yang luar biasa menurutnya. Awalnya, mengabadikan momen pada setiap kejadian yang dialaminya adalah untuk menghindari kelupaan dirinya dalam mengingat sesuatu. Siapa sangka, tulisan Widya mampu menginspirasi orang banyak meski hanya mengangkat tema-tema kecil.

“Awalnya saya menulis karena saya pelupa. Namun, saya bersyukur, banyak komentar dan tanggapan dari pembaca saya yang merasa terinspirasi dari kisah-kisah kecil yang saya tulis,” ujarnya dalam peluncuran buku Everyday Is A Miracle, Jumat (5/5), di Jakarta. Misalnya, dalam tulisannya yang pertama di-posting di Facebook berjudul Kancing Baju.

Widya mengaku bahwa benda sekecil itu saja dapat menghadirkan berbagai rasa dalam kehidupannya. Ia menceritakan, bagaimana anaknya yang masih berusia balita tiba-tiba datang padanya di pagi buta, berkata-kata sambil memamerkan kebiasaan barunya dalam mengancing piyama. Di saat yang bersamaan, suami Widya datang dan juga berkata bahwa ia tak dapat mengancing baju.

Jari-jemari kirinya seolah tak berdaya untuk menuntaskan pekerjaan ringan tersebut. Rasa khawatir sepasang suami istri tersebut akhirnya mendapatkan jawaban. Sang suami menderita gejala stroke minor. Dari sanalah Widya berpikir bahwa sesungguhnya, kebanyakan manusia tidak pernah mengingat kapan Tuhan memberikan sebuah nikmat kecil berupa kebiasaan baru. Sehingga, terlupakanlah momen-momen kapan dan bagaimana kita bisa berjalan, bisa mengecap manis, bisa menulis, dan lain sebagainya.

Namun, kebanyakan kita hanya mengingat masa-masa sulit, nikmat yang dicabut Tuhan dengan sekejap. Hal inilah yang menjadikan Widya berusaha memaafkan diri dan mencoba lagi untuk terus membantu suaminya menjalani perawatan stroke minor. Mengingat kembali bahwa benda kecil seperti kancing baju saja merupakan sebuah pengingat.

Melalui benda tersebut, seolah Tuhan ingin berbicara tentang keajaiban-keajaiban-Nya. Hikmat dan keajaiban juga ditemukan Widya di dalam sebuah gula. Ya, benda serpih yang bergerumul tampak bagai kristal. Alkisah dituliskan Widya saat dirinya tengah menikmati santap malam di sebuah hotel. Pada saat itu Widya melihat sebuah kotak kayu yang rupanya berisi enam jenis gula yang berbeda.

Satu per satu gula tersebut coba dikenali oleh Widya, namun pada jenis gula yang berbentuk kristal dan kecokelat-cokelatan, Widya tak mampu mengenali jenis gula tersebut. Ia kemudian memanggil pelayan hotel dan menanyakan perihal jenis gula tersebut. Sang pelayan dengan raut wajah bingung, mencoba sebisa mungkin menampilkan senyum kepada Widya.

Namun, dari raut wajah yang tak sanggup memberikan jawaban, pelayan itu pun akhirnya memohon maaf pada Widya dan berusaha untuk menanyakan kepada atasannya. Rasa tanggung jawab terasa jelas dari sikap pelayan tersebut sehingga Widya mengingat sebuah kisah tentang penjaga kebun yang diperintahkan oleh majikannya memilih buah apel termanis untuk dihidangkan padanya.

Namun, dengan segala kerendahan hati, si tukang kebun menjawab bahwa ia tak tahu mana buah apel yang manis. Hal itu dikarenakan ia tak pernah mencicipi buah apel di kebun yang ia jaga selama 15 tahun. Tugasnya hanya menjaga kebun apel, bukan mencicipi buah apel. Mendengar hal tersebut sang majikan merasa tersentuh sekaligus iba. Ia pun memohon maaf atas kelalaiannya dalam mempekerjakan orang.

Bagaimana mungkin orang yang bekerja sebagai penjaga kebun selama 15 tahun tak pernah mencicipi apel yang dijaganya sendiri? Dari hal-hal kecil inilah, Widya mengaku bahwa sesungguhnya Tuhan menyelipkan keajaibankeajaiban pada benda, manusia, dan waktu yang dijumpai manusia. Semua hal di dalam kehidupan adalah bentuk dari keajaibankeajaiban ringan yang coba disampaikan Tuhan.

Sementara itu, penyanyi keroncong Indah Utami Tamsil mengakui sangat terinspirasi setiap membaca tulisan-tulisan Widya di internet. Baginya, peluncuran buku Everyday Is A Miracle yang bertepatan dengan hari ulang tahun Widya bukan kebetulan tapi rencana Tuhan yang telah didesain dengan segala keajaibannya. “Acara peluncuran buku ini bertepatan dengan hari ulang tahun Mbak Widya, tentunya ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan rencana Tuhan yang penuh dengan keajaiban,” ujarnya.

Imas damayanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0059 seconds (0.1#10.140)