LCS Bukan Zona Perang

Rabu, 03 Juni 2015 - 11:57 WIB
LCS Bukan Zona Perang
LCS Bukan Zona Perang
A A A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meminta semua pihak untuk menjaga perdamaian dan tidak menjadikan Laut China Selatan (LCS) sebagai zona perang.

Menhan mengakui, memang ada beberapa konflik di LCS. Untuk mencegah terjadinya perang, Indonesia mendorong digelarnya patroli bareng di perairan tersebut. ”Kalau di sebelah barat patroli keamanan, kalau ini patroli perdamaian itu. Kenapa? Ya yang konflikkonflik jangan pakai senjata. Jangan dijadikan kawasan itu untuk berperang. Itu saya sampaikan juga ke negara Amerika dan lain-lain,” ujarnya di Jakarta akhir pekan kemarin.

Ryamizard menginginkan agar di kawasan ASEAN tidak terjadi konflik bersenjata. Apalagi negara-negara ASEAN sudah sepakat tidak menggunakan kekerasan atau perang dalam menyelesaikan setiap persoalan yang muncul. ”Kita dialog, diskusi. Jadi perang tidak ada di sini (ASEAN). Kecuali bila kemerdekaan 17 Agustus 1945 terganggu, maka Indonesia akan bersikap tegas.

Kalau itu diusik, kita perang mempertahankan negara. Kita cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan,” ujarnya. Mantan KSAD itu menegaskan, dalam beberapa kali pertemuan dengan menteri pertahanan dari negara-negara lain, dia selalu menyampaikan agar bersama-sama menjaga perdamaian. ”Saya sudah bicara dengan Amerika, Rusia, tinggal China. Pesan saya kalau perang nggak normal.

Bangsa yang suka perang, bangsa yang tidak normal, kaya teroris suka perang, itu tidak normal,” tegasnya. Pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai intensitas di LCS semakin meningkat karena sikap negara China yang terkesan agresif. Hal itu dapat dilihat dari kapal-kapal nelayan negara tersebut yang mendapat pengawalan dari Angkatan Laut China.

”Dominasi China di kawasan ini yang tidak disukai Amerika Serikat sehingga ada kesan eskalasi semakin tinggi karena posisinya berhadap-hadapan,” ujarnya. Karenanya, Indonesia sebagai negara yang tidak terlibat dalam konflik LCS dapat memainkan perannya sebagai penengah.

Apalagi Negeri Tirai Bambu sangat membutuhkan Indonesia. ”Pernyataan Presiden Jokowi di Jepang bahwa klaim China di LCS tidak ada dasarnya dan akan overlap di Natuna sudah tepat. China mau marah nggak bisa karena butuh Indonesia. Kita akan membantu, tapi harus jelas dulu tidak ada wilayah kita yang juga diklaim,” ucapnya. Menurut Hikmahanto, untuk menurunkan ketegangan di LCS, China harus menurunkan tensinya.

Bersamaan dengan itu, Indonesia dengan politik bebas aktifnya bisa membantu menjembatani China dengan negara-negara yang berkonflik sehingga tidak membiarkan China sendirian. ”Indonesia bisa membentuk dubes keliling yang fokus menangani LCS, apalagi negara ini banyak memiliki diplomat kawakan yang andal seperti Pak Marty Natalegawa yang pandai dalam membangun komunikasi dengan negara-negara besar,” ucapnya.

Sementara itu, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopasau) I Marsda Agus Dwi Putranto mengaku tengah menggelar pelatihan perang bernama ”Jala Sakti 2015” yang melibatkan berbagai pesawat TNI AU seperti pesawat Hercules, CN 295, pesawat tempur F-16, flat hawk.

Pelatihan ini diikuti seluruh jajaran Koopsau I yang meliputi Lanud Halim Perdanakusuma, Lanud Atang Sandjaja, Lanud Roesmin Nurjadin, Lanud Supadio dan Wing I Paskhas Jakarta yang puncaknya besok 4 Juni. ”Latihannya mencakup geladi posko dan tactical air maneuvering game (TAMG). Jadi kalau melaksanakan serbuan di wilayah, kita telah siap menghadapinya kapan saja. Termasuk bila sewaktu-waktu harus menggeser pasukan setiap saat,” katanya.

Sucipto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1045 seconds (0.1#10.140)