Remaja Tewas di Tangan Ibu Kandung
A
A
A
MUARAENIM - Eman Wijaya, 12, warga Desa Tanjung Muning, Kecamatan Gunung Megang, Muaraenim, Sumatera Selatan, tewas bersimbah darah dengan luka bacok di bagian leher, Sabtu (30/5) sore.
Dia diduga dibunuh ibunya sendiri, Lismawati, 51. Kejadian itu diduga dipicu kekesalan pelaku kepada anaknya. Informasi yang dihimpun menyebutkan, saat itu korban yang baru pulang bermain tiba di rumah dan langsung meminta makan. Namun, saat itu di rumah hanya ada nasi.
Korban pun meminta sang ibu mencarikan lauk pauknya. Diduga tidak menggubris permintaanitu, sang anakpun langsung mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan ibunya. Pelaku langsung menyambar sebilah parang di dapur dan menyabetkannya beberapa kali ke bagian belakang leher Eman. Alhasil, korban langsung roboh dan tewas di lokasi kejadian.
Saat kejadian itu ayah korban, M Satiri, sedang mandi ke sungai Lematang yang berjarak cukup jauh dari rumah korban. Para tetangga yang mendengar keributan langsung naik ke rumah korban. Mereka terkejut dan berteriak histeris melihat korban yang terkapar berlumuran darah di lantai dapur rumahnya.
Sementara pelaku tampak masih terdiam setelah pembunuhan itu. Warga pun langsung menghubungi Polsek Gunung Megang. Kapolres Muaraenim AKBP Nuryanto melalui Kapolsek Gunung Megang AKP Indra Kusuma menyatakan bahwa pelaku langsung diamankan setelah kejadian. Hanya, pelaku belum bisa dimintai keterangan karena kondisinya masih shock.
”Berdasarkan keterangan awal, dia (pelaku) kesal dimarahi anaknya karena tidak ada lauk saat korban hendak makan,” ucapnya kemarin. Menurut Indra, dari kejadian itu polisi mengamankan barang bukti sebilah parang berukuran 50 cm yang digunakan pelaku untuk menghabisi anaknya serta celana pendek warna biru putih. Korban adalah anak keempat atau bungsu dari pelaku dengan Mat Satiri.
Saat kejadian, di rumah tersebut diduga hanya ada korban dan pelaku. ”Yang jelas, kami akan lakukan pemeriksaan secara intensif kepada pelaku. Kami belum bisa menyebut ada masalah gangguan kejiwaan atau tidak dengan diri pelaku karena pelaku khilaf. Namun, jika dalam pemeriksaan dibutuhkan pendampingan dari psikiater, kami akan hadirkan,” ungkapnya.
Sejauh ini polisi sudah memeriksa dua saksi. Korban dipastikan meninggal dunia di lokasi kejadian dengan luka menganga di bagian leher dan bahu akibat tebasan parang. Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Muning Venus mengatakan, selama ini tidak ada gejala-gejala ketidakharmonisan dalam keluarga pelaku.
Pelaku juga selama ini dikenal memiliki kepribadian baik dan rajin beribadah. ”Tidak ada yang aneh dari keluarga itu selama ini. Mereka termasuk keluarga yang harmonis,” ucapnya. Hanya, menurut Venus, dari informasi tetangga pelaku dan korban, sudah hampir dua minggu inipelakutidakdatangkemasjidyangtidakjauhdari rumahnya untuk menjalankan salat subuh.
Selama ini pelaku dikenal rajin ke masjid untuk menjalankan salat subuh. Dari perawakan pelaku belakangan ini terlihat lebih kurusdari biasanya. Hanya, tidak ada tindak-tanduk dari pelaku yang dianggap janggal.
Irhamudin sutan Parmato
Dia diduga dibunuh ibunya sendiri, Lismawati, 51. Kejadian itu diduga dipicu kekesalan pelaku kepada anaknya. Informasi yang dihimpun menyebutkan, saat itu korban yang baru pulang bermain tiba di rumah dan langsung meminta makan. Namun, saat itu di rumah hanya ada nasi.
Korban pun meminta sang ibu mencarikan lauk pauknya. Diduga tidak menggubris permintaanitu, sang anakpun langsung mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan ibunya. Pelaku langsung menyambar sebilah parang di dapur dan menyabetkannya beberapa kali ke bagian belakang leher Eman. Alhasil, korban langsung roboh dan tewas di lokasi kejadian.
Saat kejadian itu ayah korban, M Satiri, sedang mandi ke sungai Lematang yang berjarak cukup jauh dari rumah korban. Para tetangga yang mendengar keributan langsung naik ke rumah korban. Mereka terkejut dan berteriak histeris melihat korban yang terkapar berlumuran darah di lantai dapur rumahnya.
Sementara pelaku tampak masih terdiam setelah pembunuhan itu. Warga pun langsung menghubungi Polsek Gunung Megang. Kapolres Muaraenim AKBP Nuryanto melalui Kapolsek Gunung Megang AKP Indra Kusuma menyatakan bahwa pelaku langsung diamankan setelah kejadian. Hanya, pelaku belum bisa dimintai keterangan karena kondisinya masih shock.
”Berdasarkan keterangan awal, dia (pelaku) kesal dimarahi anaknya karena tidak ada lauk saat korban hendak makan,” ucapnya kemarin. Menurut Indra, dari kejadian itu polisi mengamankan barang bukti sebilah parang berukuran 50 cm yang digunakan pelaku untuk menghabisi anaknya serta celana pendek warna biru putih. Korban adalah anak keempat atau bungsu dari pelaku dengan Mat Satiri.
Saat kejadian, di rumah tersebut diduga hanya ada korban dan pelaku. ”Yang jelas, kami akan lakukan pemeriksaan secara intensif kepada pelaku. Kami belum bisa menyebut ada masalah gangguan kejiwaan atau tidak dengan diri pelaku karena pelaku khilaf. Namun, jika dalam pemeriksaan dibutuhkan pendampingan dari psikiater, kami akan hadirkan,” ungkapnya.
Sejauh ini polisi sudah memeriksa dua saksi. Korban dipastikan meninggal dunia di lokasi kejadian dengan luka menganga di bagian leher dan bahu akibat tebasan parang. Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Muning Venus mengatakan, selama ini tidak ada gejala-gejala ketidakharmonisan dalam keluarga pelaku.
Pelaku juga selama ini dikenal memiliki kepribadian baik dan rajin beribadah. ”Tidak ada yang aneh dari keluarga itu selama ini. Mereka termasuk keluarga yang harmonis,” ucapnya. Hanya, menurut Venus, dari informasi tetangga pelaku dan korban, sudah hampir dua minggu inipelakutidakdatangkemasjidyangtidakjauhdari rumahnya untuk menjalankan salat subuh.
Selama ini pelaku dikenal rajin ke masjid untuk menjalankan salat subuh. Dari perawakan pelaku belakangan ini terlihat lebih kurusdari biasanya. Hanya, tidak ada tindak-tanduk dari pelaku yang dianggap janggal.
Irhamudin sutan Parmato
(bbg)