Aset yang Sangat Hebat, Justru Jadi Kelemahan di Indonesia
A
A
A
MATARAM - Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesodibjo (HT) menyakini Indonesia memiliki banyak potensi untuk menjadi negara maju. Salah satunya jumlah penduduk besar yang sebagiannya berusia produktif. Namun, potensi itu belum ditunjang pendidikan yang memadai.
“Sumber daya manusia kita itu nomor 4 terbesar di dunia, dengan 250 juta penduduk, yang tumbuh lebih dari 1% setiap tahun. Usianya rata-rata muda, harusnya bisa menjadi aset yang sangat hebat,” ujar HT saat memberikan kuliah umum dengan tema Membangun Ekonomi Indonesia Menghadapi Persaingan Ekonomi Global di Universitas Mataram, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (27/5/2015).
Sayangnya keunggulan dalam aset tersebut itu tidak banyak memberi kontribusi bagi kemajuan ekonomi. Sebabnya, sebagian besar tenaga kerja Indonesia yang berpendidikan rendah. “(jumlah penduduk) justru malah menjadi kelemahan di negara kita sendiri, karena kurangnya pendidikan di sebagian besar masyarakat ini,” tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik, per Februari 2015 tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia masih didominasi pendidikan SD ke bawah, yakni sebesar 54,61 juta orang atau 45,19 persen. Tingkat menengah pertama 21,47 juta orang atau sebesar 17,77 persen. Menegangh atas 19,81 juta orang, kejuruan 11,80 juta. Sedangkan yang berpendidikan diploma dan universitas masing-masing sebesar 3,14 juta dan 10,02 juta orang.
“Jadi di satu sisi sumber daya manusianya memiliki stamina yang baik, karena banyak masyarakat muda. Tapi kurang berkualitas dan kurang produktif, karena kurangnya pendidikan yang mereka dapatkan,” ujar HT.
Karenanya, HT mendesak pemerintah agar memperhatikan pendidikan dan keterampilan kepada tenaga kerja. Sehingga mereka bisa lebih produktif dan bisa memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi. (sungep)
“Sumber daya manusia kita itu nomor 4 terbesar di dunia, dengan 250 juta penduduk, yang tumbuh lebih dari 1% setiap tahun. Usianya rata-rata muda, harusnya bisa menjadi aset yang sangat hebat,” ujar HT saat memberikan kuliah umum dengan tema Membangun Ekonomi Indonesia Menghadapi Persaingan Ekonomi Global di Universitas Mataram, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (27/5/2015).
Sayangnya keunggulan dalam aset tersebut itu tidak banyak memberi kontribusi bagi kemajuan ekonomi. Sebabnya, sebagian besar tenaga kerja Indonesia yang berpendidikan rendah. “(jumlah penduduk) justru malah menjadi kelemahan di negara kita sendiri, karena kurangnya pendidikan di sebagian besar masyarakat ini,” tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik, per Februari 2015 tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia masih didominasi pendidikan SD ke bawah, yakni sebesar 54,61 juta orang atau 45,19 persen. Tingkat menengah pertama 21,47 juta orang atau sebesar 17,77 persen. Menegangh atas 19,81 juta orang, kejuruan 11,80 juta. Sedangkan yang berpendidikan diploma dan universitas masing-masing sebesar 3,14 juta dan 10,02 juta orang.
“Jadi di satu sisi sumber daya manusianya memiliki stamina yang baik, karena banyak masyarakat muda. Tapi kurang berkualitas dan kurang produktif, karena kurangnya pendidikan yang mereka dapatkan,” ujar HT.
Karenanya, HT mendesak pemerintah agar memperhatikan pendidikan dan keterampilan kepada tenaga kerja. Sehingga mereka bisa lebih produktif dan bisa memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi. (sungep)
(hyk)