Jujurlah untuk Bangkit!
A
A
A
Mia Mutmainah
Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sudah sepantasnya negara besar dan kaya seperti Indonesia melakukan pergerakan membangkitkan kembali jiwa nasionalisme.
Berbagai sistem baik politik, ekonomi bahkan pendidikan tampaknya telah remuk oleh lemahnya kekuatan penguasa mengatur jalannya pemerintahan. Tak banyak yang diharapkan ketika sistem politik sebagai pilar utama negara telah pincang. Bahkan, sistem pendidikan sebagai akar melahirkan pemimpin yang cerdas pun telah rusak oleh sistem yang dirasa kurang tepat.
Masalah ini bisa terlihat pada ujian nasional. Pelaksanaannya yang sering dihiasi kecurangan-kecurangan terus diupayakan pengurangannya dengan terus melakukan inovasi. Dimulai dari penambahan tipe soal hingga menggunakan kecanggihan teknologi seperti ujian online . Hal ini tentu merupakan upaya pemerintah dalam menciptakan perbaikan sistem pendidikan guna melahirkan generasi yang mampu bersaing di dunia internasional. April lalu, UN telah dilaksanakan dan tingkat kecurangan dirasa telah mengalami penurunan.
Dari pelaksanaan UN inilah muncul sosok pemberani dari SMAN 3 Yogyakarta bernama Muhammad Tsaqif Wismadi yang berani melaporkan tindak curang dalam pelaksanaan UN kepada pihak Universitas Gajah Mada. Melalui suratnya, dia menyatakan permohonan kepada pihak universitas agar tidak melirik nilai UN sebagai pertimbangan dalam seleksi ujian masuk perguruan tinggi. Karena hal ini sangat merugikan bagi mereka yang memegang erat integritas dan kejujuran.
Melalui tindakan Tsaqif beserta lima temannya, pendidikan Indonesia tampak memiliki titik cerah. Pendidikan tidak hanya mati-matian untuk menciptakan generasi yang intelek tapi juga memiliki jiwa berintegritas tinggi. Mungkin memang banyak orang yang jujur dalam melaksanakan UN, tapi sangat sedikit sekali yang berani mengungkapkan kebenaran. Dari momentum inilah, kita dapat memandang sisi lain dari pelaksanaan UN yang penuh dengan tindakan curang dari berbagai oknum terkait.
Terbukti, melalui peningkatan mutu pendidikan Indonesia mampu mencetak generasi yang berbudi luhur, berintegritas tinggi, dan berjiwa bersih dengan selalu bersikap jujur. Tak perlu berkoar-koar melakukan aksi unjuk rasa untuk membenahi penyelewengan para penguasa, hanya perlu perbaikan melalui peningkatan kualitas diri. Dunia ini sudah penuh dengan kebohongan dan dusta.
Kita perlu bangkit untuk berani bersikap jujur dan terbuka di mata dunia. Karena kejujuran takkan membawa pada jurang kepalsuan namun dustalah yang mengantarkan pada sandiwara sad ending. Pupuklah pendidikan dengan kejujuran dan panenlah keberhasilan dengan pemimpin yang transparan.
Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sudah sepantasnya negara besar dan kaya seperti Indonesia melakukan pergerakan membangkitkan kembali jiwa nasionalisme.
Berbagai sistem baik politik, ekonomi bahkan pendidikan tampaknya telah remuk oleh lemahnya kekuatan penguasa mengatur jalannya pemerintahan. Tak banyak yang diharapkan ketika sistem politik sebagai pilar utama negara telah pincang. Bahkan, sistem pendidikan sebagai akar melahirkan pemimpin yang cerdas pun telah rusak oleh sistem yang dirasa kurang tepat.
Masalah ini bisa terlihat pada ujian nasional. Pelaksanaannya yang sering dihiasi kecurangan-kecurangan terus diupayakan pengurangannya dengan terus melakukan inovasi. Dimulai dari penambahan tipe soal hingga menggunakan kecanggihan teknologi seperti ujian online . Hal ini tentu merupakan upaya pemerintah dalam menciptakan perbaikan sistem pendidikan guna melahirkan generasi yang mampu bersaing di dunia internasional. April lalu, UN telah dilaksanakan dan tingkat kecurangan dirasa telah mengalami penurunan.
Dari pelaksanaan UN inilah muncul sosok pemberani dari SMAN 3 Yogyakarta bernama Muhammad Tsaqif Wismadi yang berani melaporkan tindak curang dalam pelaksanaan UN kepada pihak Universitas Gajah Mada. Melalui suratnya, dia menyatakan permohonan kepada pihak universitas agar tidak melirik nilai UN sebagai pertimbangan dalam seleksi ujian masuk perguruan tinggi. Karena hal ini sangat merugikan bagi mereka yang memegang erat integritas dan kejujuran.
Melalui tindakan Tsaqif beserta lima temannya, pendidikan Indonesia tampak memiliki titik cerah. Pendidikan tidak hanya mati-matian untuk menciptakan generasi yang intelek tapi juga memiliki jiwa berintegritas tinggi. Mungkin memang banyak orang yang jujur dalam melaksanakan UN, tapi sangat sedikit sekali yang berani mengungkapkan kebenaran. Dari momentum inilah, kita dapat memandang sisi lain dari pelaksanaan UN yang penuh dengan tindakan curang dari berbagai oknum terkait.
Terbukti, melalui peningkatan mutu pendidikan Indonesia mampu mencetak generasi yang berbudi luhur, berintegritas tinggi, dan berjiwa bersih dengan selalu bersikap jujur. Tak perlu berkoar-koar melakukan aksi unjuk rasa untuk membenahi penyelewengan para penguasa, hanya perlu perbaikan melalui peningkatan kualitas diri. Dunia ini sudah penuh dengan kebohongan dan dusta.
Kita perlu bangkit untuk berani bersikap jujur dan terbuka di mata dunia. Karena kejujuran takkan membawa pada jurang kepalsuan namun dustalah yang mengantarkan pada sandiwara sad ending. Pupuklah pendidikan dengan kejujuran dan panenlah keberhasilan dengan pemimpin yang transparan.
(ars)