Sritex Digunakan 30 Negara
A
A
A
Nama PT Sri Rejeki Isman (Sritex) yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, sudah dikenal luas secara nasional ataupun dunia internasional. Perusahaan tekstil tersebut telah mengekspor pakaian fashion sejumlah merek terkenal di dunia. Paling prestisius sebanyak 30 negara di dunia menggunakan seragam militer yang diproduksi Sritex.
Kesuksesan PT Sritex sekarang ini tidak datang dengan sendirinya. Pendiri PT Sritex HM Lukminto (almarhum) harus berjuang dari nol dan sempat mengalami jatuh-bangun sebelum perusahaan tersebut menjadi besar dan sukses seperti saat ini. Dibutuhkan perjuangan dan kerja keras bertahun-tahun hingga PT Sritex menjadi perusahaan tekstil dan produk tekstil terkemuka di dunia.
Seperti yang tertulis dalam buku ”Bakti untuk Indonesia, HM Lukminto Pendiri Kelompok Usaha Sritex- Perusahaan Tekstil Terbesar Se-Asia Tenggara”, cerita sukses PT Sritex sendiri dimulai 1966 dari kios nomor 12 dan 13 di Pasar Klewer, Solo, yang diberi nama UD Sri Rejeki. Waktu itu, HM Lukminto bersama sang kakak Isman Jianto dari pagi hingga petang berdagang di Pasar Klewer.
Tidak hanya ingin jadi pedagang, Lukminto pun mulai berpikir untuk mengembangkan usaha dengan mulai memproduksi tekstil sendiri. Karena belum memiliki mesin dan pabrik, Lukminto pun menggunakan cara maklon , yakni dengan menitipkan proses produksi ke pabrik lain. Bahan kain putih (grey ) dibeli sendiri dan diantarkan ke perusahaan pencetak atau pencelup sesuai jenis pengerjaan produk.
Dalam buku tersebut, istri almarhum HM Lukminto, Susyana, yang saat ini menjabat Presiden Komisaris PT Sritex, menuturkan bahwa pada awalnya yang diproduksi adalah meniru motif yang paling laku dan diburu di pasaran. Hasil produksi tersebut ternyata laku. Melihat hal itu, pada 1968 UD Sri Rejeki pun membangun pabrik pertama di Baturono, Solo. Pabrik tersebut khusus penyempurnaan, yakni pencelupan dan mencetak dengan tangan atau handprint.
Dengan demikian, proses yang dulunya dilakukan dengan maklon mulai dilakukan sendiri. Pabrik tersebut dimulai dengan modal Rp5 juta dan mempekerjakan 200 orang. HM Lukminto selaku pendiri Sritex telahberhasilmenciptakansebuahsistem manajemen yang mampu membuat sukses perusahaan. Lukminto menyebutnya manajemen ”Cheng Li”, yakni manajemen berdasarkan kejujuran, integritas, dan saling percaya.
Selain itu, ada delapan prinsip sukses yang selalu dipegang. Yakni, prinsip ”Cheng Li”, prinsip pentingnya keluarga, prinsip manfaat bagi orang banyak, prinsip pentingnya pendidikan, prinsip etika kerja, prinsip cinta, prinsip persahabatan, serta prinsip pentingnya agama. Untuk seragam militer, pada 1993 Sritex telah mampu memenuhi kualifikasi standar Jerman yang memiliki standar dan karakteristik tersendiri dengan kompleksitas yang tinggi.
Kemampuan Sritex untuk memasok pakaian militer Jerman memperoleh sertifikasi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk memasok pakaian militer ke negara-negara anggota NATO. Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto menuturkan, saat ini Sritex dipercaya memproduksi pakaian seragam kamuflase anti inframerah, di mana keberadaan pemakai seragam ini tidak terdeteksi saat diteropong dengan alat pembantu melihat jarak jauh pada malam hari atau night vision goggle .
Bahkan, Sritex makin mengepakkan sayap ke pasar dunia, khususnya seragam militer. Saat ini Sritex sudah memenuhi permintaan untuk 70 negara dan khusus seragam militer untuk 30 negara, baik itu di kawasan Asia, Eropa, hingga Afrika. Rahasia sukses Sritex adalah perpaduan antara inovasi, dedikasi, kerja keras, dan penghayatan total pada pekerjaan.
Dengan begitu, hal itu menjadi kekuatan sempurna dalam mencapai keberhasilan. Iwan sendiri pada 2014 juga dinobatkan sebagai entrepreneur of the year oleh EY (Ernst & Young). Saat ini Sritex Grup merupakan yang terbesar dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terpadu di Asia Tenggara.
Sritex dan anak perusahaan memiliki unit pemintalan yang menghasilkan produksi 566.000 bales atau 102.695 ton per tahun, unit pertenunan yang menghasilkan 120 juta meter greige fabric per tahun, unit pewarnaan, pencetakan, penyempurnaan yang menghasilkan 120 juta yards per tahun, dan unit garmen yang mampu menghasilkan 16 juta pakaian jadi per tahun.
sumarno
Kesuksesan PT Sritex sekarang ini tidak datang dengan sendirinya. Pendiri PT Sritex HM Lukminto (almarhum) harus berjuang dari nol dan sempat mengalami jatuh-bangun sebelum perusahaan tersebut menjadi besar dan sukses seperti saat ini. Dibutuhkan perjuangan dan kerja keras bertahun-tahun hingga PT Sritex menjadi perusahaan tekstil dan produk tekstil terkemuka di dunia.
Seperti yang tertulis dalam buku ”Bakti untuk Indonesia, HM Lukminto Pendiri Kelompok Usaha Sritex- Perusahaan Tekstil Terbesar Se-Asia Tenggara”, cerita sukses PT Sritex sendiri dimulai 1966 dari kios nomor 12 dan 13 di Pasar Klewer, Solo, yang diberi nama UD Sri Rejeki. Waktu itu, HM Lukminto bersama sang kakak Isman Jianto dari pagi hingga petang berdagang di Pasar Klewer.
Tidak hanya ingin jadi pedagang, Lukminto pun mulai berpikir untuk mengembangkan usaha dengan mulai memproduksi tekstil sendiri. Karena belum memiliki mesin dan pabrik, Lukminto pun menggunakan cara maklon , yakni dengan menitipkan proses produksi ke pabrik lain. Bahan kain putih (grey ) dibeli sendiri dan diantarkan ke perusahaan pencetak atau pencelup sesuai jenis pengerjaan produk.
Dalam buku tersebut, istri almarhum HM Lukminto, Susyana, yang saat ini menjabat Presiden Komisaris PT Sritex, menuturkan bahwa pada awalnya yang diproduksi adalah meniru motif yang paling laku dan diburu di pasaran. Hasil produksi tersebut ternyata laku. Melihat hal itu, pada 1968 UD Sri Rejeki pun membangun pabrik pertama di Baturono, Solo. Pabrik tersebut khusus penyempurnaan, yakni pencelupan dan mencetak dengan tangan atau handprint.
Dengan demikian, proses yang dulunya dilakukan dengan maklon mulai dilakukan sendiri. Pabrik tersebut dimulai dengan modal Rp5 juta dan mempekerjakan 200 orang. HM Lukminto selaku pendiri Sritex telahberhasilmenciptakansebuahsistem manajemen yang mampu membuat sukses perusahaan. Lukminto menyebutnya manajemen ”Cheng Li”, yakni manajemen berdasarkan kejujuran, integritas, dan saling percaya.
Selain itu, ada delapan prinsip sukses yang selalu dipegang. Yakni, prinsip ”Cheng Li”, prinsip pentingnya keluarga, prinsip manfaat bagi orang banyak, prinsip pentingnya pendidikan, prinsip etika kerja, prinsip cinta, prinsip persahabatan, serta prinsip pentingnya agama. Untuk seragam militer, pada 1993 Sritex telah mampu memenuhi kualifikasi standar Jerman yang memiliki standar dan karakteristik tersendiri dengan kompleksitas yang tinggi.
Kemampuan Sritex untuk memasok pakaian militer Jerman memperoleh sertifikasi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk memasok pakaian militer ke negara-negara anggota NATO. Presiden Direktur Sritex Iwan Setiawan Lukminto menuturkan, saat ini Sritex dipercaya memproduksi pakaian seragam kamuflase anti inframerah, di mana keberadaan pemakai seragam ini tidak terdeteksi saat diteropong dengan alat pembantu melihat jarak jauh pada malam hari atau night vision goggle .
Bahkan, Sritex makin mengepakkan sayap ke pasar dunia, khususnya seragam militer. Saat ini Sritex sudah memenuhi permintaan untuk 70 negara dan khusus seragam militer untuk 30 negara, baik itu di kawasan Asia, Eropa, hingga Afrika. Rahasia sukses Sritex adalah perpaduan antara inovasi, dedikasi, kerja keras, dan penghayatan total pada pekerjaan.
Dengan begitu, hal itu menjadi kekuatan sempurna dalam mencapai keberhasilan. Iwan sendiri pada 2014 juga dinobatkan sebagai entrepreneur of the year oleh EY (Ernst & Young). Saat ini Sritex Grup merupakan yang terbesar dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terpadu di Asia Tenggara.
Sritex dan anak perusahaan memiliki unit pemintalan yang menghasilkan produksi 566.000 bales atau 102.695 ton per tahun, unit pertenunan yang menghasilkan 120 juta meter greige fabric per tahun, unit pewarnaan, pencetakan, penyempurnaan yang menghasilkan 120 juta yards per tahun, dan unit garmen yang mampu menghasilkan 16 juta pakaian jadi per tahun.
sumarno
(ftr)