Jangan Bangkitkan Jumlah Penduduk
A
A
A
Dalam sebuah film layar lebar, ledakan penduduk menjadi topik utama film tersebut. Tokoh utama antagonis berpikir, bumi memanaskan temperaturnya untuk menyembuhkan diri karena serangan virus.
Manusia adalah virus bagi bumi. Ini tentu tidak sepenuhnya salah. Fenomena urbanisasi besar-besaran menyebabkan jalan perekonomian desa menurun tiap tahun. Belum lagi jika dilihat dari daerah padat penduduk yang meresahkan. Selain itu, kekeringan di musim penghujan karena penyusutan daerah resapan air. Ledakan penduduk sejatinya sudah diramalkan oleh pemerintah terdahulu.
Soeharto sudah menjalankan program Keluarga Berencana (KB) pada zaman pemerintahannya. Tetapi, pelaksanaannya tidak sempurna. Buktinya, masih ada keluarga yang memiliki anak lebih dari dua, bahkan lebih dari lima. Ini tentu sangat meresahkan. Dewasa ini fenomena menikah muda menjadi tren yang sedang naik daun.
Seperti dilansir dari rahima.or.id, berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan berusia di bawah 16 tahun. Angka statistik perkawinan dini secara nasional menunjukkan bahwa sekitar 25% terjadi di Indonesia. Jika fenomena ini tidak diredam, bukan mustahil kalau pendapatan per kapita Indonesia merosot seiring pertambahan tahun.
Selain dari segi ekonomi, ledakan penduduk juga akan berdampak pada perubahan kehidupan sosial di kota. Fenomena urbanisasi akbar diperkirakan akan terus menanjak dan sejatinya akan meningkatkan tingkat kriminalitas, menambah daerah kumuh, dan mempersempit daerah resapan air. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika prediksi itu benar.
Tingkat kriminalitas dan daerah kumuh akan bertambah sebanyak 80%. Selain peningkatan tingkat kriminalitas dan daerah kumuh, daerah resapan air juga akan semakin berkurang. Tren rakyat Indonesia yang masih memilih rumah ketimbang rumah susun adalah salah satu faktornya. Jika tren tersebut ditambah dengan peningkatan urbanisasi, hasilnya adalah penutupan daerah resapan air.
Akibatnya, banyak titik-titik banjir pada musim kering, apalagi musim penghujan. Intinya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus pemerintah selesaikan. Salah satunya normalisasi ledakan penduduk.
Pemerintah bisa menggunakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei mendatang sebagai momentum. Momentum untuk tidak membangkitkan jumlah penduduk Indonesia. Sejatinya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Andi Muhammad Arief M
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Manusia adalah virus bagi bumi. Ini tentu tidak sepenuhnya salah. Fenomena urbanisasi besar-besaran menyebabkan jalan perekonomian desa menurun tiap tahun. Belum lagi jika dilihat dari daerah padat penduduk yang meresahkan. Selain itu, kekeringan di musim penghujan karena penyusutan daerah resapan air. Ledakan penduduk sejatinya sudah diramalkan oleh pemerintah terdahulu.
Soeharto sudah menjalankan program Keluarga Berencana (KB) pada zaman pemerintahannya. Tetapi, pelaksanaannya tidak sempurna. Buktinya, masih ada keluarga yang memiliki anak lebih dari dua, bahkan lebih dari lima. Ini tentu sangat meresahkan. Dewasa ini fenomena menikah muda menjadi tren yang sedang naik daun.
Seperti dilansir dari rahima.or.id, berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan berusia di bawah 16 tahun. Angka statistik perkawinan dini secara nasional menunjukkan bahwa sekitar 25% terjadi di Indonesia. Jika fenomena ini tidak diredam, bukan mustahil kalau pendapatan per kapita Indonesia merosot seiring pertambahan tahun.
Selain dari segi ekonomi, ledakan penduduk juga akan berdampak pada perubahan kehidupan sosial di kota. Fenomena urbanisasi akbar diperkirakan akan terus menanjak dan sejatinya akan meningkatkan tingkat kriminalitas, menambah daerah kumuh, dan mempersempit daerah resapan air. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika prediksi itu benar.
Tingkat kriminalitas dan daerah kumuh akan bertambah sebanyak 80%. Selain peningkatan tingkat kriminalitas dan daerah kumuh, daerah resapan air juga akan semakin berkurang. Tren rakyat Indonesia yang masih memilih rumah ketimbang rumah susun adalah salah satu faktornya. Jika tren tersebut ditambah dengan peningkatan urbanisasi, hasilnya adalah penutupan daerah resapan air.
Akibatnya, banyak titik-titik banjir pada musim kering, apalagi musim penghujan. Intinya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus pemerintah selesaikan. Salah satunya normalisasi ledakan penduduk.
Pemerintah bisa menggunakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei mendatang sebagai momentum. Momentum untuk tidak membangkitkan jumlah penduduk Indonesia. Sejatinya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Andi Muhammad Arief M
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
(ftr)