Alternatif Pendidikan yang Efektif

Senin, 18 Mei 2015 - 09:30 WIB
Alternatif Pendidikan...
Alternatif Pendidikan yang Efektif
A A A
Sekolah negeri tidak selamanya menjadi pilihan utama para orang tua untuk menyekolahkan anak mereka. Apalagi, kesibukan ayah dan ibu bekerja di luar rumah bisa membuat pengawasan terhadap anak di rumah relatif berkurang.

Agar pendidikan anak tetap berjalan lancar dan sisa waktunya sepulang sekolah tidak terbuang percuma, sekolah terpadu kerap menjadi alternatif pilihan para orangtua.

Di sekolah ini biasanya siswa tidak hanya belajar untuk memenuhi kebutuhan kurikulum sebagaimana yang ditentukan pemerintah.

Sekolah ini juga menyediakan mata pelajaran lain yang menjadi tambahan ilmu untuk membentuk karakter para peserta didik. Umumnya sekolah terpadu memiliki jenjang dari prasekolah hingga perguruan tinggi. Ada banyak sekolah terpadu yang berkembang di kota besar Indonesia. Sebut saja Yayasan Pendidikan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar, Sekolah Terpadu Pahoa, Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikri, dan Sekolah Perjuangan.

Keberadaan sekolah tersebut makin tumbuh dan berkembang beberapa tahun terakhir. Sejumlah sekolah bahkan telah lahir sejak puluhan tahun lalu. YPI Al Azhar misalnya, telah hadir sejak 1963. Sekolah ini bisa dikatakan sebagai pionir sekolah Islam modern dan terpadu di Indonesia. Kehadirannya seiring dengan selesainya pembangunan Masjid Agung Al Azhar yang dulu bernama Masjid Agung Kebayoran. Masjid ini memiliki imam terkenal dari kalangan ulama ternama, yakni Buya Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab dipanggil Buya Hamka.

Sentuhan sastrawan dan ulama besar ini membuat YPI Al Azhar semakin dikenal oleh publik Nusantara. Tidak hanya warga di sekitar Jakarta, warga luar Jakarta dan sejumlah daerah luar Pulau Jawa pun mengetahui bahwa Al Azhar memiliki kredibilitas yang tidak diragukan dalam menelurkan lulusan. Umumnya mereka, di samping dikenal memiliki akhlak mulia, juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Kurikulum yang diterapkan, selain berdasarkan ketentuan pemerintah, juga memasukkan nuansa agama Islam. Kurikulum Islam umumnya diajarkan setelah waktu belajar reguler. Di samping itu, ada juga pola ajar lain untuk kebutuhan sehari-hari, seperti menghormati orang lebih tua, belajar mengaji, dan ilmu lain soal Islam. Ada juga kitab kajian yang ditulis oleh ulama di Universitas Al Azhar Mesir yang diadopsi.

Kepala Humas dan Komunikasi YPI Al Azhar Bambang D Cahyono menuturkan, di tengah perkembangan zaman global, tujuan keberadaan YPI Al Azhar tidak sekadar mencetak lulusan yang memahami iman dan takwa (imtak) serta iptek, melainkan mampu pula menghadapi perkembangan teknologi yang ada. Melihat kondisi sekarang, siswa cenderung lebih cepat menangkap informasi ketimbang guru. Informasi itu didapatkan dari alat komunikasi pintar (gadget). Alat komunikasi itu memiliki konten yang beragam. Bila tidak difilter, siswa bakal mendapatkan konten yang salah.

”Penyaringan itu perlu dari guru. Di sinilah salah satu posisi guru,” ujarnya. Lebih dari itu, sebetulnya fungsi keberadaan guru di sekolah cenderung menjadi education manager. Guru harus lebih cepat meng-upgrade kemampuan ilmu dan informasi, sehingga ketika bertemu siswa tidak kelabakan melayani pertanyaan.

Di samping itu, guru juga harus bisa memosisikan diri sebagai orang tua. Sebab, waktu belajar di Al Azhar cukup lama, pagi sampai sore. Rentang waktu tersebut membuat interaksi siswa dengan guru lebih banyak ketimbang dengan ayah dan ibu mereka. Sementara siswa, selain butuh pengajaran, juga membutuhkan perhatian sebagai bagian dari isi pendidikan.

”Perhatian guru membuat siswa merasa diayomi dan ditemani,” ungkapnya. Lebih jauh Bambang menilai, di kota besar seperti Jakarta, orangtua yang memiliki keuangan cukup belakangan tidak mau pusing memilih sekolah untuk anak. Mereka lebih baik mengeluarkan uang cukup besar untuk pendidikan anak, asalkan anak tersebut mendapat tempaan pelajaran yang bergaransi. SekolahterpadulainyaituPahoayang berlokasi di kawasan Summarecon Serpong, Tangerang.

Sekolah terpadu ini juga memiliki tingkatan, dari nursery, taman kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA, dan terakhir yang baru di-launching adalah Pahoa College Indonesia. Pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Pahoa Iskandar Jusuf menuturkan, tidak ada perbedaan signifikan dari sekolah yang berada di kota satelit itu dengan sekolah umum lain. Sekolah tersebut tetap mengacu pada kurikulum pendidikan sebagaimana yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nilai tambah bagi siswa di sekolah ini adalah mereka mendapatkan pola pendidikan trilingual, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Selain itu, kompleks sekolah dibangun benar-benar terpadu. Siswa SD, SMP, dan SMA berada dalam satu kompleks. Begitu juga dengan fasilitas pendukung lain seperti kolam renang, lapangan olahraga, laboratorium, taman belajar, ruangan musik, unit kesehatan sekolah, ruang teater, dan lain sebagainya.

Dengan begitu, tak ada kegiatan belajar-mengajar untuk siswa, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, yang dilakukan di luar sekolah. Semua fasilitas yang ada merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan karakter mereka sebagai anak bangsa Indonesia. Sehingga, ketika mereka lulus telah memiliki karakter yang kuat dan bisa bersaing dengan lulusan sekolah internasional. Iskandar menceritakan, sebetulnya Pahoa telah hadir ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda. N

amun, pada 1966 kebijakan pemerintah membuat Pahoa sempat bubar. Lalu, pada 2008, Pahoa kembali hadir dengan wajah baru berdasarkan ketentuan sistem pendidikan nasional, tanpa meninggalkan konsep pendidikan awal mereka.

Ilham safutra
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0579 seconds (0.1#10.140)