Muktamar ke 33 NU, Para Kandidat Klaim Dapat Dukungan Kuat
A
A
A
JAKARTA - Persaingan calon Ketua Umum Tanfidziyah dan Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Muktamar ke 33 NU yang akan digelar pada 1-5 Agustus di Jombang, Jawa Timur akan berlangsung ketat.
Sejumlah kandidat mengaku telah mendapat dukungan kuat dari para muktamirin. Mantan Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Tengah Muhammad Adnan sekaligus calon kandidat Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU mengklaim telah mendapat dukungan dari sejumlah muktamirin yang merupakan perwakilan dari cabang di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
"Terkait dukungan ya seperti pada umumnya calon pasti berusaha mendapatkan dukungan dari pemilik suara. Jumlahnya baru bisa diketahui setelah pemilihan, kalau sekarang cuma sekadar asumsi," ujarnya, Kamis 14 Mei 2015.
Adnan berharap, dukungan yang diberikan kepada dirinya bisa merata di semua daerah. Meski diakuinya untuk mendapatkan dukungan tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Saya berharap bisa merata, tapi memang perlu waktu, sebab dukungan sifatnya dinamis, sekarang dukung minggu depan bisa berubah begitu sebaliknya, sekarang tidak mendukung beberapa hari kemudian mendukung. Jadi fluktuatif bisa tambah dan berkurang," ujarnya.
Adnan menegaskan, Jawa Tengah merupakan basis dukungan terkuat bagi dirinya. Alasannya, karena dirinya berasal dari daerah tersebut dan pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Tengah.
"Kalau untuk Jawa Tengah tidak mengkhawatirkan, meski tidak 100%. Sedangkan, untuk daerah lain harus dilakukan pendekatan secara pelan-pelan. Kalau enggak yakin saya nggak ngoyo seperti, Jombang Jawa Timur, dan Cirebon, Jawa Barat pasti mereka mendukung calon dari daerahnya masing-masing. Jadi kalau di luar Jawa Tengah saya harus selektif," tuturnya.
Terkait mekanisme pemilihan, Adnan berpendapat, tidak setuju bila dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Alasannya di setiap provinsi, maupun kabupaten/kota terdapat Ketua dan Rais Aam, yang kalau ditotal jumlahnya mencapai 530 orang se-Indonesia. Mereka adalah figur-figur yang sudah terseleksi di daerah masing-masing.
"Kurang apanya? di kabupaten/kota dipilih dari tingkat paling bawah. Jadi legalitas dan integritas tidak perlu diragukan lagi, mereka harus diberi penghargaan untuk menentukan siapa calon pemimpinnya," ujarnya.
Hal senada dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur Salahuddin Wahid. Pria yang biasa dipanggil Gus Solah mengaku sudah mendatangi sejumlah provinsi seperti, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa.
"Saya sudah berkeliling ke berbagai provisni sejauh ini sambutannya sangat baik. Tapi itu, belum bisa dilihat sekarang," katanya.
Menurut Gus Solah, semua calon berhak untuk maju dalam pemilihan tinggal dilihat bagaimana hasilnya. Gus Solah menuturkan, alasan mengapa dirinya ikut dalam bursa pencalonan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU. "Saya didatangi oleh banyak pihak terutama Pak Hasyim Muzadi, agar bersedia untuk maju menjadi calon," katanya.
Sejumlah kandidat mengaku telah mendapat dukungan kuat dari para muktamirin. Mantan Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Tengah Muhammad Adnan sekaligus calon kandidat Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU mengklaim telah mendapat dukungan dari sejumlah muktamirin yang merupakan perwakilan dari cabang di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
"Terkait dukungan ya seperti pada umumnya calon pasti berusaha mendapatkan dukungan dari pemilik suara. Jumlahnya baru bisa diketahui setelah pemilihan, kalau sekarang cuma sekadar asumsi," ujarnya, Kamis 14 Mei 2015.
Adnan berharap, dukungan yang diberikan kepada dirinya bisa merata di semua daerah. Meski diakuinya untuk mendapatkan dukungan tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Saya berharap bisa merata, tapi memang perlu waktu, sebab dukungan sifatnya dinamis, sekarang dukung minggu depan bisa berubah begitu sebaliknya, sekarang tidak mendukung beberapa hari kemudian mendukung. Jadi fluktuatif bisa tambah dan berkurang," ujarnya.
Adnan menegaskan, Jawa Tengah merupakan basis dukungan terkuat bagi dirinya. Alasannya, karena dirinya berasal dari daerah tersebut dan pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Tengah.
"Kalau untuk Jawa Tengah tidak mengkhawatirkan, meski tidak 100%. Sedangkan, untuk daerah lain harus dilakukan pendekatan secara pelan-pelan. Kalau enggak yakin saya nggak ngoyo seperti, Jombang Jawa Timur, dan Cirebon, Jawa Barat pasti mereka mendukung calon dari daerahnya masing-masing. Jadi kalau di luar Jawa Tengah saya harus selektif," tuturnya.
Terkait mekanisme pemilihan, Adnan berpendapat, tidak setuju bila dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Alasannya di setiap provinsi, maupun kabupaten/kota terdapat Ketua dan Rais Aam, yang kalau ditotal jumlahnya mencapai 530 orang se-Indonesia. Mereka adalah figur-figur yang sudah terseleksi di daerah masing-masing.
"Kurang apanya? di kabupaten/kota dipilih dari tingkat paling bawah. Jadi legalitas dan integritas tidak perlu diragukan lagi, mereka harus diberi penghargaan untuk menentukan siapa calon pemimpinnya," ujarnya.
Hal senada dikatakan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur Salahuddin Wahid. Pria yang biasa dipanggil Gus Solah mengaku sudah mendatangi sejumlah provinsi seperti, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa.
"Saya sudah berkeliling ke berbagai provisni sejauh ini sambutannya sangat baik. Tapi itu, belum bisa dilihat sekarang," katanya.
Menurut Gus Solah, semua calon berhak untuk maju dalam pemilihan tinggal dilihat bagaimana hasilnya. Gus Solah menuturkan, alasan mengapa dirinya ikut dalam bursa pencalonan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU. "Saya didatangi oleh banyak pihak terutama Pak Hasyim Muzadi, agar bersedia untuk maju menjadi calon," katanya.
(dam)