Tak Semua Kecelakaan Pesawat Disebabkan Pilot Konsumsi Narkoba

Senin, 23 Januari 2017 - 07:30 WIB
Tak Semua Kecelakaan Pesawat Disebabkan Pilot Konsumsi Narkoba
Tak Semua Kecelakaan Pesawat Disebabkan Pilot Konsumsi Narkoba
A A A
Kepala Badan Narkotika Nasional, Budi Waseso, mengklaim bahwa sebagian besar insiden penerbangan di Indonesia melibatkan pilot yang teler di kokpit karena pengaruh narkotika. Sayangnya klaim tersebut tak sepenuhnya benar.

"Hampir semua kecelakaan udara di Indonesia, apakah itu selip atau apa, pilotnya terindikasi positif narkoba," kata Budi.

Budi tak memerinci insiden mana saja dan berapa persentasenya. Jenderal polisi bintang tiga itu hanya mengutip satu insiden, yakni tergelincirnya pesawat Lion Air saat akan mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, pada April 2013. Budi bilang, pilot pesawat itu berhalusinasi, sehingga melihat laut sebagai landasan.

Penelusuran SINDO Weekly pada laporan hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Kementerian Perhubungan, justru mendapati hasil yang bertentangan dengan klaim Budi Waseso. Menurut KNKT, tes patologi dan toksikologi terhadap pilot dan kopilot Lion Air Boeing 737-800NG PK-LKS yang tergelincir di Denpasar itu menunjukkan hasil negatif, baik untuk narkotika maupun alkohol.

Memang belum lama ini, terjadi sejumlah insiden penerbangan yang diduga melibatkan narkotika atau alkohol. Insiden kemarahan penumpang pesawat Citilink jurusan Surabaya-Jakarta pada akhir Desember tahun lalu diduga karena sang pilot,

Tekad Purna Agnimartanto,mabuk atau mengonsumsi tembakau gorila, narkotika jenis baru. Lalu muncul kabar tentang dua pilot pesawat Susi Air yang dideteksi mengonsumsi morfin oleh BNN Cilacap, Jawa Tengah.

Tapi, hasil pemeriksaan lanjutan kedua kasus itu membersihkan pilot-pilot itu dari semua dugaan dan tuduhan. Mereka sama sekali tak mabuk atau teler. Bahkan, dari keseluruhan laporan investigasi Komite Nasional Keselamatan Penerbangan (KNKT), hanya satu insiden kecelakaan pesawat yang melibatkan alkohol, yakni jatuhnya Kodiak 100 PK SDF di Papua pada 9 April 2014. Sang pilot, Bob Robert Franklin, seorang warga Amerika Serikat, terbukti memiliki 40 miligram alkohol dalam darahnya.

Ketua I Ikatan Pilot Indonesia, Kapten Rama Valerino Noya, pun meminta semua pihak tidak asal menuding pilot selalu terlibat atau bahkan menjadi pecandu narkotika atau alkohol. "Ini anomali, tidak bisa dipukul rata. Itu tidak sampai satu persen dari seluruh jumlah pilot," katanya.

Untuk lebih lengkapnya simak di Majalah SINDO Weekly, Edisi 47/V/2017, terbit Senin (23/1/2017)
Tak Semua Kecelakaan Pesawat Disebabkan Pilot Konsumsi Narkoba
(bbk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3564 seconds (0.1#10.140)