Busway Beroperasi hingga Dini Hari
A
A
A
JAKARTA - Angkutan malam hari (Amari)/Angkutan Dini Hari (Andini) di Jakarta mulai tadi malam beroperasi di tujuh koridor busway. Sedikitnya ada 28 unit bus yang melayani penumpang dengan headway sekitar 10 menit.
Armada Amari merupakan bus Transjakarta rekondisi yang umumnya berwarna abu-abu. Bus-bus tersebut telah beroperasi sejak Transjakarta dioperasikan pada 2004. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Antonius Kosasih mengatakan, sebelumnya Amari dioperasikan di tiga koridor yakni I (Blok M-Kota), III (Kalideres-Pasar Baru), dan IX (Pluit-Pinang Ranti).
Dari hasil evaluasi, pengoperasian Amari menunjukkan tren positif. Dengan demikian, pihaknya berani mengoperasikan Amari di empat koridor lainnya yakni koridor II (Pulogadung-Harmoni), V (Ancol-Kampung Melayu), VIII (Lebak Bulus-Harmoni), dan X (Cililitan-Tanjung Priok). ”Mulai malam ini (tadi malam), Amari di empat koridor itu sudah beroperasi. Tarif masih sebesar Rp3.500. Peningkatan layanan Amari ini kami tambah sesuai kebutuhan penumpang,” kata Antonius Kosasih melalu pesan singkatnya kemarin.
Menurut Kosasih, saat ini pengguna jasa Amari rata-rata mencapai sekitar 100.000 penumpang per bulan. Apabila dilihat dari laba operasional, jumlah penumpang tersebut tentu tidak menguntungkan. Pengoperasian Amari ini sebagai jawaban atas permintaan penumpang dan wujud dari peningkatan pelayanan bus Transjakarta. Kosasih bahkan menjanjikan akan mengoperasikan Amari di seluruh koridor selama 24 jam dalam waktu dekat ini.
Namun, saat ditanya rupiah per kilometer yang membuat Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB) beroperasi hingga perbatasan, dia memilih diam. ”Tujuan kami didirikan bukan semata-mata mengejar laba, melainkan untuk menjadi salah satu solusi utama mobilitas masyarakat DKI Jakarta, layanan ini kami adakan. Ke depan seluruh koridor harus 24 jam operasional,” ungkapnya. Melihat mobilitas kendaraan pada malam hari tidak begitu ramai, Kosasih memperkirakan waktu tunggu bus Amari berkisar 10-30 menit.
Bus hanya berhenti di halte-halte tertentu yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya. ”Jumlah bus tambahan yang akan melayani Amari/Andini sebanyak 28 unit. Karena dioperasikan pada dini hari dan dengan jalur yang steril, kedatangan bus di setiap halte kami minta harus terukur baik sesuai dengan headway yang telah ditetapkan,” ungkapnya.
Anggota Komisi B DPRD DKI Yuke Yurike mendukung penambahan pengoperasian Amari. Terpenting, PT Transjakarta mengedepankan keamanan dan keselamatan penumpang mengingat bus yang digunakan adalah bus rekondisi. ”Keamanannya kita belum lihat ada jaminan yang jelas. Dishub juga harus mengakomodasi angkutan umum lainnya untuk menjemput penumpang di halte busway,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut politikus PDIP itu, transportasi di Jakarta khususnya angkutan umum sangat jauh dari apa yang diharapkan. Dishub sebagai pihak terkait selalu berbeda pendapat dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Seperti yang terlihat dalam kasus APTB. Dishub menyatakan sudah mengkaji dan siap melayani APTB hanya sampai perbatasan.
Sementara Ahok menginginkan lelang tarif rupiah per kilometernya terlebih dahulu. ”Untuk membangun transportasi itu dibutuhkan sinergi yang baik. Seluruh stakeholder harus duduk bareng. Saya menyarankan agar pengoperasian APTB sampai perbatasan baru diterapkan ketika pengadaan bus dilakukan. Jangan sampai penumpang menjadi korban lagi,” tegasnya. Di bagian lain, Kabid Angkutan Dishub Kota Bekasi Erwin menambahkan, peminat APTB di Bekasi cukup tinggi.
Dalam sehari pihaknya mencatat penumpang APTB sebanyak 6.000 orang dengan tiga trayek yakni Terminal Bekasi- Tanah Abang, Terminal Bekasi- Dukuh Atas, dan Terminal Bekasi- Bundaran Hotel Indonesia. Satu trayek lainnya yakni Terminal Bekasi-Pulogadung tidak beroperasi karena mendapat penolakan sopir angkutan umum lainnya.
Tiga trayek yang masih berfungsi itu dilayani 30 armada milik dua operator yakni Mayasari Bhakti dan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). ”Setiap operator mengoperasikan 15 unit bus dengan enam shelter yang kami sediakan,” tambahnya. Erwin mengklaim APTB sudah mulai mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di jalan penghubung Bekasi dengan DKI Jakarta.
Dari 430.000 perjalanan, kata dia, sekitar 52% didominasi kendaraan pribadi. ”Kalau bagus, nyaman, tepat waktu, orang akan pilih APTB,” ungkapnya.
Bima setiyadi/ abdullah m surjaya
Armada Amari merupakan bus Transjakarta rekondisi yang umumnya berwarna abu-abu. Bus-bus tersebut telah beroperasi sejak Transjakarta dioperasikan pada 2004. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Antonius Kosasih mengatakan, sebelumnya Amari dioperasikan di tiga koridor yakni I (Blok M-Kota), III (Kalideres-Pasar Baru), dan IX (Pluit-Pinang Ranti).
Dari hasil evaluasi, pengoperasian Amari menunjukkan tren positif. Dengan demikian, pihaknya berani mengoperasikan Amari di empat koridor lainnya yakni koridor II (Pulogadung-Harmoni), V (Ancol-Kampung Melayu), VIII (Lebak Bulus-Harmoni), dan X (Cililitan-Tanjung Priok). ”Mulai malam ini (tadi malam), Amari di empat koridor itu sudah beroperasi. Tarif masih sebesar Rp3.500. Peningkatan layanan Amari ini kami tambah sesuai kebutuhan penumpang,” kata Antonius Kosasih melalu pesan singkatnya kemarin.
Menurut Kosasih, saat ini pengguna jasa Amari rata-rata mencapai sekitar 100.000 penumpang per bulan. Apabila dilihat dari laba operasional, jumlah penumpang tersebut tentu tidak menguntungkan. Pengoperasian Amari ini sebagai jawaban atas permintaan penumpang dan wujud dari peningkatan pelayanan bus Transjakarta. Kosasih bahkan menjanjikan akan mengoperasikan Amari di seluruh koridor selama 24 jam dalam waktu dekat ini.
Namun, saat ditanya rupiah per kilometer yang membuat Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB) beroperasi hingga perbatasan, dia memilih diam. ”Tujuan kami didirikan bukan semata-mata mengejar laba, melainkan untuk menjadi salah satu solusi utama mobilitas masyarakat DKI Jakarta, layanan ini kami adakan. Ke depan seluruh koridor harus 24 jam operasional,” ungkapnya. Melihat mobilitas kendaraan pada malam hari tidak begitu ramai, Kosasih memperkirakan waktu tunggu bus Amari berkisar 10-30 menit.
Bus hanya berhenti di halte-halte tertentu yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya. ”Jumlah bus tambahan yang akan melayani Amari/Andini sebanyak 28 unit. Karena dioperasikan pada dini hari dan dengan jalur yang steril, kedatangan bus di setiap halte kami minta harus terukur baik sesuai dengan headway yang telah ditetapkan,” ungkapnya.
Anggota Komisi B DPRD DKI Yuke Yurike mendukung penambahan pengoperasian Amari. Terpenting, PT Transjakarta mengedepankan keamanan dan keselamatan penumpang mengingat bus yang digunakan adalah bus rekondisi. ”Keamanannya kita belum lihat ada jaminan yang jelas. Dishub juga harus mengakomodasi angkutan umum lainnya untuk menjemput penumpang di halte busway,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut politikus PDIP itu, transportasi di Jakarta khususnya angkutan umum sangat jauh dari apa yang diharapkan. Dishub sebagai pihak terkait selalu berbeda pendapat dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Seperti yang terlihat dalam kasus APTB. Dishub menyatakan sudah mengkaji dan siap melayani APTB hanya sampai perbatasan.
Sementara Ahok menginginkan lelang tarif rupiah per kilometernya terlebih dahulu. ”Untuk membangun transportasi itu dibutuhkan sinergi yang baik. Seluruh stakeholder harus duduk bareng. Saya menyarankan agar pengoperasian APTB sampai perbatasan baru diterapkan ketika pengadaan bus dilakukan. Jangan sampai penumpang menjadi korban lagi,” tegasnya. Di bagian lain, Kabid Angkutan Dishub Kota Bekasi Erwin menambahkan, peminat APTB di Bekasi cukup tinggi.
Dalam sehari pihaknya mencatat penumpang APTB sebanyak 6.000 orang dengan tiga trayek yakni Terminal Bekasi- Tanah Abang, Terminal Bekasi- Dukuh Atas, dan Terminal Bekasi- Bundaran Hotel Indonesia. Satu trayek lainnya yakni Terminal Bekasi-Pulogadung tidak beroperasi karena mendapat penolakan sopir angkutan umum lainnya.
Tiga trayek yang masih berfungsi itu dilayani 30 armada milik dua operator yakni Mayasari Bhakti dan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). ”Setiap operator mengoperasikan 15 unit bus dengan enam shelter yang kami sediakan,” tambahnya. Erwin mengklaim APTB sudah mulai mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di jalan penghubung Bekasi dengan DKI Jakarta.
Dari 430.000 perjalanan, kata dia, sekitar 52% didominasi kendaraan pribadi. ”Kalau bagus, nyaman, tepat waktu, orang akan pilih APTB,” ungkapnya.
Bima setiyadi/ abdullah m surjaya
(ars)