Profil Jenderal TNI GPH Djatikusumo, Pangeran Jawa yang Menjadi KSAD Pertama

Kamis, 12 Januari 2023 - 14:23 WIB
loading...
A A A
Baca juga: Terpana Paras Cantik Gadis Pujaan, Jenderal TNI Ini Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

Dua kali gagal menyelesaikan pendidikan umum, tak membuat Djatikusumo putus asa. Anak kedua dari lima bersaudara itu lalu masuk sekolah perwira bentukan Belanda, Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO). Mengutip buku berjudul GPH Djatikusumo Prajurit-Pejuang dari Kraton Surakarta karya Solichin Salam (1993), saat masih taruna CORO, tepatnya 3 Maret 1942 Djatikusumo dikirim berperang melawan tentara Jepang di Ciater, Subang, Jawa Barat. Namun lima hari kemudian, Belanda mengumumkan menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Pangkalan Udara Kalijati.

Profil Jenderal TNI GPH Djatikusumo, Pangeran Jawa yang Menjadi KSAD Pertama

FOTO/DOK.Dinas Sejarah, Angkatan Darat

Meski ikut bertempur di pihak Belanda, Djatikusumo diberikan kesempatan oleh Jepang mengikuti pendidikan militer Jawa Boei Kanbu Giyugun Resentai. Ia dilatih menjadi calon perwira Tentara Pembela Tanah Air (PETA) angkatan pertama yang bertugas memimpin Pasukan Sukarela mempertahankan Pulau Jawa dari ancaman invasi Sekutu. Setelah lulus, Djatikusumo menjadi Komandan Kompi (Chudancho) dan ditempatkan di Daidan (Batalyon) I Tentara PETA Surakarta.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, Djatikusumo bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ia diangkat menjadi Komandan BKR Solo dengan pangkat Mayor.

Djatikusumo terlibat dalam berbagai palagan pertempuran di Semarang dan melucuti senjata milik Jepang. Ia juga terlibat dalam perundingan dengan Jepang setelah diajak Bambang Darmojo dan Gubernur Semarang Wongsonegoro. Perundingan itu menghasilkan gencatan senjata.

Loyalitas Djatikusumo sangat tinggi kepada pimpinan. Pernah suatu ketika, dalam situasi pertempuran Semarang, ia diperintah ke Solo mengambil meriam. Sesampai di Solo, Djatikusumo mendapatkan telegram dari Kepala Staf dan Panglima Sementara Urip Sumoharjo untuk segera ke Markas Komando di Jakarta.

Djatikusumo pun langsung berangkat ke Jakarta. Namun baru sampai Cikampek, ia mendapatkan kabar bahwa Urip Sumoharjo dipindah ke Bandung, sehingga akhirnya ia kembali lagi ke Solo. Namun ketika sampai di Solo, posisinya sudah diisi perwira lain, sehingga Djatikusumo tak memiliki jabatan.

Mendapat informasi akan ada perluasan divisi, Djatikusumo memutuskan pergi Yogyakarta menemui Urip Sumoharjo. Saat itu, Djatikusumo ditawari memilih jabatan. Ia lalu memilih kembali bertugas di Semarang memimpin Divisi IV yang berlokasi di Salatiga meliputi Pekalongan, Semarang, dan Pati dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen) terhitung sejak November 1945 hingga Juni 1946.

Tak lama kemudian, Djatikusumo pindah tugas menjadi Panglima Divisi V Ronggolawe. Pangkatnya turun lebih rendah dua tingkat menjadi Kolonel meski mengemban jabatan yang sama. Penurunan pangkat tersebut akibat kebijakan reorganisasi dan rasionalisasi di tubuh TNI. Meski turun pangkatnya, tapi Djatikusumo tetap semangat sebagai prajurit TNI.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1555 seconds (0.1#10.140)