Generasi Muda Harus Dilindungi dari Paham Radikal dan Terorisme

Jum'at, 30 Desember 2022 - 16:50 WIB
loading...
A A A
Dengan keberadaan Duta Damai Dunia Maya BNPT di 18 provinsi, Noor Huda berharap mereka bisa mengungkapkan berbagai jenis radikalisme berbeda yang muncul di berbagai daerah. Itu penting agar masyarakat tahu bahwa radikalisme itu tidak hanya berbasis agama, tetapi juga bermacam-macam penyebabnya.

"Saya senang ada teman-teman dari Ambon, Papua. Saya harapkan mereka bisa bikin konten tentang jenis radikalisme yang tidak melalu karena Islam saja," kata jebolan Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo ini.

Sementara itu, Munir Kartono juga memberikan testimoni tentang proses radikalisasi yang dialami. Menurutnya, proses itu begitu panjang berawal dari permasalahan keluarga yang berlarut-larut dan memancingnya mencari identitas di luar rumah, bahkan di jalanan, sampai akhirnya ia teradikalisasi.

"Itu semua terjadi di luar rumah, lewat pergaulan. Kemudian saya sampai menemukan jaringan teroris semua di luar rumah. Tapi kembali itu semua berawal dari satu masalah yang tidak selesai," katanya.

Saat kali pertama mencari identitas di luar rumah, tutur Munir, ia bertemu anak-anak punk. Namun anak-anak punk ini tidak seperti kebanyakan yang hobinya main musik dengan dandanan dekil. Mereka membuka lapak-lapak perpustakaan jalanan gratis. Bacaan-bacaan itu menarik bentuk-bentuk perlawanan terhadap idealism feodal, bentuk-bentuk nilai nilai kolot, termasuk tidak sesuai dengan negara Indonesia.

"Saya pertama pergi ke Bogor, kemudian saya main ke Bandung. Sampai hari ini kelompok-kelompok ini masih eksis. Nah setelah itu saya bersama kelompok punk tadi, saya sampai satu titik membenci pada negara. Saya mulai tertarik dengan masalah agama, saya mencari kelompok yang mempunyai narasi agama tapi punya nilai perlawanan terhadap negara. Saya kemudian bergabung dengan HTI. Itu titik ketemunya," katanya.

Di HTI, Munir bertemu Bahrun Naim yang kebetulan seusia, seprofesi, dan memiliki hobi sama yaitu mengelola Warnet. "Kita sama-sama jadi klop, ketemu. Kadang saya datang ke Solo, main biliar bareng sampai akhirnya cari duit untuk kelompok-kelompok teroris bareng," katanya.

Munir mencari pendanaan teror dengan cara membobol Paypal. Dari situ dana dialirkan ke crypto currency berupa Bitcoin. Pada 2012, kebetulan grafik Bitcoin sedang meningkat tajam.

Dari dana yang dibelikan Bitcoin, saat dijual selisih nilainya sangat tinggi. Dana itulah yang dialirkan ke Bahrun Naim, yang kemudian disebarkan ke mana-mana seperti pemberangkatan orang-orang ke Suriah, melakukan aksi bom di Indonesia, termasuk pembiayaan kepada keluarga yang melakukan teror bom.

"Bom Mapolres Kartasura, dananya dari saya. Saat itu, Bahrun Naim minta mencarikan dana karena memang saat itu pelaku sudah ingin melakukan. Saya carikan dananya, sehingga terjadi bom di Mapolres Surakarta tahun 2016," katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1041 seconds (0.1#10.140)