Sekjen PDIP: Tidak Ada Pemimpin Tanpa Meniti Jalan Intelektual

Rabu, 21 Desember 2022 - 14:52 WIB
loading...
Sekjen PDIP: Tidak Ada Pemimpin Tanpa Meniti Jalan Intelektual
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, tidak akan mungkin menjadi pemimpin dalam kehidupan tanpa meniti jalan intelektual. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) Hasto Kristiyanto menilai buku berjudul Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta karya 23 rektor dan guru besar memberikan pelajaran penting agar mahasiswa dan anak muda Indonesia tidak puas di zona nyaman. Menurutnya, tidak akan mungkin menjadi pemimpin dalam kehidupan tanpa meniti jalan intelektual.

Hal itu disampaikan Hasto dalam acara bedah buku Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta yang digelar secara hybrid, dipusatkan di Universitas Terbuka Convention Center, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu (21/12/2022). Sebagai pembahas dalam bedah buku adalah sejarawn Bonnie Triyana dan Wakil Ketua Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono.

"Buku ini mengajarkan bahwa kita belajar menjadi pemimpin harus didasari oleh jalan intelektual. Tak ada pemimpin bangsa mendesain masa depan diri dan bangsanya tanpa terlebih dahulu membaca buku, berdiakektika dalam alam pikir, membenturkan dengan persoalan bangsa, dan membangun daya imajinasi masa depan. Tradisi intelektual Soekarno-Hatta juga sama," kata Hasto.

Baca juga: Di Buku Karya Rektor, Megawati Sebut Mentalitas Bangsa Pejuang Tampak Meredup

Lewat buku, Bung Karno dan Bung Hatta mampu menghadapi jalan terjal dan berliku. Entah dipenjara atau dibuang. Kekuatannya berasal dari kemampuan melihat masa depan akibat pembelajaran mendalam atas sejarah bangsa, bagaimana dunia bergerak, lewat buku-buku.

Pelajaran selanjutnya adalah soal falsafah merdeka belajar. Mahasiswa dan anak muda Indonesia harus keluar dari menara gading intelektual yang elitis dan di awang-awang. Pendidikan harus dipastikan benar-benar membumi untuk menjawab persoalan yang dihadapi rakyat.

"Dengan buku ini, terbangun spirit agar kita membedah masalah hidup kita dengan ilmu. Kalau teman mahasiswa mampu galang ide, imajinasi, dan spirit, maka Anda akan mampu merumuskan bagaimana masa depan diri sendiri, bangsa dan negara Anda," urai Hasto.

"Alangkah hebatnya jika kampus bisa menggembleng mahasiswanya agar kuasai iptek, karena itulah jalan terbaik bagi kemajuan bangsa. Tak ada jalan terbaik kemajuan bangsa tanpa mengusai iptek yang membumi," kata Hasto.

Hasto mengatakan, buku ini mengajarkan mengenai dedication of life bagi bangsa dan negara. Dengan mempelajari Soekarno-Hatta, mahasiswa diharap bisa mentradisikan kepemimpinan intelektual dengan membaca buku, diskusi, percobaan ilmiah yang kokrit.

Hasto juga menyinggung soal filosofi merdeka belajar yang juga dibahas di buku itu. Menurutnya, pendidikan merdeka adalah intisari dari upaya panjang mengapa Indoenesia harus merdeka, yakni bagaimana pendidikan pada ujungnya harus bisa membebaskan rakyat dari segala permasalahan.

Filosofi pendidikan merdeka adalah pendidikan yang membebaskan; yang mencerdaskan bangsa; sekaligus membebaskan bangsa dari konservatisme, dari kekolotan, dan dari kebodohan. "Inti sari dari seluruh tulisan tentang filosofi merdeka belajar, Islam dan nasionalisme, gotong royong, kebudayaan membangun karakter bangsa, bagaimana membangun masa depan; itu semua berakar bahwa ilmu pengetahuan bagi para pendiri bangsa khususnya Bung Karno dan Bung Hatta, Itu dipakai untuk kemanusiaan," ujar Hasto.

Rektor Universitas Terbuka, Prof Ojat Darojat menyatakan buku Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta memberikan ruang pendalaman pembelajaran terhadap bagaimana supaya Pancasila sebagai ideologi negara, menjadi landasan hidup yang benar dapat dipertahankan dan diwariskan lintas generasi.

"Oleh karena itu para rektor menganggap penting ada langkah yang dilakukan, terrmasuk dengan para rektor menuliskan gagasan dari berbagai perspektif dan jadi referensi penting dan warna sejarah perjalanan bangsa ke depan," kata Ojat.

Menurutnya, buku itu juga sebagai upaya para rektor berbagi ilmu pengetahuan (knowledge sharing), referensi bagi kita agar dapat paham dan implementasikan nilai luhut bangsa, agar jadi ciri bangsa Indonesia membangun peradaban bangsa ke depan.

Sementara, Karjono berharap agar pengembangan iptek di Indonesia konsisten pada haluan ideologi Pancasila. Dia pun menitipkan pesan agar kalangan kampus untuk ikut kerja dan bisa bersatu. "Artinya kerja, keras, kerja, lebih keras dan kerja lebih keras lagi. Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas. Dengan tuntas dan kerja prioritas," katanya.

Buku Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta ditulis oleh Fatah Sulaiman dkk. Editor buku setebal 224 halaman itu antara lain Ojat Darojat, Fatah Sulaiman, Nurhasan, Fathur Rokhman, Ganefri, dan Miftahil Ilmi. Sementara penulisnya adalah 23 rektor dan guru besar yang tergabung dalam Asosiasi Rektor Merah Putih. Buku itu diterbitkan oleh Universitas Terbuka.

Hasto menuliskan epilog buku itu, sementara Megawati Soekarnoputti menuliskan prolognya. Sementara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makariem menuliskan sambutannya di bagian awal buku.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1363 seconds (0.1#10.140)