Pesan Damai dari Piala Dunia
loading...
A
A
A
Hasibullah Satrawi
Pengamat Politik Timur Tengah dan Dunia Islam
PERHELATAN Piala Dunia kali ini sejatinya tidak hanya menyiarkan bola yang disepak dan diperebutkan untuk dikonversi menjadi gol kemenangan. Piala Dunia kali ini sejatinya bukan hanya tentang hiburan semata-mata. Lebih dari pada itu, Piala Dunia kali ini sejatinya turut menyiarkan nilai-nilai kebaikan yang bisa diterapkan oleh masyarakat dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai masyarakat biasa ataupun sebagai pemimpin negara.
Salah satu alasannya adalah karena perhelatan pesta bola paling akbar ini terlaksana di saat dunia tidak baik-baik saja; roket demi roket terus meluncur membumi-hanguskan Ukraina dan sebagian wilayah yang diklaim bagian dari Rusia. Sementara Korea Utara terus melakukan uji coba senjata jelajahnya yang membuat situasi di kawasan terus memanas. Ditambah lagi dengan sikap Tiongkok yang sejauh ini masih bersifat misteri, baik terkait dengan perang Ukraina versus Rusia maupun terkait persoalan Taiwan.
Baca Juga: koran-sindo.com
Di Timur Tengah sendiri, tempat Piala Dunia kali ini dilaksanakan, kondisinya masih penuh dengan aksi kekerasan, bahkan semenjak jauh sebelum perang terbuka meletus di Ukraina hari ini. Perang saudara demi perang saudara terus berkecamuk di kawasan ini seperti terjadi di Libya, Suriah, Yaman, dan Sudan. Krisis demi krisis terus menghantam negara-negara di kawasan ini seperti terjadi di Mesir, Tunisia, Irak, Lebanon dan yang lainnya. Bahkan penderitaan rakyat Palestina akibat aksi-aksi kekerasan yang dilakukan Israel masih terus terjadi sampai hari ini tanpa adanya dukungan yang berarti secara kongkret seperti didapatkan oleh Ukraina.
Dalam perkembangan terbaru, serangan demi serangan udara yang dilancarkan oleh Turki mulai menghantam wilayah utara Suriah (juga Irak) yang menjadi basis dari kelompok-kelompok perlawanan yang selama ini didukung oleh Barat untuk menghadapi kelompok ekstrem seperti ISIS maupun Al-Qaeda. Turki beralasan bahwa serangannya dilakukan untuk menumpas anasir Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai kelompok teroris dan dituduh berada di balik ledakan yang terjadi di Istanbul mutakhir (13/11). Bahkan Turki berambisi melakukan serangan darat ke kantong-kantong kekuatan Kurdi di utara Suriah. Ambisi Turki di atas mendapatkan catatan kritis dari Rusia dan AS yang sama-sama menjadikan ISIS sebagai musuh bersama.
Dalam konteks seperti di atas, Piala Dunia sejatinya menyiarkan nilai-nilai rekonsiliasi dan perdamaian. Di satu sisi, karena alasan Qatar sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 2022 ini. Sepakbola yang sarat dengan nilai-nilai rekonsiliasi dan perdamaian ini sangat relevan disiarkan melalui Qatar sebagai tuan rumah. Dikatakan demikian, karena dalam beberapa tahun terakhir, Qatar acap memainkan peran dan politik mediasi demi terciptanya rekonsiliasi antara pihak-pihak yang berkonflik, baik di level regional Timur Tengah maupun di level global.
Apa yang terjadi dalam hubungan AS dengan Taliban di Afghanistan bisa dijadikan sebagai salah satu contoh dari politik mediasi yang dilakukan oleh Qatar. Jauh hari ini sebelum AS menarik pasukannya keluar dari Afghanistan (30/08), Qatar sudah kerap memediasi pertemuan demi pertemuan antara perwakilan AS dengan perwakilan Taliban maupun Afghanistan secara umum. Hingga akhirnya AS benar-benar meninggalkan Afghanistan yang dipenuhi dengan pelbagai macam kejutan; dimulai dari pemandangan pergerakan manusia yang sampai memenuhi sayap-sayap pesawat (16/08) hingga kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan tanpa perlawanan dari Ashraf Ghani sebagai Presiden Afghanistan kala itu.
Contoh lain dari politik mediasi yang kerap dilakukan Qatar dalam beberapa tahun terakhir adalah konflik internal antara faksi-faksi di Palestina, khususnya antara Hamas dengan Fatah. Telah dimaklumi bersama, hubungan antara fraksi-fraksi di Palestina sangat rawan, khususnya antara Hamas dan Fatah sebagai dua faksi terbesar di sana. Sejauh ini Qatar terus melakukan dukungan dan upaya untuk menciptakan rekonsiliasi yang lebih permanen antara pihak-pihak yang berada di Palestina.
Sementara di sisi lain, dikatakan sarat dengan nilai-nilai rekonsiliasi dan perdamaian karena sepakbola meniscayakan adanya kerja sama tim secara kolektif, dimulai dari kiper hingga penyerang yang garang di depan gawang lawan. Dalam bentuk permainan kolektif seperti ini, adanya rekonsiliasi dan kekompakan di internal tim menjadi harga mati.
Dengan kata lain, tidak akan ada tim sepakbola yang berhasil melewati fase demi fase bila tidak ada kekompakan dan kebersamaan di dalamnya, terlebih konflik terbuka antara satu pemain dengan pemain yang lain (termasuk antara pemain dengan pelatih atau pihak manajemen tim). Tim-tim besar dengan banyak pemain bintang yang telah pulang lebih dulu bisa dijadikan sebagai contoh dari yang disampaikan di atas, seperti Belgia dan Portugal. Dan pada akhirnya, dalam sepakbola, tim yang juara adalah mereka yang memiliki soliditas, kekompakan dan ditopang oleh keahlian masing-masing pemain.
Di luar nilai-nilai rekonsiliasi, sepakbola juga bersifat antikekerasan. Sepakbola mengharamkan aksi kekerasan dan pelanggaran aturan, bahkan demi alasan kemenangan sekalipun. Bila permainan ini dilakukan melalui aksi kekerasan dan melanggar aturan yang ada, maka hukuman tegas menanti dari sang wasit.
Adalah benar bahwa masih kerap terjadi aksi kekerasan di dunia sepakbola yang bersifat antikekerasan ini. Bahkan aksi kekerasan terbaru terjadi di Kanjuruhan, Malang. Namun aksi kekerasan yang terjadi bukan dosa sepakbola, melainkan dosa orang-orang yang melakukan aksi kekerasan atas nama sepakbola. Dan, sejatinya hukum menindak tegas para pihak yang terlibat dalam aksi kekerasan atas nama sepakbola, khususnya mereka yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan.
Hal yang tak kalah penting, sepakbola meniscayakan semangat antirasisme. Siapa pun boleh memainkan bola yang sama, tak peduli apa pun warna kulit maupun rasnya. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mereka diperkenankan untuk memainkan bola yang sama. Bahkan semuanya berhak dan berpeluang untuk menjadi sang juara di akhir laga.
Pesan antirasisme sangat penting untuk ditekankan bersama-sama, mengingat rasisme menjadi persoalan serius di banyak negara. Tidak hanya di kalangan negara-negara berkembang, melainkan juga di kalangan negara-negara maju seperti Eropa bahkan AS itu sendiri. Dan sepakbola sejatinya menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai antirasisme.
Hal terakhir yang penting diambil dari ajang pesta sepakbola dunia kali ini adalah semangat membahagiakan masyarakat umum. Permainan sepakbola pada akhirnya adalah semangat membahagiakan pihak lain, baik masyarakat secara umum ataupun para fans secara khusus. Bagi para pemain, permainan sepakbola (dan juga olahraga lainnya) masuk dalam perbuatan yang melelahkan. Tapi para pemain menikmati semua lelah dan keringatnya untuk mempersembahkan kemenangan dan kebahagiaan bagi masyarakat maupun fans-nya secara khusus.
Dalam kondisi dunia seperti sekarang, nilai-nilai yang berada di dalam sepakbola sebagaimana di atas penting untuk diperhatikan, baik dalam konteks masyarakat sebagai individu maupun masyarakat sebagai pemimpin. Hingga sepakbola tak hanya menjadi tontonan, tapi juga menyelipkan tuntunan. Hingga sepakbola tidak hanya tentang kemenangan, tapi juga tentang membahagiakan orang lain, bahkan membahagiakan masyarakat luas. Dan untuk dunia saat ini, tak ada hiburan dan kebahagiaan yang lebih kuat daripada terciptanya kehidupan yang penuh damai dan jauh dari perang maupun konflik.
Selamat menikmati pertandingan sepakbola, selamat menggali nilai-nilai baik yang terdapat di dalamnya.
Pengamat Politik Timur Tengah dan Dunia Islam
PERHELATAN Piala Dunia kali ini sejatinya tidak hanya menyiarkan bola yang disepak dan diperebutkan untuk dikonversi menjadi gol kemenangan. Piala Dunia kali ini sejatinya bukan hanya tentang hiburan semata-mata. Lebih dari pada itu, Piala Dunia kali ini sejatinya turut menyiarkan nilai-nilai kebaikan yang bisa diterapkan oleh masyarakat dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai masyarakat biasa ataupun sebagai pemimpin negara.
Salah satu alasannya adalah karena perhelatan pesta bola paling akbar ini terlaksana di saat dunia tidak baik-baik saja; roket demi roket terus meluncur membumi-hanguskan Ukraina dan sebagian wilayah yang diklaim bagian dari Rusia. Sementara Korea Utara terus melakukan uji coba senjata jelajahnya yang membuat situasi di kawasan terus memanas. Ditambah lagi dengan sikap Tiongkok yang sejauh ini masih bersifat misteri, baik terkait dengan perang Ukraina versus Rusia maupun terkait persoalan Taiwan.
Baca Juga: koran-sindo.com
Di Timur Tengah sendiri, tempat Piala Dunia kali ini dilaksanakan, kondisinya masih penuh dengan aksi kekerasan, bahkan semenjak jauh sebelum perang terbuka meletus di Ukraina hari ini. Perang saudara demi perang saudara terus berkecamuk di kawasan ini seperti terjadi di Libya, Suriah, Yaman, dan Sudan. Krisis demi krisis terus menghantam negara-negara di kawasan ini seperti terjadi di Mesir, Tunisia, Irak, Lebanon dan yang lainnya. Bahkan penderitaan rakyat Palestina akibat aksi-aksi kekerasan yang dilakukan Israel masih terus terjadi sampai hari ini tanpa adanya dukungan yang berarti secara kongkret seperti didapatkan oleh Ukraina.
Dalam perkembangan terbaru, serangan demi serangan udara yang dilancarkan oleh Turki mulai menghantam wilayah utara Suriah (juga Irak) yang menjadi basis dari kelompok-kelompok perlawanan yang selama ini didukung oleh Barat untuk menghadapi kelompok ekstrem seperti ISIS maupun Al-Qaeda. Turki beralasan bahwa serangannya dilakukan untuk menumpas anasir Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai kelompok teroris dan dituduh berada di balik ledakan yang terjadi di Istanbul mutakhir (13/11). Bahkan Turki berambisi melakukan serangan darat ke kantong-kantong kekuatan Kurdi di utara Suriah. Ambisi Turki di atas mendapatkan catatan kritis dari Rusia dan AS yang sama-sama menjadikan ISIS sebagai musuh bersama.
Dalam konteks seperti di atas, Piala Dunia sejatinya menyiarkan nilai-nilai rekonsiliasi dan perdamaian. Di satu sisi, karena alasan Qatar sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 2022 ini. Sepakbola yang sarat dengan nilai-nilai rekonsiliasi dan perdamaian ini sangat relevan disiarkan melalui Qatar sebagai tuan rumah. Dikatakan demikian, karena dalam beberapa tahun terakhir, Qatar acap memainkan peran dan politik mediasi demi terciptanya rekonsiliasi antara pihak-pihak yang berkonflik, baik di level regional Timur Tengah maupun di level global.
Apa yang terjadi dalam hubungan AS dengan Taliban di Afghanistan bisa dijadikan sebagai salah satu contoh dari politik mediasi yang dilakukan oleh Qatar. Jauh hari ini sebelum AS menarik pasukannya keluar dari Afghanistan (30/08), Qatar sudah kerap memediasi pertemuan demi pertemuan antara perwakilan AS dengan perwakilan Taliban maupun Afghanistan secara umum. Hingga akhirnya AS benar-benar meninggalkan Afghanistan yang dipenuhi dengan pelbagai macam kejutan; dimulai dari pemandangan pergerakan manusia yang sampai memenuhi sayap-sayap pesawat (16/08) hingga kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan tanpa perlawanan dari Ashraf Ghani sebagai Presiden Afghanistan kala itu.
Contoh lain dari politik mediasi yang kerap dilakukan Qatar dalam beberapa tahun terakhir adalah konflik internal antara faksi-faksi di Palestina, khususnya antara Hamas dengan Fatah. Telah dimaklumi bersama, hubungan antara fraksi-fraksi di Palestina sangat rawan, khususnya antara Hamas dan Fatah sebagai dua faksi terbesar di sana. Sejauh ini Qatar terus melakukan dukungan dan upaya untuk menciptakan rekonsiliasi yang lebih permanen antara pihak-pihak yang berada di Palestina.
Sementara di sisi lain, dikatakan sarat dengan nilai-nilai rekonsiliasi dan perdamaian karena sepakbola meniscayakan adanya kerja sama tim secara kolektif, dimulai dari kiper hingga penyerang yang garang di depan gawang lawan. Dalam bentuk permainan kolektif seperti ini, adanya rekonsiliasi dan kekompakan di internal tim menjadi harga mati.
Dengan kata lain, tidak akan ada tim sepakbola yang berhasil melewati fase demi fase bila tidak ada kekompakan dan kebersamaan di dalamnya, terlebih konflik terbuka antara satu pemain dengan pemain yang lain (termasuk antara pemain dengan pelatih atau pihak manajemen tim). Tim-tim besar dengan banyak pemain bintang yang telah pulang lebih dulu bisa dijadikan sebagai contoh dari yang disampaikan di atas, seperti Belgia dan Portugal. Dan pada akhirnya, dalam sepakbola, tim yang juara adalah mereka yang memiliki soliditas, kekompakan dan ditopang oleh keahlian masing-masing pemain.
Di luar nilai-nilai rekonsiliasi, sepakbola juga bersifat antikekerasan. Sepakbola mengharamkan aksi kekerasan dan pelanggaran aturan, bahkan demi alasan kemenangan sekalipun. Bila permainan ini dilakukan melalui aksi kekerasan dan melanggar aturan yang ada, maka hukuman tegas menanti dari sang wasit.
Adalah benar bahwa masih kerap terjadi aksi kekerasan di dunia sepakbola yang bersifat antikekerasan ini. Bahkan aksi kekerasan terbaru terjadi di Kanjuruhan, Malang. Namun aksi kekerasan yang terjadi bukan dosa sepakbola, melainkan dosa orang-orang yang melakukan aksi kekerasan atas nama sepakbola. Dan, sejatinya hukum menindak tegas para pihak yang terlibat dalam aksi kekerasan atas nama sepakbola, khususnya mereka yang terlibat dalam tragedi Kanjuruhan.
Hal yang tak kalah penting, sepakbola meniscayakan semangat antirasisme. Siapa pun boleh memainkan bola yang sama, tak peduli apa pun warna kulit maupun rasnya. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mereka diperkenankan untuk memainkan bola yang sama. Bahkan semuanya berhak dan berpeluang untuk menjadi sang juara di akhir laga.
Pesan antirasisme sangat penting untuk ditekankan bersama-sama, mengingat rasisme menjadi persoalan serius di banyak negara. Tidak hanya di kalangan negara-negara berkembang, melainkan juga di kalangan negara-negara maju seperti Eropa bahkan AS itu sendiri. Dan sepakbola sejatinya menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai antirasisme.
Hal terakhir yang penting diambil dari ajang pesta sepakbola dunia kali ini adalah semangat membahagiakan masyarakat umum. Permainan sepakbola pada akhirnya adalah semangat membahagiakan pihak lain, baik masyarakat secara umum ataupun para fans secara khusus. Bagi para pemain, permainan sepakbola (dan juga olahraga lainnya) masuk dalam perbuatan yang melelahkan. Tapi para pemain menikmati semua lelah dan keringatnya untuk mempersembahkan kemenangan dan kebahagiaan bagi masyarakat maupun fans-nya secara khusus.
Dalam kondisi dunia seperti sekarang, nilai-nilai yang berada di dalam sepakbola sebagaimana di atas penting untuk diperhatikan, baik dalam konteks masyarakat sebagai individu maupun masyarakat sebagai pemimpin. Hingga sepakbola tak hanya menjadi tontonan, tapi juga menyelipkan tuntunan. Hingga sepakbola tidak hanya tentang kemenangan, tapi juga tentang membahagiakan orang lain, bahkan membahagiakan masyarakat luas. Dan untuk dunia saat ini, tak ada hiburan dan kebahagiaan yang lebih kuat daripada terciptanya kehidupan yang penuh damai dan jauh dari perang maupun konflik.
Selamat menikmati pertandingan sepakbola, selamat menggali nilai-nilai baik yang terdapat di dalamnya.
(bmm)