Raja Intelijen Bocorkan Calon Panglima TNI: Jenderal dari Luar Jawa

Rabu, 23 November 2022 - 05:05 WIB
loading...
Raja Intelijen Bocorkan Calon Panglima TNI: Jenderal dari Luar Jawa
Bursa calon Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) menghangat jelang berakhirnya masa pengabdian Jenderal TNI Andika Perkasa. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Bursa calon Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) menghangat jelang berakhirnya masa pengabdian Jenderal TNI Andika Perkasa . Tiga kepala staf angkatan dinilai berpeluang menggantikan yakni KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, dan KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.

Menilik sejarah militer Indonesia, jenderal bintang empat dari matra Darat paling banyak mengisi jabatan Panglima TNI. Ketika masih bernama ABRI, Panglima bahkan keseluruhan dari Angkatan Darat, dimulai dari Jenderal TNI Soeharto hingga Jenderal TNI Wiranto.

Soal pemilihan Panglima TNI, ada cerita menarik dari mendiang Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani. Suatu hari jelang berakhirnya masa jabatan Jenderal TNI Maraden Panggabean sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI (Kini Panglima TNI), Benny Moerdani menyapa sekelompok jurnalis yang sedang ngopi santai di Hotel Indonesia.

Benny tiba-tiba memberikan bocoran tentang calon panglima yang baru. Jenderal ahli intelijen itu seolah tahu kasak-kusuk tentang pergantian Maraden semakin kencang, begitu pula di kalangan wartawan. Siapa kandidat Panglima ABRI?

“Wah, nanti ada orang luar Jawa lagi jadi Menhankam (Pangab),” ujar Benny diceritakan Jurnalis Senior Atmadji Sumarkidjo dalam buku “Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit”, dikutip Selasa (22/11/2022).

Para wartawan yang mendengar celetukan itu hanya termangu. Mereka tidak tahu siapa sosok yang dimaksud Benny. Bukan apa-apa, ketika itu sejumlah nama dianggap punya kans kuat untuk menjadi Panglima ABRI.

Mereka antara lain KSAD Jenderal TNI Widodo. Ada pula perwira tinggi senior lainnya semacam Jenderal TNI Soerono dan Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah. Di luar itu ada nama Kepala Staf Komando Pemulihan dan Ketertiban Laksamana TNI Soedomo. Namun karena dari AL, kans Soedomo ketika itu dianggap kecil.

Jika mengikuti pola sebelumnya, Widodo disebut-sebut paling berpeluang menjadi Menhankam/Pangab. Sama seperti Maraden Panggabean yang sebelumnya menjabat KSAD, kemudian dipercaya sebagai panglima. Namun, sosok yang terpilih benar-benar kejutan.

Presiden Soeharto rupanya telah memiliki pilihan tersendiri. Mantan Pangkostrad itu mengangkat Jenderal TNI M Jusuf sebagai Menhankam/Pangab. Nama Jusuf disebut berbarengan dengan pengumuman komposisi Kabinet Pembangunan III pada 1978.

Raja Intelijen Bocorkan Calon Panglima TNI: Jenderal dari Luar Jawa


Kejutan Besar
Penunjukan Jusuf sebagai Pangab sangat mengejutkan. Betapa tidak, jenderal kelahiran Kajuana, Bone, Sulawesi Selatan itu telah 13 tahun lamanya tak berseragam militer. Meski masih berstatus tentara aktif, namun dia telah masuk birokrasi sebagai menteri.

Di era Orde Baru, militer yang bertugas sipil ini dikenal dengan istilah ‘dikaryakan’. Jusuf semenjak dari Pangdam Hasanuddin XVI/Hasanuddin telah direkrut Presiden Soekarno sebagai Menteri Perindustrian Ringan (1964-1967), Menteri Perindustrian Dasar Indonesia (Februari-Juli 1966), dan berlanjut sebagai Menteri Perdagangan (1967-1968).

Ketika Soeharto mengambil alih kekuasaan, Jusuf kembali dipercaya masuk kabinet. Bangsawan Bugis itu diangkat sebagai Menteri Perindustrian (1968-1978). Baru lah setelah itu dia ditunjuk sebagai Menhankam/Pangab (1978-1983).

“Dibanding Maraden Panggabean yang digantikan, dia (Jusuf) kalah lengkap karier militernya terutama di bidang staf dan teritorial. Tetapi siapa yang berani melawan kehendak Soeharto?” kata Atmadji.

Panglima Para Prajurit
Lahir dari keluarga terpandang di Sulawesi Selatan, Jusuf saat muda merantau ke Yogyakarta untuk berniaga. Bukan hal mengherankan karena umumnya orang Bugis menekuni profesi sebagai pedagang atau pengusaha.

Tapi jalan hidup Jusuf ternyata tak menjadi saudagar. Dia lebih memilih bergabung sebagai anggota Tentara Rakyat Indonesia (cikal bakal TNI) di era kemerdekaan itu. Dia lantas masuk Corps Polisi Militer (CPM) pada 1949.

Di masa-masa awal sebagai tentara itu dia pernah menjadi ajudan Abdul Kahar Muzakkar, sosok yang sempat menjadi pengawal Bung Karno namun akhirnya ditembak mati pasukan Siliwangi akibat gerakan pemberontakannya di Sulsel. Perjalanan nasib akhirnya mengantar dia sebagai Pangdam Hasanuddin dan mencapai puncak karier militer sebagai Panglima ABRI.

Selepas pensiun dia masih dipercaya sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan. Jusuf sangat dihormati anggota TNI. Salah satu ingatan yang melekat pada banyak orang tentangnya yakni kebiasaan blusukan ke barak-barak dan menyapa prajurit.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengingat Jusuf sebagai sosok yang sangat sederhana. Jusuf, kata Prabowo, seorang jenderal yang tidak ingin menyusahkan anak buah dengan minta berbagai fasilitas.

“Dari beliau saya belajar pemimpin harus turun ke lapangan dan langsung memberikan solusi atas persoalan yang ada. Karena itu Jenderal Muhammad Jusuf sangat dihormati, bahkan dicium tangannya oleh anak buah,” tutur mantan Danjen Kopassus ini dalam buku biografinya “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4204 seconds (0.1#10.140)