Dekaindo Bersama Kementan Gelar Hari Kakao Nasional ke-10 di Kemayoran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian ( Kementan ) menyelenggarakan acara Hari Kakao Nasional ke-10 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran , Jakarta Pusat, Sabtu 12 November 2022. Acara tersebut bertema 'Menuju Indonesia sebagai Produsen dan Konsumen Kakao Berkelanjutan'.
Ketua Dekaindo Soetanto Abdoellah mengimbau, para pelaku usaha, petani kakao, dan pemerintah untuk berkolaborasi. Hal itu, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan biji kakao nasional, peningkatan mutu, serta produksi olahan yang ada di Tanah Air.
“Pada kesempatan yang baik ini, mari kita terus semangati para koperasi, Gapoktan dan petani agar bisa berkontribusi dalam meningkatkan produksi kakao nasional,” kata Soetanto.
Peringatan Hari Kakao kali ini diisi dengan pameran dan lomba diselenggarakan pada 9-12 November dan diikuti oleh 40 peserta dari seluruh Indonesia. Sejumlah lomba yang diadakan adalah lomba biji kakao, kompetisi beans-to-bar, lomba The Brownie, dan Indonesia Cocoa Plated Dessert.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika turut berpartisipasi di acara Hari Kakao Nasional ini.“Penyelenggaraaan pameran tematik Kakao dan Cokelat Indonesia di JIExpo Kemayoran Jakarta menunjukkan besarnya animo pelaku industri pengolahan kakao dan cokelat untuk terus memperluas pasarnya di dlam dan luar negeri. Dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang berpartisipasi disini,” kata Putu Juli.
Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan terus berupaya untuk bekerja sama dengan stakeholders, gapoktan atau asosiasi petani kakao untuk pemenuhan permintaan kakao yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada kesempatan lain, Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengapresiasi peran serta pelaku usaha kakao Indonesia, namun perlu bersinergitas agar hasilnya lebih maksimal dari hulu ke hilir.
“Kami mengimbau agar para pelaku usaha, petani dan lembaga penelitian bersama-sama pemerintah baik pusat maupun daerah bersinergi serta bekerjasama secara intensif dalam mewujudkan kebun kakao berproduksi tinggi dan berkelanjutan,” kaya Andi Nur.
Sementara itu, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan, Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan, prospek pasar kakao memerlukan komitmen bersama antar stakeholder.
Dia menuturkan, melalui mekanisme peningkatan mutu biji kakao dalam rangka pemenuhan permintaan industri, membuka akses SOP yang dibutuhkan petani dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar atau pelaku usaha baik dalam bentuk pelatihan dan pendampingan, keterbukaan pelaku usaha dalam bekerja sama dengan prinsip saling menguntungkan untuk menguatkan rantai pasok khususnya mendapatkan bahan baku untuk memenuhi kapasitas terpasang dan target usaha.
"Poin paling penting adalah pelaku usaha dapat memberikan insentif harga bagi petani yang berhasil memenuhi SOP sesuai kebijakan,” kata Bagus.
Sekadar diketahui, kakao termasuk komoditas unggulan subsektor perkebunan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan agroindustry serta pengembangan wilayah.
Luas areal pengembangan kakao mencapai 1,5 juta hektare dengan produksi sebesar 721 ribu ton menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar dunia bahkan sudah bertransformasi sebagai negara pengolah kakao. Komoditas kakao juga memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 1,24 miliar dan merupakan penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.
Ketua Dekaindo Soetanto Abdoellah mengimbau, para pelaku usaha, petani kakao, dan pemerintah untuk berkolaborasi. Hal itu, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan biji kakao nasional, peningkatan mutu, serta produksi olahan yang ada di Tanah Air.
“Pada kesempatan yang baik ini, mari kita terus semangati para koperasi, Gapoktan dan petani agar bisa berkontribusi dalam meningkatkan produksi kakao nasional,” kata Soetanto.
Peringatan Hari Kakao kali ini diisi dengan pameran dan lomba diselenggarakan pada 9-12 November dan diikuti oleh 40 peserta dari seluruh Indonesia. Sejumlah lomba yang diadakan adalah lomba biji kakao, kompetisi beans-to-bar, lomba The Brownie, dan Indonesia Cocoa Plated Dessert.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika turut berpartisipasi di acara Hari Kakao Nasional ini.“Penyelenggaraaan pameran tematik Kakao dan Cokelat Indonesia di JIExpo Kemayoran Jakarta menunjukkan besarnya animo pelaku industri pengolahan kakao dan cokelat untuk terus memperluas pasarnya di dlam dan luar negeri. Dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang berpartisipasi disini,” kata Putu Juli.
Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan terus berupaya untuk bekerja sama dengan stakeholders, gapoktan atau asosiasi petani kakao untuk pemenuhan permintaan kakao yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada kesempatan lain, Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengapresiasi peran serta pelaku usaha kakao Indonesia, namun perlu bersinergitas agar hasilnya lebih maksimal dari hulu ke hilir.
“Kami mengimbau agar para pelaku usaha, petani dan lembaga penelitian bersama-sama pemerintah baik pusat maupun daerah bersinergi serta bekerjasama secara intensif dalam mewujudkan kebun kakao berproduksi tinggi dan berkelanjutan,” kaya Andi Nur.
Sementara itu, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan, Hendratmojo Bagus Hudoro mengatakan, prospek pasar kakao memerlukan komitmen bersama antar stakeholder.
Dia menuturkan, melalui mekanisme peningkatan mutu biji kakao dalam rangka pemenuhan permintaan industri, membuka akses SOP yang dibutuhkan petani dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar atau pelaku usaha baik dalam bentuk pelatihan dan pendampingan, keterbukaan pelaku usaha dalam bekerja sama dengan prinsip saling menguntungkan untuk menguatkan rantai pasok khususnya mendapatkan bahan baku untuk memenuhi kapasitas terpasang dan target usaha.
"Poin paling penting adalah pelaku usaha dapat memberikan insentif harga bagi petani yang berhasil memenuhi SOP sesuai kebijakan,” kata Bagus.
Sekadar diketahui, kakao termasuk komoditas unggulan subsektor perkebunan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan agroindustry serta pengembangan wilayah.
Luas areal pengembangan kakao mencapai 1,5 juta hektare dengan produksi sebesar 721 ribu ton menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar dunia bahkan sudah bertransformasi sebagai negara pengolah kakao. Komoditas kakao juga memberikan sumbangan devisa sebesar US$ 1,24 miliar dan merupakan penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.
(mhd)