Profil Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kakak Ipar SBY Mantan Komandan Kopassus yang Memiliki Banyak Prestasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo merupakan salah seorang yang pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) dan Komandan Korps Pasukan Khusus (Kopassus). Tak heran bila sepanjang kariernya, dia memiliki banyak prestasi.
Pramono Edhie Wibowo lahir pada 5 Mei 1955, di Magelang. Beliau merupakan anak dari sosok tokoh militer ternama di Indonesia Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Dia juga merupakan ipar dari Presiden Republik Indonesia ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono. Pramono Edhie Wibowo merupakan kakak dari Ani Yudhoyono.
Baca juga : Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo Tutup Usia
Sebagai seorang anak dari Jenderal, Pramono Edhie Wibowo akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Dengan latar belakang keluarga militer, membuat perjalanan karier Pramono Edhie Wibowo kian bersinar.
Setelah lulus Akademi Militer pada 1978, dia ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Kopassandha. Kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pramono semakin sering menjabat di posisi strategis seperti Perwira Intel Operasi grup I Kopassus, hingga wakil komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996.
Masa setelah reformasi, Pramono terpilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001. Di tahun yang sama juga dia menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).
Pada tahun 2005 karier Pramono terus meningkat, dimana kala itu dia menjadi Wakil Danjen Kopassus pada 2005. Dua tahun berselang jabatan Komandan Kopassus diembannya.
Namun kariernya yang terlalu mulus ini membuat kebanyakan orang berpendapat karena latar belakang keluarganya yang mendukung dia mudah dalam naik pangkat dan menjabat posisi strategis. Apalagi ketika dia menjadi KSAD.
Dilansir dari demokrat.or.id, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 40/TNI/tahun 2011 mengangkat Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal TNI George Toisutta.
Proses pengangkatannya sebagai KSAD saat itu menuai protes dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) yang menganggap terdapat unsur nepotisme karena Pramono Edhie merupakan adik dari Ibu Negara Ani Yudhoyono atau ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca juga : Sosok Pramono Edhie Wibowo di Mata Jenderal Andika Perkasa
Namun pendapat tersebut memang tak sepenuhnya benar mengingat banyaknya penghargaan yang diterimanya. Mulai dari Bintang, Satyalancana, hingga Brevet dan Wing.
Beberapa brevet yang disandangnya terdiri dari, Brevet Kualifikasi Komando Kopassus, Brevet Para Utama, Brevet Free Fall, Brevet Kualifikasi Penanggulangan Teror, Brevet Kualifikasi Intai Tempur, Brevet Kualifikasi Intai Amfibi, Brevet Kualifikasi Komando Paskhas, Brevet Denjaka, Brevet Hiu Kencana, dan Wing Penerbang TNI AU.
Kemudian ada pula brevet yang didapatnya dari luar negeri seperti, Basic Military Freefall Parachutist Badge (US Army), Master Parachutist Badge (US Army), dan Pathfinder Badge (US Army).
Setelah pensiun dari militer, pada tahun 2013, Pramono Edhie Wibowo terjun ke dalam dunia politik dan bergabung dengan Partai Demokrat menjadi salah satu anggota Dewan Pembina partai.
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo meninggal pada 13 Juni 2020, karena mengalami serangan jantung. Jenazah Jenderal Bintang Empat ini dimakamkan pada 14 Juni 2020 di TMP Kalibata.
Lihat Juga: 7 Letjen TNI AD Bertugas di Mabes TNI, Nomor 4 Gabungkan Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama Akmil 1993
Pramono Edhie Wibowo lahir pada 5 Mei 1955, di Magelang. Beliau merupakan anak dari sosok tokoh militer ternama di Indonesia Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo. Dia juga merupakan ipar dari Presiden Republik Indonesia ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono. Pramono Edhie Wibowo merupakan kakak dari Ani Yudhoyono.
Baca juga : Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo Tutup Usia
Sebagai seorang anak dari Jenderal, Pramono Edhie Wibowo akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Dengan latar belakang keluarga militer, membuat perjalanan karier Pramono Edhie Wibowo kian bersinar.
Setelah lulus Akademi Militer pada 1978, dia ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Kopassandha. Kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pramono semakin sering menjabat di posisi strategis seperti Perwira Intel Operasi grup I Kopassus, hingga wakil komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996.
Masa setelah reformasi, Pramono terpilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001. Di tahun yang sama juga dia menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).
Pada tahun 2005 karier Pramono terus meningkat, dimana kala itu dia menjadi Wakil Danjen Kopassus pada 2005. Dua tahun berselang jabatan Komandan Kopassus diembannya.
Namun kariernya yang terlalu mulus ini membuat kebanyakan orang berpendapat karena latar belakang keluarganya yang mendukung dia mudah dalam naik pangkat dan menjabat posisi strategis. Apalagi ketika dia menjadi KSAD.
Dilansir dari demokrat.or.id, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 40/TNI/tahun 2011 mengangkat Letnan Jenderal Pramono Edhie Wibowo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal TNI George Toisutta.
Proses pengangkatannya sebagai KSAD saat itu menuai protes dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) yang menganggap terdapat unsur nepotisme karena Pramono Edhie merupakan adik dari Ibu Negara Ani Yudhoyono atau ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca juga : Sosok Pramono Edhie Wibowo di Mata Jenderal Andika Perkasa
Namun pendapat tersebut memang tak sepenuhnya benar mengingat banyaknya penghargaan yang diterimanya. Mulai dari Bintang, Satyalancana, hingga Brevet dan Wing.
Beberapa brevet yang disandangnya terdiri dari, Brevet Kualifikasi Komando Kopassus, Brevet Para Utama, Brevet Free Fall, Brevet Kualifikasi Penanggulangan Teror, Brevet Kualifikasi Intai Tempur, Brevet Kualifikasi Intai Amfibi, Brevet Kualifikasi Komando Paskhas, Brevet Denjaka, Brevet Hiu Kencana, dan Wing Penerbang TNI AU.
Kemudian ada pula brevet yang didapatnya dari luar negeri seperti, Basic Military Freefall Parachutist Badge (US Army), Master Parachutist Badge (US Army), dan Pathfinder Badge (US Army).
Setelah pensiun dari militer, pada tahun 2013, Pramono Edhie Wibowo terjun ke dalam dunia politik dan bergabung dengan Partai Demokrat menjadi salah satu anggota Dewan Pembina partai.
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo meninggal pada 13 Juni 2020, karena mengalami serangan jantung. Jenazah Jenderal Bintang Empat ini dimakamkan pada 14 Juni 2020 di TMP Kalibata.
Lihat Juga: 7 Letjen TNI AD Bertugas di Mabes TNI, Nomor 4 Gabungkan Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama Akmil 1993
(bim)