Jadilah Pahlawan Selagi Masih Muda

Jum'at, 11 November 2022 - 19:07 WIB
loading...
Jadilah Pahlawan Selagi Masih Muda
Generasi muda harus mampu memaknai semangat Hari Pahlawan dengan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan bangga terhadap budaya bangsa sendiri. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
SETIAP 10 November seluruh rakyat Indonesia diingatkan pada peringatan Hari Pahlawan. Hari Pahlawan dimaksudkan agar seluruh warga bangsa tidak melupakan jasa jasa para pahlawan yang berkorban jiwa raga, harta benda guna merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang.

Pengorbanan tulus dari para pahlawan inilah yang harus terus dikobarkan di setiap sanubari anak bangsa sebagai semangat mengisi kemerdekaan dan mewujudkan tujuan negara seperti diabadikan dalam pembukaan UUD 45.

Para pahlawan yang sudah mendahului kita akan tersenyum jika perjuangan darah dan air mata mereka tidak sia-sia. Kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju masyarakat Indonesia yang adil makmur sejahtera disegani dunia mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh para penerus bangsa.

Baca Juga: koran-sindo.com

Tantangan zaman memang tidak sama. Dahulu para pahlawan berjuang melawan kolonialisme Barat yang menghisap sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia secara fisik.

Tantangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di zaman digital ini tidak kalah berat. Jika dulu pertempuran melawan penjajah dilakukan dengan senjata seadanya yakni pedang, keris, golok, bambu runcing, di era digital para penguasa teknologi menguasai sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia dengan cara yang berbeda.

Banyak generasi masa kini yang justru menikmati “penjajahan” era digital ini karena asyik larut dalam jebakan-jebakan perang asimetris yang diterapkan. Tidak ada pengiriman pasukan militer dari negara lain. Cukup dengan menguasai pikiran masyarakat kita agar sibuk dengan mainan-mainan baru berbalut teknologi termutkahir yang membuat penggunanya lupa bahwa mereka sedang dikuasai dalam arti sebenarnya.

Tak terasa langkah-langkah kita dituntun oleh kemewahan teknologi yang sengaja mengelabui dan menggerus rasa bangga akan kebesaran dan kehebatan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Kita sedih melihat generasi muda kaum milenial dan generasi sesudahnya (gen alfa) sudah jarang memahami sejarah perjuangan bangsa sendiri. Mereka lebih hapal drama Korea yang mengharu biru, sentimentil dan menguras air mata. Betapa bintang-bintang Korea yang dihadirkan di sini membuat histeris ribuan penggemarnya yang mayoritas anak-anak muda.

Mereka rela menunggu berjam-jam, antre, berdesak desakan bahkan sampai ada yang pingsan hanya untuk melihat idola mereka sang bintang K-Pop. Bukan salah Korea. Ini semua salah kita, salah generasi-generasi sebelumnya yang gagal menanamkan nilai-nilai cinta pahlawan, cinta Tanah Air dan jiwa nasionalisme kebangsaan dan ke Indonesia.

Para elite pengelola negara sibuk dengan agenda-agenda jangka pendek untuk kepentingan politik praktis pemilu lima tahunan. Program program pembangunan karakter generasi muda Indonesia baru sebatas slogan dan jargon.

Kurikulkum pendidikan nasional yang berubah setiap ganti menteri juga turut memberi kontribusi pada lemahnya pendidikan karakter kepada para peserta didik. Para guru dan dosen sibuk dengan pemenuhan syarat-syarat administratif yang dibuat njlimet ruwet sehingga semakin jauh dari substansi menjadi garda terdepan pendidikan karakter anak bangsa.

Kekosongan dan kesibukan para pemangku kepentingan ini menjadi “jembatan emas” bagi para penguasa teknologi untuk mengisi otak dan batin para milenial dengan muatan-muatan receh dan remeh temeh yang dikemas dalam sajian yang sangat digemari anak muda Indonesia.

Hampir tidak mungkin kita bisa melepaskan ketergantungan kepada teknologi. Mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi semua dikendalikan sebuah sistem yang tidak memiliki rasa cinta Tanah Air, rasa setia kawan, toleransi, saling menghargai dan semua nilai nilai luhur yang dulu diajarkan orang tua. Ikatan kekeluargaan sebagai wahana saling asah asih asuh itu sudah pudar dan sengaja dipudarkan agar anak anak muda itu melupakan jati dirinya.

Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2022 adalah momentum emas untuk mengetuk kembali rasa cinta Tanah Air dari para kaum muda. Kembalilah pada jati dirimu sebagai agen perubahan seperti dengan sangat heroik ditunjukkan oleh pengorbanan para pahlawan pendahulu kita.

Buatlah mereka bangga bahwa para pemuda masa kini juga mampu berbuat heroik menegakkan kedaulatan negara di semua sisi dan mampu membuat negara-negara lain segan dan hormat kepada Indonesia. Mari bangkitlah para pahlawan muda, kiprahmu benar-benar diharapkan mampu mengawal cita-cita kemerdekaan.
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1201 seconds (0.1#10.140)