Belasan Prajurit Kopassus Gugur, Misi Rahasia Operasi Naga di Papua Bocor
loading...

Belasan prajurit Kopassus yang melakukan misi rahasia Operasi Naga di Papua gugur. Foto/Ilustrasi/Pen Kopassus
A
A
A
JAKARTA - Belasan prajurit Kopassus yang melakukan misi rahasia Operasi Naga di Papua gugur. Kurangnya data dan peta yang akurat, serta beratnya medan operasi, menjadi penyebab Operasi Naga ini tak berjalan sesuai yang diharapkan.
Peristiwa ini diungkap dalam buku berjudul "Benny Moerdani yang Belum Terungkap". Operasi tersebut dirancang oleh Benny Moerdani yang saat itu masih berusia 29 tahun.
Kepala Staf Operasi Tertinggi Mayor Jenderal TNI Ahmad Yani kala itu, tidak punya pilihan karena tak seorang pun perwira senior yang berani memimpin operasi ini.
Baca juga: Mengenal RPKAD, Cikal Bakal Kopassus
Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang saat itu berpangkat Letnan Satu mengisahkan operasi tersebut. Ketika itu, di hadapan pasukan Naga di Pulau Seram, Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto mengatakan, jika penerjunan ini cukup berisiko.
"Sebentar lagi saudara-saudara akan berangkat untuk diterjunkan di daerah Merauke dalam rangka operasi merebut Irian Barat," tutur Ben Mboi dalam buku biografi "Kepemimpinan Militer: Catatan dan Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto."
"Dua tim sebelum kalian sudah diterjunkan beberapa minggu lalu sampai hari ini tidak ada kontak dengan mereka. Kemungkinan kalian tidak kembali lebih dari 50%. Saya beri waktu tiga menit, kalau ada di antara kalian yang ragu-ragu, yang tidak mau berangkat silakan keluar barisan," sambungnya.
Baca juga: Pusdiklatpassus Kopassus Bentuk Sekolah Pertempuran Khusus
Tepat pukul 03.00 dini hari, 23 Juni 1962 sebanyak 213 prajurit Kopassus diterjunkan dari tiga pesawat C-130 Hercules di atas Merauke, Papua. Meski pilot TNI AU sudah berusaha terbang serendah mungkin agar saling berdekatan, tapi tiba-tiba datang angin kencang yang menyebabkan para penerjun terpencar.
Akibatnya, penerjunan memakai parasut statis jenis D1 buatan Rusia itu menjadi kacau. Kekacauan semakin diperparah karena peta yang digunakan tidak akurat.
Peristiwa ini diungkap dalam buku berjudul "Benny Moerdani yang Belum Terungkap". Operasi tersebut dirancang oleh Benny Moerdani yang saat itu masih berusia 29 tahun.
Kepala Staf Operasi Tertinggi Mayor Jenderal TNI Ahmad Yani kala itu, tidak punya pilihan karena tak seorang pun perwira senior yang berani memimpin operasi ini.
Baca juga: Mengenal RPKAD, Cikal Bakal Kopassus
Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang saat itu berpangkat Letnan Satu mengisahkan operasi tersebut. Ketika itu, di hadapan pasukan Naga di Pulau Seram, Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto mengatakan, jika penerjunan ini cukup berisiko.
"Sebentar lagi saudara-saudara akan berangkat untuk diterjunkan di daerah Merauke dalam rangka operasi merebut Irian Barat," tutur Ben Mboi dalam buku biografi "Kepemimpinan Militer: Catatan dan Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto."
"Dua tim sebelum kalian sudah diterjunkan beberapa minggu lalu sampai hari ini tidak ada kontak dengan mereka. Kemungkinan kalian tidak kembali lebih dari 50%. Saya beri waktu tiga menit, kalau ada di antara kalian yang ragu-ragu, yang tidak mau berangkat silakan keluar barisan," sambungnya.
Baca juga: Pusdiklatpassus Kopassus Bentuk Sekolah Pertempuran Khusus
Tepat pukul 03.00 dini hari, 23 Juni 1962 sebanyak 213 prajurit Kopassus diterjunkan dari tiga pesawat C-130 Hercules di atas Merauke, Papua. Meski pilot TNI AU sudah berusaha terbang serendah mungkin agar saling berdekatan, tapi tiba-tiba datang angin kencang yang menyebabkan para penerjun terpencar.
Akibatnya, penerjunan memakai parasut statis jenis D1 buatan Rusia itu menjadi kacau. Kekacauan semakin diperparah karena peta yang digunakan tidak akurat.
Lihat Juga :