Gubernur Lemhannas Sebut Kolaborasi Antarnegara Kunci Hadapi Krisis Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi dan situasi geopolitik yang makin memanas berdampak pada rantai pasok global. Dibutuhkan kolaborasi kepemimpinan untuk mengatasi persoalan ini dan memperbaiki ekosistem konektivitas tersebut.
Hal itu disampaikan Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto saat membuka Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 bertajuk “Kolaborasi Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasok Global” di Jakarta, Selasa, 11 Oktober 2022
Andi menjelaskan, sebagai tuan rumah Presidensi G20, Indonesia punya peran penting memimpin kolaborasi agar potensi-potensi krisis dapat segera dieliminasi. Situasi global saat ini telah memicu krisis pada tiga sektor yaitu, pangan, energi, dan finansial.
Secara simultan, hal ini juga diperparah dengan meningkatnya tensi geopolitik yang disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina. Imbasnya muncul ketidakpastian yang dapat memicu resesi global dan mempersulit upaya pemulihan ekonomi paska pandemi.
“Seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo bahwa tahun ini merupakan tahun yang berat, dan tahun depan akan menjadi tahun yang gelap. Saat Indonesia menerima mandat sebagai tuan rumah G20 tahun ini, fokus kita adalah bagaimana mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi. Saat amanat Presidensi G20 dijalankan, muncul situasi geopolitik yang membuat dunia makin keras,” ungkapnya.
Andi menilai Presidensi G20 di Indonesia saat ini semakin menantang karena tak hanya berupaya sebagai momentum pemulihan ekonomi dunia pascapandemi, melainkan juga sebagai sarana memimpin kolaborasi antar negara dalam mendorong resolusi global.
“Seminar PPRA LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 salah satunya hadir sebagai forum untuk memberi masukan-masukan kepada pemerintah, termasuk Presidensi G20. Karena peserta di Lemhannas telah dibekali perspektif ketahanan nasional saat menghadapi krisis. Mari kita bersama-sama mendorong kolaborasi dan meninggalkan permusuhan, sekaligus meninggalkan upaya saling mengisolasi, dan marjinalisasi antarnegara,” ucapnya.
Seperti diketahui, pidato Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto turut menyoroti situasi global yang menjadi tidak kondusif. Situasi ini membuat kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20 tahun ini menjadi lebih kompleks sekaligus makin vital. Sebab, rentetan krisis dan seteru geopolitik memiliki dampak buruk yang sangat masif.
Hal itu disampaikan Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto saat membuka Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 bertajuk “Kolaborasi Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasok Global” di Jakarta, Selasa, 11 Oktober 2022
Andi menjelaskan, sebagai tuan rumah Presidensi G20, Indonesia punya peran penting memimpin kolaborasi agar potensi-potensi krisis dapat segera dieliminasi. Situasi global saat ini telah memicu krisis pada tiga sektor yaitu, pangan, energi, dan finansial.
Secara simultan, hal ini juga diperparah dengan meningkatnya tensi geopolitik yang disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina. Imbasnya muncul ketidakpastian yang dapat memicu resesi global dan mempersulit upaya pemulihan ekonomi paska pandemi.
“Seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo bahwa tahun ini merupakan tahun yang berat, dan tahun depan akan menjadi tahun yang gelap. Saat Indonesia menerima mandat sebagai tuan rumah G20 tahun ini, fokus kita adalah bagaimana mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi. Saat amanat Presidensi G20 dijalankan, muncul situasi geopolitik yang membuat dunia makin keras,” ungkapnya.
Andi menilai Presidensi G20 di Indonesia saat ini semakin menantang karena tak hanya berupaya sebagai momentum pemulihan ekonomi dunia pascapandemi, melainkan juga sebagai sarana memimpin kolaborasi antar negara dalam mendorong resolusi global.
“Seminar PPRA LXIV Lemhanas RI Tahun 2022 salah satunya hadir sebagai forum untuk memberi masukan-masukan kepada pemerintah, termasuk Presidensi G20. Karena peserta di Lemhannas telah dibekali perspektif ketahanan nasional saat menghadapi krisis. Mari kita bersama-sama mendorong kolaborasi dan meninggalkan permusuhan, sekaligus meninggalkan upaya saling mengisolasi, dan marjinalisasi antarnegara,” ucapnya.
Seperti diketahui, pidato Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto turut menyoroti situasi global yang menjadi tidak kondusif. Situasi ini membuat kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20 tahun ini menjadi lebih kompleks sekaligus makin vital. Sebab, rentetan krisis dan seteru geopolitik memiliki dampak buruk yang sangat masif.