Kritik PSSI, Perindo: Jangan Cuma Angkat Trofi Tapi Harus Ksatria Ketika Ada Masalah

Selasa, 04 Oktober 2022 - 20:52 WIB
loading...
Kritik PSSI, Perindo: Jangan Cuma Angkat Trofi Tapi Harus Ksatria Ketika Ada Masalah
Ketua Pemuda DPP Partai Perindo Effendi Syahputra menilai, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Ketua Pemuda DPP Partai Persatuan Indonesia ( Perindo ) Effendi Syahputra menilai, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan salah satu orang yang paling bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan.

Sebagai ketua umum, Iriawan harus paling depan ketika terjadi permasalahan terkait sepak bola di Indonesia mengingat PSSI adalah induk federasi olah raga yang paling diminati masyarakat Tanah Air.

Menurutnya, selama ini Iwan Bule -sapaan akrab Ketum PSSI- sering kali tampil paling depan ketika prestasi sepak bola Tanah Air sedang dalam tren positif. Namun, setelah adanya tragedi Kanjuruhan, Iwan Bule terkesan menghilang.



"Jangan cuman ngangkat trofi aja paling depan, tapi ketika ngangkat keranda (ada permasalahan di sepakbola) balik kanan," kata Effendi kepada MNC Media, Selasa (4/10/2022).



Effendi melanjutkan, dengan adanya tragedi Kanjuruhan seharusnya Iwan Bule mundur dari jabatannya karena dianggap gagal dalam mengurus liga hingga menyebabkan ratusan orang kehilangan nyawa.

"Teman-teman pimpinan di PSSI ya harus bertanggung jawab, salah satunya dengan ksatria mundur, bukan soal salah atau tidaknya, ikut terlibat langsung dalam pertandingan, tapi ini masalah etika. Itu kejadian-kejadian di luar banyak ketua-ketua umum federasi mundur karena permasalahan sepele, ini permasalahan jiwa ratusan nyawa melayang," paparnya.

Sebagaimana diketahui, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Pertandingan dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2 - 3. Para suporter Arema kemudian merangsek masuk ke lapangan dan menyerbu pemain.

Tak hanya para pemain Persebaya, pemain Arema FC juga diserang. Termasuk anggota polisi juga diserang hingga mengakibatkan dua orang meninggal dunia. Selanjutnya 10 mobil dinas polisi dinyatakan rusak dan tiga mobil pribadi dirusak massa.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyebut sebanyak 125 orang meninggal dunia dalam peristiwa itu. Ratusan orang juga menalami luka-luka dan masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Malang dan Kota Malang.

Para korban meninggal karena mengalami sesak napas akibat semprotan gas air mata oleh polisi ke arah tribun penonton. Para penonton yang panik terinjak-injak di pintu keluar stadion.

(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1905 seconds (0.1#10.140)