Pangkat Terakhir 7 Pahlawan Revolusi Setelah Mendapatkan Penghargaan Anumerta

Jum'at, 23 September 2022 - 10:48 WIB
loading...
A A A
Suprapto lahir pada 20 Juni 1920 di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Pendidikan militernya dimulai pada Akademi MiliterKerajaan di Bandung, tapi sempat terputus karena mendaratnya tentara Jepang di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang Suprapto mengikuti latihan-latihan yang disediakan untuk para pemuda. Ia mengikuti kursus pada Pusat Latihan Pemuda dan kemudian bekerja pada Kantor Pendidikan Masyarakat.

Pada awal kemerdekaan Indonesia Suprapto aktif dalam usaha merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap ia kemudian memasuki TKR di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman. Dalam dinas kemiliterania pernah menjabat sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang; sebagai staf Angkatan Darat di Jakarta; sebagai Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera di Medan; sebagai Deputy 11 Menteri/Panglima Angkatan Darat, Jakarta.

Rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelirna ditentang oleh Suprapto. Pada 1 Oktober 1965 dinihari Mayor JenderalSuprapto diculik dan dibunuh oleh segerombolan PKI. Jenazahnya ditemukan didaerah Lubang Buaya dan selanjutnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pangkat Soeprapto dinaikan dari Mayor Jenderal menjadi Letnan Jenderal.

3. Letjen Anumerta Siswondo Parman (1918-1965)
Pangkat Terakhir 7 Pahlawan Revolusi Setelah Mendapatkan Penghargaan Anumerta

Foto/Wikipedia

Siswondo Parman lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang, S Parman bekerja pada Jawatan Kenpeitai. Ia pernah ditangkap karena dicurigai Jepang, tetapi kemudian dilepas kembali. Bahkan dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, S Parman masuk TKR, lalu diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta. Pada Desember 1949, ia diangkat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya, kemudian menjadi Kepala Staf G dan mendapat tugas belajar pada Military Police School di Amerika Serikat tahun 1951.

Kembali ke Tanah Air, S Parman bertugas di Kementerian Pertahanan. Pada 1959 diangkat sebagai Atase Militer RI di London dan lima tahun kemudian diserahi tugas Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal. Sebagai perwira intelijen yang berpengalaman, S Parman banyak mengetahui usaha-usaha pemberontakan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima. Pada 1 Oktober 1965 dinihari Mayor Jenderal S Parman diculik oleh gerombolan PKI dan dibunuh. Mayatnya ditemukan di daerah Lubang Buaya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pangkat S Parman dinaikkan dari Mayor Jenderal menjadi Letnan Jenderal.

4. Letjen Anumerta MT Haryono (1924-1965)
Pangkat Terakhir 7 Pahlawan Revolusi Setelah Mendapatkan Penghargaan Anumerta

Foto/Wikipedia

Mas Tirtodarmo Haryono dilahirkan di Surabaya pada 20 Januari 1924. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti pelajaran pada !ka Dai Gaku (Sekolah Kedokteran) di Jakarta. Pada masa Proklamasi Kemerdekaan Haryono ikut bergabung dalam TKR dengan pangkat Mayor. Karena pandai berbahasa Belanda, lnggris dan Jerman, MT Haryono ikut dalam perundingan-perundingan antara RI dan Belanda atau RI dengan Inggris.

MT Haryono pemah menjadi sekretaris delegasi RI dan Sekretaris Dewan Pertahanan Negara, kemudian menjadi Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Ketika dilangsungkan KMB, MT Haryono adalah Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda (1950) dan sebagai Direktur Intendans dan Deputy ill Menteri/Panglima Angkatan Darat (1964).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1995 seconds (0.1#10.140)