Letjen MT Haryono, Pahlawan Revolusi Korban G30S/PKI
loading...
A
A
A
Menurut MT Haryono, potensi bahaya besar akan muncul jika buruh dan petani dibekali senjata api hingga terbentuknya Angkatan Kelima. Karena itulah MT Haryono menjadi target pembunuhan pihak pemberontak.
MT Haryono meninggal dunia setelah tubuhnya tertembus timah panas senapan Thomson kepunyaan seorang komandan pasukan Cakrabirawa. Tubuhnya langsung ambruk bersimbah darah, di kediamannya di kawasan Jakarta Pusat.
"Di rumah kami memang parah betul. Mereka masuk, banyak orang, lalu mereka merusak rumah kami. Ayah kami ditembak di sana, bukan sekali dua kali saja, tapi kita menemukan hampir 100 lebih peluru, selongsong peluru," ujar Rianto Nurhadi, putra Letjen MT Haryono, dalam acara iNews Prime pada 30 September 2021, dikutip dari YouTube Official iNews, Rabu (21/9/2022).
Jasad MT Haryono dibawa ke sumur tua di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur dan ditemukan dan diangkat dari sumur pada 4 Oktober 1965. Bersama jenderal dan perwira TNI AD lainnya, MT Haryono dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta pada 5 Oktober 1965, bertepatan dengan Hari ABRI (sekarang TNI). Ia kemudian mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Letnan Jenderal (anumerta) dan dianugerahi predikat pahlawan revolusi.
MT Haryono meninggal dunia setelah tubuhnya tertembus timah panas senapan Thomson kepunyaan seorang komandan pasukan Cakrabirawa. Tubuhnya langsung ambruk bersimbah darah, di kediamannya di kawasan Jakarta Pusat.
"Di rumah kami memang parah betul. Mereka masuk, banyak orang, lalu mereka merusak rumah kami. Ayah kami ditembak di sana, bukan sekali dua kali saja, tapi kita menemukan hampir 100 lebih peluru, selongsong peluru," ujar Rianto Nurhadi, putra Letjen MT Haryono, dalam acara iNews Prime pada 30 September 2021, dikutip dari YouTube Official iNews, Rabu (21/9/2022).
Jasad MT Haryono dibawa ke sumur tua di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur dan ditemukan dan diangkat dari sumur pada 4 Oktober 1965. Bersama jenderal dan perwira TNI AD lainnya, MT Haryono dimakamkan di TMP Kalibata Jakarta pada 5 Oktober 1965, bertepatan dengan Hari ABRI (sekarang TNI). Ia kemudian mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Letnan Jenderal (anumerta) dan dianugerahi predikat pahlawan revolusi.
(zik)