Diskursus Dalam Kebijakan Publik

Senin, 05 September 2022 - 09:41 WIB
loading...
Diskursus Dalam Kebijakan...
Candra Fajri Ananda/FOTO.DOK KORAN SINDO
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

Perekonomian dunia saat ini masih belum beranjak dari bayang-bayang kekhawatiran panjang ketidakpastian. Inflasi bahkan stagflasi menjadi ancaman menakutkan yang harus dihadapi.

Kondisi perekonomian dunia yang tak kunjung membaik, krisis Ukraina yang tak berkesudahan, hambatan pasokan, hingga ancaman inflasi belakangan kian akrab dan menjadi perhatian banyak pihak. Inflasi akan menjadi masalah yang sangat serius bagi dunia hingga memerlukan tindakan yang cukup drastis untuk menurunkannya.

Gubernur Bank of England (BOE) atau Bank Sentral Inggris memperingatkan bahwa ekonomi berpotensi mengalami situasi apokaliptik (mengalami kerusakan) akibat melejitnya harga makanan di banyak negara. Laju inflasi telah melonjak ke level tertinggi multi-tahun, didorong oleh rebound-nya aktivitas ekonomi yang disertai gangguan rantai pasokan.

Invasi Rusia ke Ukraina bisa saja ditempatkan sebagai penyebab dari kondisi ekonomi yang tidak membaik ini. Akan tetapi, jika ditelusuri berdasar urutan waktu, dampak invasi Rusia ke Ukraina merupakan efek kedua setelah dunia menghadapi pandemi.

Saat ini, kenaikan harga-harga komoditas pangan menjadi hal yang paling mengkhawatirkan, selain naiknya sejumlah harga komoditas global lainnya. Terlebih hal itu diiringi tindakan sejumlah negara memproteksi produk pangan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik. Data Tim McMahon mencatat bahwa tingkat inflasi rata-rata di seluruh dunia kini sebesar 7,4%. Angka tersebut melonjak dari 4,35% pada 2021, dan 3,18% pada 2020.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi Indonesia tahunan Agustus 2022 mencapai 4,69%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi bulan Juli 2022 yaitu 4,94% (yoy). Secara spasial, pada Bulan Agustus terdapat 66 kabupaten/kota yang memiliki realisasi inflasi di atas nasional, jumlah tersebut menurun dari bulan Juli lalu yang tercatat di 69 kabupaten/kota. Sementara itu masih terdapat 27 provinsi yang memiliki realisasi di atas inflasi nasional.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Ambon dengan nilai inflasi mencapai 0,82%, sementara Bekasi mencatat inflasi terendah yakni 0,12%. Apabila ditinjau berdasarkan kelompok pengeluaran, BPS mencatat inflasi untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi yang tertinggi yakni 7,73%.

Jika ditelaah lebih lanjut, komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah cabai merah, bawang merah, minyak goreng, rokok filter, telur ayam, dan ikan segar. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah perlu memperkuat pengendalian inflasi pada 2022, khususnya dari sisi suplai dan distribusi pada komoditas pangan serta komoditas lainnya yang harganya mengacu pada aturan pemerintah.

Simalakama Subsidi
Tekanan inflasi yang terus terjadi mulai menggerus daya beli masyarakat. Ernst and Young dalam survei bertajuk EY Future Consumer Index mengungkapkan bahwa konsumen saat ini mulai mengendalikan konsumsi mereka karena tekanan inflasi. Indonesia termasuk di antara negara-negara Asia yang saat ini konsumennya lebih berhati-hati dalam berbelanja.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)