MUI Usulkan Revitalisasi Pendidikan Pancasila untuk Melawan Narasi Negara Thagut

Rabu, 24 Agustus 2022 - 19:50 WIB
loading...
MUI Usulkan Revitalisasi...
Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) Najih Arromadloni. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Indonesia dengan ideologi Pancasila selama ini dianggap kurang syar'i atau bahkan negara thagut oleh kelompok neo-Khawarij. Padahal sejatinya Pancasila adalah tiruan dari pembentukan negara Madinah yang dibangun Rasulullah. Selain itu, Pancasila dibangun berdasarkan ruh agama berdasarkan hukum Allah yang tertera dalam Al-Qur'an.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) Najih Arromadloni. Menurutnya, guna meruntuhkan bangunan logika yang dibangun dari pemikiran Khawarij, maka dibutuhkan upaya revitalisasi kembali pendidikan tentang Pancasila.

"Kita perlu merevitalisasi kembali Pendidikan tentang Pancasila, kesadaran tentang kebhinekaan. Karena sebetulnya kalau kita berpegang teguh pada nilai-nilai itu, tentu sudah sejalan dengan nilai-nilai agama," kata M Najih Arromadloni dalam keterangan tertulis, Rabu (24/8/2022).



Dengan revitalisasi pendidikan, menurutnya, dapat meneguhkan nilai-nilai Pancasila di masyarakat, sehingga akan membawa bangsa ini merdeka dari virus intoleransi dan radikalisme.

"Karena sebetulnya kalau kita berpegang teguh pada nilai-nilai itu yang tentu sudah sejalan dengan nilai-nilai agama, maka sebetulnya pada momentum itulah dan pada titik itulah kita baru bisa merdeka dari virus intoleransi dan radikalisme itu," kata Sekjen Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia ini.

Praktisi pesantren ini berharap ke depan agar tidak lagi muncul narasi konfrontasi antara agama dengan Pancasila maupun nasionalisme. Najih menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus merdeka dari narasi radikal antiPancasila, merdeka dari intoleransi dan radikalisme.

"Oleh karena itu kemerdekaan yang sejati adalah pada saat kita bisa menerapkan atau mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan berbangsa dan bermasyarakat sehari-harinya. Tidak boleh ada lagi yang mengatakan bahwa Pancasila itu tidak sesuai dengan syariat Islam," tutur Gus Najih, sapaan akrabnya.

Gus Najih menilai edukasi dan moderasi menjadi hal pokok yang penting dibutuhkan untuk menciptakan manusia Indonesia yang tangguh dan merdeka dari intoleransi serta radikalisme, sebagaimana tujuan bangsa salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan.

"Jadi memang saya kira harus ada semacam reformasi kultural yang tentunya bertujuan untuk menanamkan dan mengedukasikan nilai-nilai luhur bangsa, supaya kita bisa terlindungi dari virus intoleransi dan radikalisme itu sendiri," katanya.

Pendiri Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation ini memandang perlu adanya ketegasan pemerintah setelah 77 tahun merdeka dengan berkomitmen terhadap penanganan intoleransi dan radikalisme. Selain itu juga menghentikan pragmatisme politik yang terkesan memfasilitasi maupun melakukan kompromi terhadap aksi intoleransi dan radikalisme.

Virus intoleransi dan radikalisme yang menyebar ke masyarakat, kata Gus Najih, belum terjangkau undang-undang. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya kelompok yang melarang menyanyikan lagu Indonesia Raya, hormat kepada Bendera Merah Putih, dan menganggap perayaan Hari Kemerdekaan adalah suatu bid'ah yang mungkar.

"Tentunya narasi-narasi seperti ini harus kita lawan, karena kalau dibiarkan, maka akan mendegradasi nasionalisme masyarakat kita. Ketika masyarakat kita sudah tidak punya patriotisme, maka itu berarti adalah alarm kehancuran," ujar Gus Najih.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Anggota MPR Ida Fauziyah...
Anggota MPR Ida Fauziyah Ajak Masyarakat Amalkan Nilai-nilai Pancasila
Pengamalan Pancasila...
Pengamalan Pancasila Sejalan dengan Semangat Bulan Ramadan
Megawati Temui Pangeran...
Megawati Temui Pangeran Khaled, PDIP Gagas Pancasila Summit di UEA
Yusril Sebut Pemulangan...
Yusril Sebut Pemulangan Reynhard Sinaga dan Hambali bukan Prioritas Pemerintah
ICITES 2025, Pertukaran...
ICITES 2025, Pertukaran Pengetahuan soal Terorisme di Eropa, Asia, dan Afrika
Makna Lambang Pancasila...
Makna Lambang Pancasila Sila ke-1, Punya Arti yang Mendalam
Penerapan Ideologi Pancasila...
Penerapan Ideologi Pancasila di Era Milenial, dari Sila Pertama hingga Kelima
Luncurkan World Terrorism...
Luncurkan World Terrorism Index, ReCURE Berharap Perkuat Pemahaman Ancaman Terorisme
Hadiri Natal Nasional...
Hadiri Natal Nasional 2024, Prabowo: Saya Lahir dari Seorang Ibu Beragama Kristiani
Rekomendasi
Bacaan Zikir Wanita...
Bacaan Zikir Wanita Haid di Bulan Ramadan
Berapa Kg Zakat Fitrah...
Berapa Kg Zakat Fitrah untuk 1 Orang? Simak Ketentuannya
MNC Sekuritas dan Sucor...
MNC Sekuritas dan Sucor Asset Management Gelar Edukasi Pasar Modal Syariah di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
Berita Terkini
Eksepsi Ditolak, Tom...
Eksepsi Ditolak, Tom Lembong: Kami Hormati Putusan Majelis Hakim
10 menit yang lalu
Presiden Bakal Umumkan...
Presiden Bakal Umumkan Tunjangan Guru ASN Langsung ke Rekening
1 jam yang lalu
Menkomdigi Sebut Status...
Menkomdigi Sebut Status Seskab Berlandaskan Kewenangan Konstitusional
2 jam yang lalu
Ahok Penuhi Panggilan...
Ahok Penuhi Panggilan Kejagung: Apa yang Saya Tahu Akan Saya Sampaikan!
2 jam yang lalu
Daftar Lengkap 10 Kapolda...
Daftar Lengkap 10 Kapolda Baru pada Mutasi Polri Maret 2025, Ini Nama-namanya
3 jam yang lalu
Mutasi Polri Maret 2025:...
Mutasi Polri Maret 2025: Irjen Rusdi Hartono Jabat Kapolda Sulsel, Brigjen Mardiyono Kapolda Bengkulu
3 jam yang lalu
Infografis
5 Negara Calon Pemimpin...
5 Negara Calon Pemimpin Baru NATO, Salah Satunya Turki
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved