Pragmatisme Parpol Mendorong Gencarnya Silaturahmi Elite Politik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah elite parpol kian rajin bersilaturahmi politik seiring makin dekatnya Pilpres 2024. Beberapa parpol bahkan telah mendeklarasikan koalisi, kendati sebenarnya belum solid benar alias belum ada ikatan pasti kecuali komitmen.
“Parpol di Indonesia pragmatis iya, karena mereka melihat ikatan-ikatan itu ya dibuat cair saja, memudahkan untuk berinteraksi satu sama lain,” kata Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana kepada wartawan, dikutip Rabu (24/8/222).
Menurut Aditya, meski sejumlah koalisi sudah terbentuk seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Partai Gerindra-PKB, juga poros Partao Nasdem, PKS dan Partai Demokrat. Belum ada kesepakatan yang jelas soal koalisi karena pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pun belum ada.
“Memang demikian adanya. Sampai saat ini, detik ini, belum ada kesepakatan yang jelas soal koalisi. Dalam bahasa mudahnya, masih saling lirik melirik, masih tahap awal, belum ada yang mengikat satu sama lain, meski secara formal mereka bilang KIB ada, Nasdem-PKS-Demokrat. Belum ada pengantinnya, ya belum ada,” jelasnya.
Untuk itu, kata Aditya, meski sudah terbentuk koalisi maupun memiliki kedekatan pada poros tertentu, parpol masih terus menjajaki peluang sehingga bisa saja nantinya ada perubahan. Dan selagi parpol saling lirik, lembaga survei memasangkan sejumlah nama elite sebagai eksperimen.
“Eksperimen itu dalam konteks menggalang dukungan, atau memastikan bahwa si A cocok dengan si B atau B cocok dengan yang lain. Mungkin bisa terjadi atau tidak,” terang Aditya.
Menurut dia, dengan nama-nama yang beredar ini bisa menjadi panduan atau bahkan nilai tawar bagi elit tersebut dan parpolnya. Jadi, pada dasarnya parpol belum punya satu kesamaan dan ideologis untuk memudahkan mereka untuk melekat satu sama lain, jadi masih sangat cair.
Bahkan, Aditya menduga, parpol maupun koalisinya masih akan menahan diri untuk mengumumkan capres dan cawapres mereka. "Baru pada awal tahun depan, akan terang benderang kemana arah dan pilihan mereka," pungkasnya.
Lihat Juga: Elon Musk Disebut The Real President, Trump Ungkap 3 Alasan Pendiri Tesla Tidak Akan Jadi Pemimpin AS
“Parpol di Indonesia pragmatis iya, karena mereka melihat ikatan-ikatan itu ya dibuat cair saja, memudahkan untuk berinteraksi satu sama lain,” kata Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana kepada wartawan, dikutip Rabu (24/8/222).
Menurut Aditya, meski sejumlah koalisi sudah terbentuk seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Partai Gerindra-PKB, juga poros Partao Nasdem, PKS dan Partai Demokrat. Belum ada kesepakatan yang jelas soal koalisi karena pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pun belum ada.
“Memang demikian adanya. Sampai saat ini, detik ini, belum ada kesepakatan yang jelas soal koalisi. Dalam bahasa mudahnya, masih saling lirik melirik, masih tahap awal, belum ada yang mengikat satu sama lain, meski secara formal mereka bilang KIB ada, Nasdem-PKS-Demokrat. Belum ada pengantinnya, ya belum ada,” jelasnya.
Untuk itu, kata Aditya, meski sudah terbentuk koalisi maupun memiliki kedekatan pada poros tertentu, parpol masih terus menjajaki peluang sehingga bisa saja nantinya ada perubahan. Dan selagi parpol saling lirik, lembaga survei memasangkan sejumlah nama elite sebagai eksperimen.
“Eksperimen itu dalam konteks menggalang dukungan, atau memastikan bahwa si A cocok dengan si B atau B cocok dengan yang lain. Mungkin bisa terjadi atau tidak,” terang Aditya.
Menurut dia, dengan nama-nama yang beredar ini bisa menjadi panduan atau bahkan nilai tawar bagi elit tersebut dan parpolnya. Jadi, pada dasarnya parpol belum punya satu kesamaan dan ideologis untuk memudahkan mereka untuk melekat satu sama lain, jadi masih sangat cair.
Bahkan, Aditya menduga, parpol maupun koalisinya masih akan menahan diri untuk mengumumkan capres dan cawapres mereka. "Baru pada awal tahun depan, akan terang benderang kemana arah dan pilihan mereka," pungkasnya.
Lihat Juga: Elon Musk Disebut The Real President, Trump Ungkap 3 Alasan Pendiri Tesla Tidak Akan Jadi Pemimpin AS
(muh)