Gerakan Propaganda A3 Jepang yang Layu Sebelum Berkembang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lewat gerakan propaganda 3A Jepang merebut simpati rakyat Indonesia yang sangat memimpikan kemerdekaan. Bagi Jepang dukungan dan simpati rakyat Indonesia sangat penting untuk menghadapi pasukan Sekutu di Asia Timur Raya dalam Perang Dunia II .
Semboyan propaganda A3 adalah perang Asia Timur Raya untuk membebaskan seluruh Asia dari penjajahan bangsa Barat. Semboyan ini ingin meyakinkan bahwa Jepang adalah pemimpin Asia yang akan membebaskan seluruh negara jajahan Eropa.
Dikutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia (Balai Pustaka: 2008), gerakan propanda 3A digagas Kepala Departemen Propaganda (Sendenbu) Jepang atau Hitoshi Shimizu. Secara resmi gerakan propaganda A3 dicetuskan pada 29 April 1942, bertepatan dengan hari lahir Kaisar Hirohito atau hampir dua bulan setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, yaitu 8 Maret 1942.
Isi propaganda A3 adalah Ajia no hikari Nippon atau Jepang cahaya Asia; Ajia no botai Nippon atau Jepang pelindung Asia; dan Ajia no shidōsya Nippon atau Jepang pemimpin Asia. Untuk memuluskan propaganda 3A ini, Jepang menunjuk tokoh pergerakan nasional Mr Syamsuddin sebagai ketua.
Propaganda 3A pun disemai di setiap aktivitas masyarakat, terutama melalui jalur pendidikan. Sejalan dengan propaganda A3 itu, diperluas pula opini bahwa Jepang akan membantu kemerdekaan Indonesia. Benar saja, awalnya simpati rakyat muncul. Tetapi gerakan ini tak pernah berkembang mekar sepeti diinginkan Jepang
Tak lama kemudian simpati tersebut berganti protes. Tentu saja karena rakyat setelah melihat bagaimana sepak terjang Jepang yang baru beberapa bulan saja menguasai Indonesia. Propaganda A3 dinilai hanya menguntungkan Jepang, bukan rakyat Indonesia yang mencita-citakan kemerdekaan.
Mohammad Hatta dalam Memoir (1979) menyebutkan bahwa Gerakan 3A tidak disukai karena lebih banyak "menggolong" daripada menolong. Lantaran tidak mendapat dukungan rakyat, propanda A3 dihentikan pada awal 1943.
Namun sebagai ganti, propaganda lain telah disiapkan Jepang demi mempertahankan simpati rakyat Indonesia untuk memenangkan Perang Dunia II melawan Sekutu. Salah satunya memberikan ruang lebih besar untuk umat Islam sebagai komunitas mayoritas rakyat Indonesia untuk mengekspresikan semangat keagamaan.
Maka, dibentuklah Shumubu dan Shumuka yang merupaka cikal bakal Kementerian Agama dan Kantor Urusan Agama. Jepang pula yang membentuk Majelis Syurah Muslim Indonesia (Masyumi) serta Majelis Agama Islam untuk Bantuan Kemakmuran Asia Timur Raya (MAIBKARTA).
Sejalan dengan itu, Jepang juga membentuk pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Pembentukan pasukan ini tidak hanya bertujuan untuk menghadapi perang dengan Sekutu, melainkan punya misi propaganda: menyiapkan kemerdekaan Indonesia.
Namun ternyata Jepang hanya memikirkan untuk memenangkan peperangan. Persiapan untuk membantu Indonesia Merdeka sudah sangat terlambat. Jepang akhirnya bertekuk lutut kepada Sekutu setelah Nagasaki dan Hiroshima dijatuhi bom atom.
Semboyan propaganda A3 adalah perang Asia Timur Raya untuk membebaskan seluruh Asia dari penjajahan bangsa Barat. Semboyan ini ingin meyakinkan bahwa Jepang adalah pemimpin Asia yang akan membebaskan seluruh negara jajahan Eropa.
Dikutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia (Balai Pustaka: 2008), gerakan propanda 3A digagas Kepala Departemen Propaganda (Sendenbu) Jepang atau Hitoshi Shimizu. Secara resmi gerakan propaganda A3 dicetuskan pada 29 April 1942, bertepatan dengan hari lahir Kaisar Hirohito atau hampir dua bulan setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, yaitu 8 Maret 1942.
Isi propaganda A3 adalah Ajia no hikari Nippon atau Jepang cahaya Asia; Ajia no botai Nippon atau Jepang pelindung Asia; dan Ajia no shidōsya Nippon atau Jepang pemimpin Asia. Untuk memuluskan propaganda 3A ini, Jepang menunjuk tokoh pergerakan nasional Mr Syamsuddin sebagai ketua.
Propaganda 3A pun disemai di setiap aktivitas masyarakat, terutama melalui jalur pendidikan. Sejalan dengan propaganda A3 itu, diperluas pula opini bahwa Jepang akan membantu kemerdekaan Indonesia. Benar saja, awalnya simpati rakyat muncul. Tetapi gerakan ini tak pernah berkembang mekar sepeti diinginkan Jepang
Tak lama kemudian simpati tersebut berganti protes. Tentu saja karena rakyat setelah melihat bagaimana sepak terjang Jepang yang baru beberapa bulan saja menguasai Indonesia. Propaganda A3 dinilai hanya menguntungkan Jepang, bukan rakyat Indonesia yang mencita-citakan kemerdekaan.
Mohammad Hatta dalam Memoir (1979) menyebutkan bahwa Gerakan 3A tidak disukai karena lebih banyak "menggolong" daripada menolong. Lantaran tidak mendapat dukungan rakyat, propanda A3 dihentikan pada awal 1943.
Namun sebagai ganti, propaganda lain telah disiapkan Jepang demi mempertahankan simpati rakyat Indonesia untuk memenangkan Perang Dunia II melawan Sekutu. Salah satunya memberikan ruang lebih besar untuk umat Islam sebagai komunitas mayoritas rakyat Indonesia untuk mengekspresikan semangat keagamaan.
Maka, dibentuklah Shumubu dan Shumuka yang merupaka cikal bakal Kementerian Agama dan Kantor Urusan Agama. Jepang pula yang membentuk Majelis Syurah Muslim Indonesia (Masyumi) serta Majelis Agama Islam untuk Bantuan Kemakmuran Asia Timur Raya (MAIBKARTA).
Sejalan dengan itu, Jepang juga membentuk pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Pembentukan pasukan ini tidak hanya bertujuan untuk menghadapi perang dengan Sekutu, melainkan punya misi propaganda: menyiapkan kemerdekaan Indonesia.
Namun ternyata Jepang hanya memikirkan untuk memenangkan peperangan. Persiapan untuk membantu Indonesia Merdeka sudah sangat terlambat. Jepang akhirnya bertekuk lutut kepada Sekutu setelah Nagasaki dan Hiroshima dijatuhi bom atom.
(muh)