Pembelajaran Nasionalisme Harus Disusun Sistematis dari TK hingga Kuliah

Senin, 25 Juli 2022 - 21:42 WIB
loading...
Pembelajaran Nasionalisme Harus Disusun Sistematis dari TK hingga Kuliah
Psikolog Anak dan Keluarga, Maharani Ardi Putri menilai pembelajaran nilai-nilai nasionalisme harus dilakukan sejak dini. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Pencegahan radikalisme harus dilakukan sejak usia dini karena anak memiliki daya reseptif yang kuat dalam menerima berbagai hal baru. Anak juga merupakan simpul penerus generasi yang menjadi sasaran empuk kelompok radikal dalam melakukan kaderisasi. Karena itulah, melindungi anak dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme sejatinya bagian dari menyelematkan masa depan bangsa.

Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi Psikolog Anak dan Keluarga, Maharani Ardi Putri. Menurutnya, metode pencegahan yang sistematis dapat melibatkan semua pihak, baik orang tua, guru, maupun pemerintah dan Kementerian/Lembaga karena merupakan cara efektif guna melindungi anak.

"Jadi sebenarnya nilai toleransi dan sebagainya itu harus ditanamkan dari kecil, secara sistematis. Tidak hanya dalam bentuk mata pelajaran saja, tapi kita harus ajari dari segi behaviornya dan perasaannya. Jadi pembelajaran kita tentang nasionalisme, tentang toleransi, kerukunan harus disusun secara sistematis berjenjang dari TK sampai kuliah," kata Maharani Ardi Putri dikutip dari keterangan tertulis, Senin (25/7/2022).



Ia menjelaskan, pendekatan sistematis diperlukan agar menghasilkan keberlanjutan. Tidak bisa hanya orang tua, tapi juga sekolah. Karena itu, kata dia, akan lebih efektif jika penanaman nilai tersebut dilakukan secara kolaboratif oleh semua pihak.

"Yang paling baik adalah semua pihak berkolaborasi, sehingga akhirnya anak-anak sepanjang waktu mereka berinteraksi dengan dunia sosial, mereka sudah terbiasa mendapat nilai (toleransi, kerukunan) seperti itu," kata wanita yang akrab disapa Putri Langka ini.

Menurutnya, orang tua juga harus mendapatkan sosialisasi tentang penanaman nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan keberagaman serta program yang menyadarkan kembali agar mereka dapat kembali ke akarnya, Indonesia.

Dijelaskan, pola dan bibit radikalisasi sudah dapat dilihat sejak dini, terlebih ketika anak tidak diajarkan toleransi dengan orang lain, maka itu sudah dimulai ada pengkotak-kotakan antara mereka dan kami. Kondisi seperti ini hanya akan membawa kepada pertumbuhan pengkotak-kotakan yang lebih luas lagi.

Baca juga: Kak Seto: Perlunya Desain Perlindungan Anak dari Virus Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme

"Karena akan muncul pemikiran bahwa harus ada pihak yang salah, dan pihak yang kalah. Itu saja bisa menimbulkan radikalisme, apalagi dengan kemunculan oknum yang mengatakan ajaran agama yang ini paling benar dan yang lain adalah salah," ucap wanita kelahiran Surabaya, 14 April 1980 ini.

Untuk itu, Putri berharap kepada pemuka agama dan penceramah agar lebih bijaksana menyampaikan sesuatu yang terkait dengan agama. Sebab, masyarakat memiliki tingkat pemahaman keagamaan berbeda-beda yang dikahwatirkan justru menimbulkan banyak persepsi atau pemahaman keliru akan agama.

"Mungkin para penceramah atau pemuka agama harus juga bijaksana dalam berbicara. Jika mungkin berbicara kepada orang yang sudah paham, minimal dasar ajaran agamanya dan ingin mengatakan sesuatu yang agak keras di dalam agamanya itu tidak masalah, tapi jika berbicara di publik dengan kondisi pemahaman orang yang beragam, sebaiknya tidak menggunakan bahasa yang provokatif," kata peraih gelar Pasca Sarjana dari Universitas Indonesia ini.

Kepala Biro Humas dan Ventura Universitas Pancasila ini juga menyampaikan pesan kepada orang tua agar mawas diri terhadap dunia dan lingkungan sekitar. Jika sudah sampai kepada sikap judgemental kepada perbedaan, maka sebaiknya jangan sampai diajarkan kepada anak karena amat berbahaya, menyempitkan cara berpikir serta dikahawatirkan menjadi bibit dari sikap radikalisme dan fanatisme.

"Jadi sebelum kita berbicara tentang bagaimana mengajarkan hal itu kepada anak di rumah, kita harus mulai memikirkan bagaimana kita menjaga pandangan dan perpektif kita terhadap manusia lainnya, karena pemikiran orang tua akan menjadi dasar berpikir bagi anak mereka," kata Putri.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2115 seconds (0.1#10.140)