Koalisi Gerindra dan PKB Sukses Dongkrak Elektabilitas Prabowo di Kalangan Nahdliyin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah terbentuknya koalisi Kebangkitan Indonesia Raya antara Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), mayoritas warga nahdliyin (NU) mendukung Prabowo Subianto maju Pilpres 2024 . Hal tersebut berdasarkan hasil survei nasional terbaru yang dilaksanakan Lembaga Survei Nasional (LSN).
Direktur Eksekutif LSN Gema Nusantara Bakry mengatakan, berdasarkan analisis hasil survei yang dilakukan LSN dengan menggunakan metode cross-tabulation, sebanyak 41,5% responden yang mengaku warga atau simpatisan NU akan memilih Prabowo jika pilpres dilaksanakan saat ini.
"Dibandingkan survei LSN Februari 2022, terjadi peningkatan dukungan yang signifikan terhadap Prabowo Subianto di kalangan kaum nahdliyin. Saat itu baru sekitar 25,3% anggota atau simpatisan NU yang menyatakan memilih Prabowo Subianto, namun kali ini mereka yang akan memilih Ketua Umum Partai Gerindra itu melesat cukup signifikan menjadi 41,5%," kata Gema dalam paparannya secara daring, Jumat (15/7/2022).
Gema menjelaskan, hasil survei LSN kali ini mengindikasikan bahwa terbentuknya koalisi Kebangkitan Indonesia Raya antara Gerindra dan PKB cukup berdampak pada elektabilitas Prabowo Subianto di kalangan kaum nahdliyin.
"Selain itu berdasarkan media monitoring yang dilakukan LSN, tingkat percakapan netizen tentang Prabowo di Jawa Timur (wilayah yang menjadi basis NU) juga semakin padat pascakoalisi Gerindra-PKB," ucapnya.
"Ini semua dapat ditafsirkan bahwa jika koalisi Gerindra-PKB semakin diperkuat, kaum nahdliyin nampaknya semakin solid mendukung Prabowo untuk menjadi Presiden RI 2024-2029," sambungnya.
Seperti diketahui, Jawa Timur dan khususnya warga nahdliyin adalah faktor signifikan yang menyebabkan kekalahan Prabowo Subianto dalam dua pilpres sebelumnya.
"Saat itu secara mutlak Prabowo-Hatta (2014) maupun Prabowo-Sandi (2019) mampu menguasai Jawa Barat dan kantong-kantong suara Muhammadiyah dan umat non-nahdliyin lainnya yang tersebar di berbagai provinsi," kata Gema.
Namun, lanjut Gema, karena Prabowo selalu gagal merebut hati warga Jawa Timur dan NU pada umumnya, secara nasional Prabowo kalah dari Jokowi.
Gema menilai, bahwa menjelang Pilpres 2024 beberapa kandidat capres mengidentifikasikan dirinya mewakili warga NU atau berusaha semaksimal mungkin merebut hati kaum nahdliyin dan warga Jawa Timur.
"Namun sejauh ini (setidaknya berdasarkan temuan survei LSN), Prabowo menjadi tokoh paling berhasil. Strategi berloalisi dengan PKB terbukti efektif untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo di Jawa Timur dan khususnya di kalangan nahdliyin," ungkapnya.
Direktur Eksekutif LSN Gema Nusantara Bakry mengatakan, berdasarkan analisis hasil survei yang dilakukan LSN dengan menggunakan metode cross-tabulation, sebanyak 41,5% responden yang mengaku warga atau simpatisan NU akan memilih Prabowo jika pilpres dilaksanakan saat ini.
"Dibandingkan survei LSN Februari 2022, terjadi peningkatan dukungan yang signifikan terhadap Prabowo Subianto di kalangan kaum nahdliyin. Saat itu baru sekitar 25,3% anggota atau simpatisan NU yang menyatakan memilih Prabowo Subianto, namun kali ini mereka yang akan memilih Ketua Umum Partai Gerindra itu melesat cukup signifikan menjadi 41,5%," kata Gema dalam paparannya secara daring, Jumat (15/7/2022).
Gema menjelaskan, hasil survei LSN kali ini mengindikasikan bahwa terbentuknya koalisi Kebangkitan Indonesia Raya antara Gerindra dan PKB cukup berdampak pada elektabilitas Prabowo Subianto di kalangan kaum nahdliyin.
"Selain itu berdasarkan media monitoring yang dilakukan LSN, tingkat percakapan netizen tentang Prabowo di Jawa Timur (wilayah yang menjadi basis NU) juga semakin padat pascakoalisi Gerindra-PKB," ucapnya.
"Ini semua dapat ditafsirkan bahwa jika koalisi Gerindra-PKB semakin diperkuat, kaum nahdliyin nampaknya semakin solid mendukung Prabowo untuk menjadi Presiden RI 2024-2029," sambungnya.
Seperti diketahui, Jawa Timur dan khususnya warga nahdliyin adalah faktor signifikan yang menyebabkan kekalahan Prabowo Subianto dalam dua pilpres sebelumnya.
"Saat itu secara mutlak Prabowo-Hatta (2014) maupun Prabowo-Sandi (2019) mampu menguasai Jawa Barat dan kantong-kantong suara Muhammadiyah dan umat non-nahdliyin lainnya yang tersebar di berbagai provinsi," kata Gema.
Namun, lanjut Gema, karena Prabowo selalu gagal merebut hati warga Jawa Timur dan NU pada umumnya, secara nasional Prabowo kalah dari Jokowi.
Gema menilai, bahwa menjelang Pilpres 2024 beberapa kandidat capres mengidentifikasikan dirinya mewakili warga NU atau berusaha semaksimal mungkin merebut hati kaum nahdliyin dan warga Jawa Timur.
"Namun sejauh ini (setidaknya berdasarkan temuan survei LSN), Prabowo menjadi tokoh paling berhasil. Strategi berloalisi dengan PKB terbukti efektif untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo di Jawa Timur dan khususnya di kalangan nahdliyin," ungkapnya.
(zik)