Survei: Adab Digital Masyarakat Indonesia Terburuk di ASEAN

Selasa, 05 Juli 2022 - 13:23 WIB
loading...
Survei: Adab Digital Masyarakat Indonesia Terburuk di ASEAN
Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi bersama Sabrang Mowo Damar Panuluh, inisiator aplikasi Symbolic.id dalam rapat penguatan diseminasi media Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Deputi Bidang Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi mengungkapkan hasil survei Microsoft bertajuk Digital Civility Index (DCI). Dari survei itu diketahui tingkat ke adab an digital masyarakat Indonesia sangat buruk (2021), bahkan terburuk di Asia Tenggara (ASEAN).

Menurut Didik, 47% media digital justru dimanfaatkan untuk menyebarkan hoax dan penipuan. "Sangat memprihatinkan. Data menyebut 47% media digital digunakan untuk hoax dan penipuan, 27% untuk ujaran kebencian, dan 13% digunakan untuk diskriminasi," katanya lewat keterangan resmi yang diterima, Selasa (5/7/2022).

Karena itu, Didik mengatakan pemerintah melalui Kemenko PMK mengadakan rapat penguatan diseminasi media Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) bersama Sabrang Mowo Damar Panuluh, inisiator aplikasi media sosial, Symbolic.id. "Untuk itu, hari ini kita akan berbincang dengan Mas Sabrang untuk mencari peluang memanfaatkan sebuah platform sebagai cara untuk meningkatkan nilai keberadaban media kita," kata Didik.

Baca juga: Parah! Live Tawuran di Medsos, 17 Pelajar Bekasi Tenteng Sajam Diciduk

Pada kesempatan itu, Sabrang mengungkapkan, tak dapat dipungkiri bahwa media sosial didesain kebanyakan untuk mencari profit, bukan tertuju pada penggalian nilai-nilai (values). Dunia informasi bergerak dengan cepat dan media sosial menjadikan komunikasi menjadi wadah yang sangat luas.

"Untuk itu perlu social engineering yang tepat yang dibangun dengan panduan value local wisdom masyarakat kita. Kita punya gotong-royong dan sangat in line dengan falsafah Islam fastabiqul khairat," kata Sabrang seraya menyebutkan Symbolic.id menerapkan algoritma kurasi melalui gotong-royong. "Gotong royong dalam ilmu, dana, dan tenaga," imbuhnya.

Sebagai social engineering tentu pemerintah hadir dan melibatkan institusi sosial seperti universitas, ormas, dan sebagainya. Diperlukan kolaborasi gotong-royong dana dari para pelaku usaha melalui CSR, sponsorship, beasiswa, dan kalangan filantropi. Selain itu juga diperlukan peran negara untuk menguatkan kembali nilai gotong-royong dengan pengembangan investasi sosial yakni tenaga, dana, dan ilmu.

Baca juga: Sindikat Penipuan Modus Investasi Alkes Dibongkar, Kerugian Korban Rp65 Miliar

"Penguatan gotong-royong dalam struktur sosial melalui komunitas, dalam hal ini di media sosial, akan menghasilkan mental model. Adanya tanggung jawab komunal tentang pentingnya kerukunan, kebersamaan yang hadir dari pola-pola sosial-budaya yang terjadi berulang," kata Sabrang.

Merespons hal ini, Didik menandaskan bahwa Kemenko PMK akan membahas lebih jauh sinergi dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kemendikbud Ristek, dan Kominfo sebagai tindak lanjut hasil rapat hari ini. Diharapkan kolaborasi ini nantinya bisa membangun konsep gotong-royong dalam rangka meningkatkan indeks keadaban digital pada masyarakat.

"Semoga menghindarkan mentalitas-mentalitas negatif masyarakat dalam berperilaku di media sosial. Penguatan nilai-nilai revolusi mental seperti etos kerja, gotong-royong, integritas melalui media sangat penting, terlebih dengan potensi bonus demografi di masa mendatang. Harapannya kita terhindar dari disaster demography," kata Didik.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1803 seconds (0.1#10.140)