Melihat Asrama TKW di Selangor: Fasilitas Lengkap dan Bersih, hanya Potong Gaji 3 Ringgit per Bulan
loading...
A
A
A
SELANGOR - Ribuan tenaga kerja wanita (TKW) tinggal di asrama Pasangpuri Sri Ayu, Bandar Baru Bangi, Selangor Malaysia . Mereka ini bekerja di pabrik Sony Malaysia.
Total ada 1.336 TKW yang tinggal di sana, dari total penghuni sekitar 3.000 orang. Mereka ini hanya diwajibkan membayar 3 ringgit Malaysia setiap bulan, dengan cara potong gaji, untuk bisa tinggal di sana.
Asrama tersebut berupa rusun yang terawat dengan sangat baik. Ya kebersihannya, ya fasilitas pendukung lainnya. Seperti air dan listrik.Tentu ini sangat meringankan para TKW karena semua fasilitas sudah disediakan perusahaan. Sofa, televisi, kulkas, peralatan dapur, kulkas, dan lain sebagainya.
Untuk membuat betah para penghuni, Perbadanan Kemajuan Negeri Selangor (PKNS) mengelompokkan mereka berdasarkan negara asal dan agama. Misalnya TKW beragama Islam sebisa mungkin berada dalam satu rusun. Begitu juga yang beragama Kristen.
PKNS ini merupakan BUMN Selangor yang khusus menyediakan tempat tinggal. Asrama mereka di Bangi ya kemudian disewa oleh Sony Malaysia untuk tempat tinggal para pekerjanya.
Total Pangsapuri Sri Ayu memiliki 390 unit rusun. Ratusan unit ini berada di tujuh tower. "Setiap rusun memiliki luas 650 kaki persegi, tiga kamar tidur, dan dua kamar mandi," kata Pengurus Besar Kanan Pentadbiran PKNS, Saharom Mohni di Pangsapuri Sri Ayu, Rabu (29/6/2022).
SINDOnews dan sejumlah Media Tanah Air berkunjung ke Pangsapuri Sri Ayu atas undangan Ikatan Setia Kawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI). "Kami berharap kunjungan ini bisa memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia bagaimana kehidupan yang bisa dinikmati warga negara asing yang datang secara sah dan mengikuti semua peraturan," jelasnya.
Asisten Manajer HRD Sony Malaysia Zalham bin Jani menuturkan, penyediaan asrama bagi para pekerja ini sebagai bagian fasilitas perusahaan. Tujuannya agar mereka betah dan bisa maksimal bekerja.
Hal itu juga yang menjadi pertimbangan pengelompokan pekerja dalam satu rusun berdasarkan negara hingga agama. "Agar tidak shock tinggal di luar negeri," ujarnya.
Di Pangsa Sri Ayu, satu rusun ditempati rata-rata enam orang. Satu kamar ditempati dua orang. Dengan gaji rata-rata 1.500 ringgit per bulan ditambah uang lembur per hari 25-30 ringgit per hari tentu potong gaji hanya 3 ringgit tidak memberatkan. Untuk berangkat kerja, mereka naik bus jemputan yang datang tiga kali sehari sesuai dengan shift perusahaan.
SINDOnews mencoba masuk ke dalam salah satu rusun yang ditempati TKW. Kondisi bangunannya bagus, tembok tampak kokoh, lantai semen dan bersih. Di ruang tamu terdapat sofa dan televisi.
Masuk ke kamar, terdapat kamar tidur susun dan lemari. Dapur berada di samping ruang tamu. "Alhamdulillah betah tinggal di sini. Dengan bekerja di sini, saya bisa menyekolahkan dua anak saya dan membiayai orang tua," kata Juana Pujiastuti (38).
TKW asal Surabaya ini sudah 10 tahun bekerja di Sony Malaysia. Sebelumnya dia bekerja di wilayah Penang. Meski mengaku tidak pulang setiap tahun, dia sangat betah. "Kan di sini bekerja nyari uang, bukan untuk senang-senang," ujarnya dengan logat Malaysia-nya.
Ketika dikomentari dialegnya sudah seperti warga Malaysia asli, wanita berkaca mata ini tertawa. "Iya maaf, sudah kebiasaan setiap hari," ujarnya.
Total ada 1.336 TKW yang tinggal di sana, dari total penghuni sekitar 3.000 orang. Mereka ini hanya diwajibkan membayar 3 ringgit Malaysia setiap bulan, dengan cara potong gaji, untuk bisa tinggal di sana.
Asrama tersebut berupa rusun yang terawat dengan sangat baik. Ya kebersihannya, ya fasilitas pendukung lainnya. Seperti air dan listrik.Tentu ini sangat meringankan para TKW karena semua fasilitas sudah disediakan perusahaan. Sofa, televisi, kulkas, peralatan dapur, kulkas, dan lain sebagainya.
Untuk membuat betah para penghuni, Perbadanan Kemajuan Negeri Selangor (PKNS) mengelompokkan mereka berdasarkan negara asal dan agama. Misalnya TKW beragama Islam sebisa mungkin berada dalam satu rusun. Begitu juga yang beragama Kristen.
PKNS ini merupakan BUMN Selangor yang khusus menyediakan tempat tinggal. Asrama mereka di Bangi ya kemudian disewa oleh Sony Malaysia untuk tempat tinggal para pekerjanya.
Total Pangsapuri Sri Ayu memiliki 390 unit rusun. Ratusan unit ini berada di tujuh tower. "Setiap rusun memiliki luas 650 kaki persegi, tiga kamar tidur, dan dua kamar mandi," kata Pengurus Besar Kanan Pentadbiran PKNS, Saharom Mohni di Pangsapuri Sri Ayu, Rabu (29/6/2022).
SINDOnews dan sejumlah Media Tanah Air berkunjung ke Pangsapuri Sri Ayu atas undangan Ikatan Setia Kawan Wartawan Malaysia-Indonesia (ISWAMI). "Kami berharap kunjungan ini bisa memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia bagaimana kehidupan yang bisa dinikmati warga negara asing yang datang secara sah dan mengikuti semua peraturan," jelasnya.
Asisten Manajer HRD Sony Malaysia Zalham bin Jani menuturkan, penyediaan asrama bagi para pekerja ini sebagai bagian fasilitas perusahaan. Tujuannya agar mereka betah dan bisa maksimal bekerja.
Hal itu juga yang menjadi pertimbangan pengelompokan pekerja dalam satu rusun berdasarkan negara hingga agama. "Agar tidak shock tinggal di luar negeri," ujarnya.
Di Pangsa Sri Ayu, satu rusun ditempati rata-rata enam orang. Satu kamar ditempati dua orang. Dengan gaji rata-rata 1.500 ringgit per bulan ditambah uang lembur per hari 25-30 ringgit per hari tentu potong gaji hanya 3 ringgit tidak memberatkan. Untuk berangkat kerja, mereka naik bus jemputan yang datang tiga kali sehari sesuai dengan shift perusahaan.
SINDOnews mencoba masuk ke dalam salah satu rusun yang ditempati TKW. Kondisi bangunannya bagus, tembok tampak kokoh, lantai semen dan bersih. Di ruang tamu terdapat sofa dan televisi.
Masuk ke kamar, terdapat kamar tidur susun dan lemari. Dapur berada di samping ruang tamu. "Alhamdulillah betah tinggal di sini. Dengan bekerja di sini, saya bisa menyekolahkan dua anak saya dan membiayai orang tua," kata Juana Pujiastuti (38).
TKW asal Surabaya ini sudah 10 tahun bekerja di Sony Malaysia. Sebelumnya dia bekerja di wilayah Penang. Meski mengaku tidak pulang setiap tahun, dia sangat betah. "Kan di sini bekerja nyari uang, bukan untuk senang-senang," ujarnya dengan logat Malaysia-nya.
Ketika dikomentari dialegnya sudah seperti warga Malaysia asli, wanita berkaca mata ini tertawa. "Iya maaf, sudah kebiasaan setiap hari," ujarnya.
(cip)