AS Hikam: PDIP Butuh Berkoalisi dengan Basis Massa Islam Moderat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Politik President University Muhammad Atho'illah Shohibul Hikam atau AS Hikam berpendapat PDIP akan lebih diuntungkan apabila mampu menggandeng partai dan kelompok masyarakat lain dalam koalisi. Secara khusus, PDIP akan berada di atas angin apabila mampu menjalin koalisi dengan basis massa muslim moderat pada Pemilu 2024.
"Tentunya akan lebih menguntungkan PDIP, jika mereka bisa menggandeng basis massa Islam moderat seperti tahun 2014 dan 2019," ujar mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi era Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) itu melalui pesan singkat, Senin (27/6/2022).
Meskipun demikian, AS Hikam melihat kesulitan PDIP untuk membina koalisi dengan partai Islam tertentu, sebutlah PKS. Ini terjadi karena keduanya berbeda secara ideologi maupun basis massa.
"Dengan PKS karena perbedaan ideologi dan basis massa (nasionalis vs Islamis; massa bawah pedesaan dan menengah perkotaan vs basis perkotaan menengah)," jelas Hikam.
Oleh karenanya, dia melihat bentuk koalisi pencapresan menjelang Pemilu 2024 masih panjang. Untuk itu fenomena pertemuan atau silaturahim antar elite partai politik tersebut masih cair dalam keputusan pencalonan.
"Sesungguhnya dinamika *tiktokan* calon kandidat dan koalisi parpol ini masih cair, bahkan bagi PDIP yang tampak di luar sudah punya kartu menjadi pengusung tunggal sekalipun," tutur Hikam.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa partainya tak akan bergabung jika ada Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) di dalam koalisi tersebut. Hal itu ditegaskan Hasto menanggapi pertemuan Nasdem dan PKS pada Rabu (22/6/2022).
"Ya itu bagus sekali ada partai yang secara dini membangun koalisi antara Nasdem dengan PKS. PDI Perjuangan mengucapkan selamat atas koalisi Nasdem dan PKS tersebut," kata Hasto di sela Rakernas II PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).
"Tentunya akan lebih menguntungkan PDIP, jika mereka bisa menggandeng basis massa Islam moderat seperti tahun 2014 dan 2019," ujar mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi era Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) itu melalui pesan singkat, Senin (27/6/2022).
Meskipun demikian, AS Hikam melihat kesulitan PDIP untuk membina koalisi dengan partai Islam tertentu, sebutlah PKS. Ini terjadi karena keduanya berbeda secara ideologi maupun basis massa.
"Dengan PKS karena perbedaan ideologi dan basis massa (nasionalis vs Islamis; massa bawah pedesaan dan menengah perkotaan vs basis perkotaan menengah)," jelas Hikam.
Oleh karenanya, dia melihat bentuk koalisi pencapresan menjelang Pemilu 2024 masih panjang. Untuk itu fenomena pertemuan atau silaturahim antar elite partai politik tersebut masih cair dalam keputusan pencalonan.
"Sesungguhnya dinamika *tiktokan* calon kandidat dan koalisi parpol ini masih cair, bahkan bagi PDIP yang tampak di luar sudah punya kartu menjadi pengusung tunggal sekalipun," tutur Hikam.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa partainya tak akan bergabung jika ada Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) di dalam koalisi tersebut. Hal itu ditegaskan Hasto menanggapi pertemuan Nasdem dan PKS pada Rabu (22/6/2022).
"Ya itu bagus sekali ada partai yang secara dini membangun koalisi antara Nasdem dengan PKS. PDI Perjuangan mengucapkan selamat atas koalisi Nasdem dan PKS tersebut," kata Hasto di sela Rakernas II PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022).
(muh)