Koalisi Gerindra-PKB, Pengamat: Cak Imin Tak Cukup Dongkrak Elektabilitas Prabowo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah bersepakat membentuk koalisi untuk Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Namun, koalisi ini dinilai rapuh jika Prabowo Subianto dipasangkan dengan Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pilpres 2024.
Pengamat Politik dari Citra Intitute Yusa Farchan menjelaskan, Partai Gerindra dan PKB sudah mencukupi syarat 20% presidential threshold dan bisa mengajukan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sendiri.
"Soal Gerindra-PKB, keduanya punya 136 kursi. Artinya, cukup menjadi poros dan bisa mengajukan pasangan capres-cawapres," kata Yusa saat dihubungi, Senin (20/6/2022).
Namun, Yusa menilai, koalisi ini rapuh jika Prabowo dipasangkan dengan Cak Imin di Pilpres. Karena faktanya, elektabilitaa Cak Imin di sejumlah survei masih rendah.
"Koalisi ini masih cukup rapuh jika yang diambil sebagai cawapres adalah Cak Imin mengingat elektabilitasnya yang masih rendah," ujarnya.
Untuk itu, dia menyarankan agar Prabowo memilih cawapres yang dapat memberikan insentif elektoral yang signifikan untuknya di Pilpres nanti.
Yusa menilai, safari politik Prabowo ke kantong-kantong Nahdlatul Ulama (NU) beberapa waktu lalu merupakan langkah tepat, sehingga Prabowo harus bisa membentuk koalisi yang lebih kuat dan cawapres yang dapat berkontribusi elektoral yang signifikan.
"Tinggal bagaimana Pak Prabowo meramu koalisi yang lebih menjanjikan menang dengan mengambil cawapres yang tepat dan mencari energi tambahan dari partai lain," ucapnya.
Pengamat Politik dari Citra Intitute Yusa Farchan menjelaskan, Partai Gerindra dan PKB sudah mencukupi syarat 20% presidential threshold dan bisa mengajukan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sendiri.
"Soal Gerindra-PKB, keduanya punya 136 kursi. Artinya, cukup menjadi poros dan bisa mengajukan pasangan capres-cawapres," kata Yusa saat dihubungi, Senin (20/6/2022).
Namun, Yusa menilai, koalisi ini rapuh jika Prabowo dipasangkan dengan Cak Imin di Pilpres. Karena faktanya, elektabilitaa Cak Imin di sejumlah survei masih rendah.
"Koalisi ini masih cukup rapuh jika yang diambil sebagai cawapres adalah Cak Imin mengingat elektabilitasnya yang masih rendah," ujarnya.
Untuk itu, dia menyarankan agar Prabowo memilih cawapres yang dapat memberikan insentif elektoral yang signifikan untuknya di Pilpres nanti.
Yusa menilai, safari politik Prabowo ke kantong-kantong Nahdlatul Ulama (NU) beberapa waktu lalu merupakan langkah tepat, sehingga Prabowo harus bisa membentuk koalisi yang lebih kuat dan cawapres yang dapat berkontribusi elektoral yang signifikan.
"Tinggal bagaimana Pak Prabowo meramu koalisi yang lebih menjanjikan menang dengan mengambil cawapres yang tepat dan mencari energi tambahan dari partai lain," ucapnya.
(hab)