Mengenal Letkol Dhomber, Putra Asli Dayak Penguasa Perang Udara di Kalimantan

Selasa, 14 Juni 2022 - 06:09 WIB
loading...
A A A
Tanpa sengaja pada waktu perjalanan dari Yogyakarta menuju Jakarta sebagai salah satu anggota delegasi Pemerintah RI, Pangeran Mohammad Noor satu kereta dengan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Komodor Udara Suryadi Suryadarma. Diungkapkan keinginannya untuk menerjunkan pasukan payung di hutan Kalimantan.

Niat baik Pangeran Mohammad Noor disetujui oleh Komodor Udara Suryadi Suryadarma. Dibentuklah Staf Khusus Pasukan Payung Republik Indonesia di bawah Komando Panglima Angkatan Udara Suryadi Suryadarma, dan sebagai Komando Pasukan ditunjuklah Mayor Tjilik Riwut yang lahir dan besar di Kalimantan.

Berdasarkan perintah harian Panglima Besar Jenderal Sudirman Nomor 232/PB/47/I, Komodor Udara Suryadi Suryadarma segera melaksanakan persiapan untuk menerjunkan pasukan payung ke Kotawaringin Kalimantan Timur. Dilaksanakanlah seleksi untuk 60 orang yang akan diterjunkan sebagai pasukan payung yang semuanya berasal dari Kalimantan termasuk Dhomber. Dua belas orang berasal dari Sulawesi dan beberapa orang dari Jawa.

Setelah diadakan seleksi, terpilihlah 12 personel yaitu Iskandar, Dachlan, J Bitak, C Willems, J Darius, Achmad Kosasih, Bachri, Ali Akbar, M Amiruddin, Emanuel, Morawi dan Djarni semuanya berasal dari Kalimantan. Mereka mengikuti pelatihan selama seminggu dengan para pelatih Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) di bawah pimpinan Opsir Udara I Sudjono.

Pada tanggal 17 Oktober 1947 para peterjun dengan segala perlengkapannya melakukan persiapan di dekat landasan terbang Maguwo. Sesuai rencana mereka diterjunkan dengan pesawat Dakota C-47 RI-002 yang dipiloti Robert Earl Freberg seorang warga negara Amerika. Selain itu ikut pula anggota AURI yang mempunyai tugas khusus menangani PHB Radio ikut di pesawat tersebut, yaitu Kapten Udara Harry Hadisumantri seorang ahli montir radio dan Kapten FM Sujoto seorang ahli telegrafis Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Sebelum mereka diberangkatkan, KSAU Komodor Udara Suryadi Suryadarma memberikan petunjuk kepada para penerjun. Dhomber tidak ikut dalam pasukan terjun payung yang dilepas oleh KSAU tersebut, namun sehari setelahnya pada tanggal 18 Oktober 1947 Dhomber disusupkan ke Kalimantan dengan menggunakan pesawat Dakota C-47 RI-002 melalui Philipina dan kemudian menyusup ke Kalimantan Timur dengan menggunakan kapal laut.

Misi utama yang diemban Dhomber adalah untuk mengorganisir pergerakan perjuangan di Kalimantan Timur. Misi penyusupan ini melibatkan 12 orang yang dipimpin oleh Moeharto dengan anggota; Soeharnoko Harbani, Soenaryo, Bambang Saptoadji, Boedihardjo, Moelyono Adikusuma, dan Dhomber.

Dhomber yang sebelumnya pernah bergabung dengan kesatuan MN 1001 di bawah pimpinan Tjilik Riwut ditugaskan secara khusus memandu rombongan untuk memasuki wilayah Kalimantan Timur yang dikuasai oleh tentara Belanda NICA dan membangun jaringan mata-mata sekaligus mengorganisasi gerakan gerilyawan di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur, wilayah Kesultanan Bulungan yang berbatasan langsung dengan Sabah (British North Borneo) dan Filipina Selatan sekitar Kepulauan Sulu dan Mindanao.

Kawasan ini pernah digunakan oleh Sekutu untuk membangun jaringan mata-mata sebagai persiapan untuk merebut Pulau Tarakan dari tentara Jepang sekitar tahun 1943 yaitu dalam Operasi Pyiton dan Operasi Squirrel pada bulan April 1944.

Dengan menumpang kapal milik perusahaan De La Rama Shipping Company, MV Northen Hawker, Dhomber bersama Moelyono Adikusuma berlayar menuju Kalimantan Timur yang pada saat itu diduduki oleh NICA termasuk di dalamnya Kesultanan Bulungan. Rute perjalanan yang dilalui, dari Manila menuju Cebu City terus menuju Bais Dumaguete (Negros Occ) dilanjutkan ke Zamboanga lalu menuju Cotabato dan dilanjutkan ke Jolo.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1604 seconds (0.1#10.140)