Harlah ke-86, Ansor Sentil Banyak Pemimpin Tak Responsif Tangani Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gerakan Pemuda (GP) Ansor menilai langkah pemerintah dalam menangani penyebaran dan dampak virus corona (Covid-19) terkesan belum maksimal.
Banyak kebijakan pemerintah yang lamban dalam menyikapi kondisi di lapangan dan bahkan tumpang tindih dengan kebijakan lainnya.
Tidak mengherankan, hingga kini, penanganan Covid-19 terus menyisakan persoalan seperti minimnya alat pelindung diri (APD), rumah sakit (RS) menolak pasien hingga tidak efektifnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan di tengah kondisi itu, pihaknya menyayangkan sikap para pemimpin negeri ini yang justru terkesan menganggap tidak serius wabah Covid.
Padahal masalah yang dihadapi rakyat saat ini benar-benar berat. Tak hanya soal pekerjaan, katanya, Indonesia sebenarnya sedang menghadapi ancaman ketahanan pangan.
Yaqut menyampaikan itu saat peringatan Hari Lahir ke-86 GP Ansor tingkat nasional yang digelar secara virtual, Jumat 24 April 2020) malam.
Menurut Yaqut, jika fenomena ini tidak dipahami dengan baik maka dikhawatirkan akan menggerus mutual trust atai kepercayaan antara rakyat dengan pemerintah.
“Kita butuh pemimpin yang bergerak cepat, responsif menghadapi masalah, tidak justru selalu terlambat seperti sekarang,” kata pria yang biasa disapa Gus Yaqut ini. (Baca juga: Presiden-DPR Tunda Pembahasan Klaster Ketenagakerjaan, Demo Buruh Batal)
Dalam kondisi bencana nasional seperti sekarang, Gus Yaqut menilai butuh semangat untuk membangun rasa kebersamaan semua elemen bangsa. Dengan kebersamaan dan gotong royong maka beban penanganan Covid-19 ini bisa teratasi dengan maksimal.
Dia menyayangkan masih adanya sejumlah pemimpin yang justru bertindak seolah menakut-nakuti rakyat dengan kebijakan kontroversial atau pernyataannya. “Sudahlah, tak elok lagi dengan cara-cara begitu. Yang dibutuhkan justru sikap yang bijak dan ngayomi,” terang dia.
Di momen Harlah ke-86 GP Ansor, Gus Yaqut juga mengajak seluruh kader untuk menjadikan momen ini guna membangun rasa solidaritas tinggi terhadap sesama kader maupun masyarakat.
Dia mengakui saat pandemi banyak kader Ansor dan Banser di berbagai daerah menghadapi kondisi sulit. Namun Gus Yaqut mengajak pada kader untuk tidak mudah berputus asa. Untuk itu, masing-masing kader harus optimistis dan peka melihat kondisi kader terdekatnya.
“Misalnya temui dan tanya kader apakah masih memiliki beras dan sembako lainnya. Jika ada yang tak punya mari saatnya kita saling membantu,” ujar Gus Yaqut yang juga Wakil Ketua Komisi II DPR RI ini.
Untuk membantu meringankan beban masyarakat, Gus Yaqut juga mengajak para kader menyegerakan dalam menunaikan dan mendistribusikan zakat.
Langkah ini juga telah diinstruksikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam rangka menciptakan kesalehan sosial dan mengantipasi kemiskinan.
Dia juga mengapresiasi aksi nyata para kader Ansor dan Banser yang terus bergerak membantu penanganan Covid-19 seperti memberi bantuan sembako, alat pelindung diri (APD), bantuan medis atau bimbingan keagamaan.
“Jangan sampai kasus kelaparan yang menyebabkan meninggalnya saudara kita terulang lagi. Ini menyedihkan sekali,” kata Gus Yaqut.
Banyak kebijakan pemerintah yang lamban dalam menyikapi kondisi di lapangan dan bahkan tumpang tindih dengan kebijakan lainnya.
Tidak mengherankan, hingga kini, penanganan Covid-19 terus menyisakan persoalan seperti minimnya alat pelindung diri (APD), rumah sakit (RS) menolak pasien hingga tidak efektifnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan di tengah kondisi itu, pihaknya menyayangkan sikap para pemimpin negeri ini yang justru terkesan menganggap tidak serius wabah Covid.
Padahal masalah yang dihadapi rakyat saat ini benar-benar berat. Tak hanya soal pekerjaan, katanya, Indonesia sebenarnya sedang menghadapi ancaman ketahanan pangan.
Yaqut menyampaikan itu saat peringatan Hari Lahir ke-86 GP Ansor tingkat nasional yang digelar secara virtual, Jumat 24 April 2020) malam.
Menurut Yaqut, jika fenomena ini tidak dipahami dengan baik maka dikhawatirkan akan menggerus mutual trust atai kepercayaan antara rakyat dengan pemerintah.
“Kita butuh pemimpin yang bergerak cepat, responsif menghadapi masalah, tidak justru selalu terlambat seperti sekarang,” kata pria yang biasa disapa Gus Yaqut ini. (Baca juga: Presiden-DPR Tunda Pembahasan Klaster Ketenagakerjaan, Demo Buruh Batal)
Dalam kondisi bencana nasional seperti sekarang, Gus Yaqut menilai butuh semangat untuk membangun rasa kebersamaan semua elemen bangsa. Dengan kebersamaan dan gotong royong maka beban penanganan Covid-19 ini bisa teratasi dengan maksimal.
Dia menyayangkan masih adanya sejumlah pemimpin yang justru bertindak seolah menakut-nakuti rakyat dengan kebijakan kontroversial atau pernyataannya. “Sudahlah, tak elok lagi dengan cara-cara begitu. Yang dibutuhkan justru sikap yang bijak dan ngayomi,” terang dia.
Di momen Harlah ke-86 GP Ansor, Gus Yaqut juga mengajak seluruh kader untuk menjadikan momen ini guna membangun rasa solidaritas tinggi terhadap sesama kader maupun masyarakat.
Dia mengakui saat pandemi banyak kader Ansor dan Banser di berbagai daerah menghadapi kondisi sulit. Namun Gus Yaqut mengajak pada kader untuk tidak mudah berputus asa. Untuk itu, masing-masing kader harus optimistis dan peka melihat kondisi kader terdekatnya.
“Misalnya temui dan tanya kader apakah masih memiliki beras dan sembako lainnya. Jika ada yang tak punya mari saatnya kita saling membantu,” ujar Gus Yaqut yang juga Wakil Ketua Komisi II DPR RI ini.
Untuk membantu meringankan beban masyarakat, Gus Yaqut juga mengajak para kader menyegerakan dalam menunaikan dan mendistribusikan zakat.
Langkah ini juga telah diinstruksikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam rangka menciptakan kesalehan sosial dan mengantipasi kemiskinan.
Dia juga mengapresiasi aksi nyata para kader Ansor dan Banser yang terus bergerak membantu penanganan Covid-19 seperti memberi bantuan sembako, alat pelindung diri (APD), bantuan medis atau bimbingan keagamaan.
“Jangan sampai kasus kelaparan yang menyebabkan meninggalnya saudara kita terulang lagi. Ini menyedihkan sekali,” kata Gus Yaqut.
(dam)