Cerita Haedar Nashir soal Pesan Terakhir dan Air Mata Buya Syafii Maarif
loading...
A
A
A
“Jumat lalu saya juga sempat menemani di sini, semalam sebenarnya beliau ya masih baik tetapi kondisi pernafasannya terkait jantung lalu ditangani oleh dokter. Tadi pagi sekitar jam setengah tujuh masih bisa berkomunikasi, sarapan pagi seperlunya tapi sekitar setengah delapan beliau kritis sampai jam 10.15,” katanya.
Haedar mengatakan penanganan yang dilakukan oleh dokter RS PKU Muhammadiyah sudah maksimal. Tim dokter bahkan berkoordinasi dengan tim dokter kepresidenan atas instruksi Presiden RI. Tim dokter kepresidenan menilai penanganan di RS PKU Muhammadiyah Gamping sangat lengkap dan mencukupi sehingga terintegrasi ke tim dokter juga.
Manusia memang wajib berikhtiar. Tetapi bagaimana pun Tuhan yang menentukan. Hari ini, Haedar berencana bertolak ke Bandung. Tetapi dalam perjalanan datang telepon dari direktur PKU Muhammadiyah Gamping bahwa kondisi Buya Syafii kritis. Haedar langsung ke Yogyakarta menuju RS PKU Muhammadiyah Gamping.
“Sempat sekitar setengah jam menemani beliau sampai beliau dipanggil Allah. Karena itu, kami Muhammadiyah dan bangsa Indonesia tentu saja berduka atas kehilangan bapak bangsa yang melintasi, milik semua orang, tokoh yang humanis, tulus, dan pemikiran-pemikirannya sangat luas wawasan dan melampaui,” ungkap Haedar, Jumat (27/5).
Haedar mengatakan penanganan yang dilakukan oleh dokter RS PKU Muhammadiyah sudah maksimal. Tim dokter bahkan berkoordinasi dengan tim dokter kepresidenan atas instruksi Presiden RI. Tim dokter kepresidenan menilai penanganan di RS PKU Muhammadiyah Gamping sangat lengkap dan mencukupi sehingga terintegrasi ke tim dokter juga.
Manusia memang wajib berikhtiar. Tetapi bagaimana pun Tuhan yang menentukan. Hari ini, Haedar berencana bertolak ke Bandung. Tetapi dalam perjalanan datang telepon dari direktur PKU Muhammadiyah Gamping bahwa kondisi Buya Syafii kritis. Haedar langsung ke Yogyakarta menuju RS PKU Muhammadiyah Gamping.
“Sempat sekitar setengah jam menemani beliau sampai beliau dipanggil Allah. Karena itu, kami Muhammadiyah dan bangsa Indonesia tentu saja berduka atas kehilangan bapak bangsa yang melintasi, milik semua orang, tokoh yang humanis, tulus, dan pemikiran-pemikirannya sangat luas wawasan dan melampaui,” ungkap Haedar, Jumat (27/5).
(muh)