Kenangan Doni Monardo bersama Yuri sang Pahlawan Perang Melawan Covid-19
loading...
A
A
A
Dalam menyiapkan materi keterangan pers, ia dibantu tim Gugus Tugas, termasuk data dari Prof Wiku Adisasmito sebagai koordinator Tim Pakar bersama Dewi Nur Aisyah, PhD. Yang juga memb-back-up Yuri adalah dua sosok wartawan senior, Tommy Suryopratomo (sekarang Dubes RI untuk Singapura), dan Egy Massadiah (Tenaga Ahli Kepala BNPB). Sosok lain adalah sekelompok anak muda kreatif yang dikoordinir Tubagus Arie Rukmantara (Unicef Indonesia).
Keterangan harian Yuri menjadi sumber rujukan media massa. Kehadirannya dinanti para pemburu warta. Bukan hanya itu, update kasus Covid-19 juga menjadi sumber informasi bagi seluruh bangsa. "Termasuk menjadi rujukan gugus tugas Covid-19 mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat RT/RW," tutur Doni Monardo.
Informasi harian Yuri juga memuat perkembangan terakhir pertambahan kasus baru, sembuh, dan meninggal. Bukan saja bicara angka dan statistik, tetapi juga mereviu perkembangan Covid di setiap daerah di seluruh Indonesia. Provinsi mana yang naik, provinsi mana yang turun, dan seterusnya.
"Beliau adalah sosok yang sangat sabar dan pekerja keras. Mau menghimpun semua data dan informasi, termasuk data manca negara untuk disampaikan kepada publik. Almarhum menjalankan fungsi sosialisasi dan edukasi yang sangat berharga demi terkendalinya penyebaran wabah di Tanah Air. Beliau adalah salah satu pahlawan Covid-19," tegas Doni.
Di sela kesibukan mengurus bencana alam dan nonalam (pandemi), setiap hari Doni hampir tidak pernah lupa bertanya kepada staf, termasuk ke Egy Massadiah, "Tolong cek di bawah, Pak Yuri sudah siap apa belum?". Doni pun mengikuti perkembangan yang terjadi di Gugus Tugas, termasuk tugas pokok Yuri sebagai jubir.
Doni termasuk yang memperhatikan bahwa setiap hari Yuri tampil mengenakan batik berbeda, selaras dengan masker yang dikenakan. "Akhirnya saya juga tahu, ternyata baju-baju batik serta masker itu adalah jahitan langsung tangan istrinya. Pak Yuri juga gemar melukis. Jadi beberapa motif batik yang ia kenakan itu adalah hasil goresan tangan Pak Yuri, terutama yang motif harimau," cerita Doni.
Selama kurang lebih empat bulan bertugas sebagai juru bicara Gugus Tugas, Yuri mencatatkan tiga prestasi yang sangat mengagumkan. Pertama, tidak pernah absen. Itu artinya, tampil setiap hari tanpa pernah terjeda sehari pun. Kedua, tidak pernah terlambat. Ia selalu hadir minimal 30 menit sebelum acara dimulai pukul 15.30 WIB. Ketiga, tidak pernah sakit.
Doni menangkap kesan, sejak ditunjuk menjadi Jubir Covid, almarhum berusaha semaksimal mungkin memberi pelayanan terbaik untuk bangsa dan negara. Karena itu, beberapa kali Doni menegaskan kalimat; ihwal Yuri sebagai orang yang berjasa kepada bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, karena dia bisa mengintegrasikan seluruh daerah untuk mengikuti perkembangan covid secara nasional.
Ketika tugas sebagai jubir berakhir 20 Juli 2020, Yuri mencatatkan bilangan 140 hari bertugas sebagai jubir. Sebanyak bilangan itu pula ia tampil di depan televisi secara rutin setiap pukul 15.30 WIB. Sebanyak itu pula ia memiliki pasangan baju dan masker batik dengan aneka desain flora-fauna yang unik, yang sebagian motif adalah goresan tangan Yuri sendiri.
Keterangan harian Yuri menjadi sumber rujukan media massa. Kehadirannya dinanti para pemburu warta. Bukan hanya itu, update kasus Covid-19 juga menjadi sumber informasi bagi seluruh bangsa. "Termasuk menjadi rujukan gugus tugas Covid-19 mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai ke tingkat RT/RW," tutur Doni Monardo.
Informasi harian Yuri juga memuat perkembangan terakhir pertambahan kasus baru, sembuh, dan meninggal. Bukan saja bicara angka dan statistik, tetapi juga mereviu perkembangan Covid di setiap daerah di seluruh Indonesia. Provinsi mana yang naik, provinsi mana yang turun, dan seterusnya.
"Beliau adalah sosok yang sangat sabar dan pekerja keras. Mau menghimpun semua data dan informasi, termasuk data manca negara untuk disampaikan kepada publik. Almarhum menjalankan fungsi sosialisasi dan edukasi yang sangat berharga demi terkendalinya penyebaran wabah di Tanah Air. Beliau adalah salah satu pahlawan Covid-19," tegas Doni.
Di sela kesibukan mengurus bencana alam dan nonalam (pandemi), setiap hari Doni hampir tidak pernah lupa bertanya kepada staf, termasuk ke Egy Massadiah, "Tolong cek di bawah, Pak Yuri sudah siap apa belum?". Doni pun mengikuti perkembangan yang terjadi di Gugus Tugas, termasuk tugas pokok Yuri sebagai jubir.
Doni termasuk yang memperhatikan bahwa setiap hari Yuri tampil mengenakan batik berbeda, selaras dengan masker yang dikenakan. "Akhirnya saya juga tahu, ternyata baju-baju batik serta masker itu adalah jahitan langsung tangan istrinya. Pak Yuri juga gemar melukis. Jadi beberapa motif batik yang ia kenakan itu adalah hasil goresan tangan Pak Yuri, terutama yang motif harimau," cerita Doni.
Selama kurang lebih empat bulan bertugas sebagai juru bicara Gugus Tugas, Yuri mencatatkan tiga prestasi yang sangat mengagumkan. Pertama, tidak pernah absen. Itu artinya, tampil setiap hari tanpa pernah terjeda sehari pun. Kedua, tidak pernah terlambat. Ia selalu hadir minimal 30 menit sebelum acara dimulai pukul 15.30 WIB. Ketiga, tidak pernah sakit.
Doni menangkap kesan, sejak ditunjuk menjadi Jubir Covid, almarhum berusaha semaksimal mungkin memberi pelayanan terbaik untuk bangsa dan negara. Karena itu, beberapa kali Doni menegaskan kalimat; ihwal Yuri sebagai orang yang berjasa kepada bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, karena dia bisa mengintegrasikan seluruh daerah untuk mengikuti perkembangan covid secara nasional.
Ketika tugas sebagai jubir berakhir 20 Juli 2020, Yuri mencatatkan bilangan 140 hari bertugas sebagai jubir. Sebanyak bilangan itu pula ia tampil di depan televisi secara rutin setiap pukul 15.30 WIB. Sebanyak itu pula ia memiliki pasangan baju dan masker batik dengan aneka desain flora-fauna yang unik, yang sebagian motif adalah goresan tangan Yuri sendiri.