Fahri Hamzah: Kabinet Babak Belur, Semoga Presiden Menyadari!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fahri Hamzah kembali melontarkan kritik terhadap pemerintahan Presiden Jokowi . Dia menilai kabinet pemerintahan saat ini tidak mampu bekerja secara optimal karena ulah segelintir menteri yang berambisi ke Pilpres 2024.
”Secara umum, semua menteri yg punya konflik kepentingan baik pribadi maupun jabatan sebaiknya mengundurkan diri. Kabinet ini babak belur padahal masih 2,5 tahun. Saat Krisis menghadang tapi menteri pada cari cuan dan popularitas. Akhirnya presiden menanggung beban sendiri!” cuit Fahri, Rabu (11/5/2022).
Fahri mengatakan, seharusnya para menteri tahu diri, tidak perlu menunggu Presiden Jokowi kembali menegaskan pernyataan yang melarang pejabat merangkap jabatan ”Seharusnya mereka mundur demi menghormati Keputusan Presiden,” kata wakil ketua umum Partai Gelora Indonesia itu.
Tetapi Fahri melihat fenomena kabinet sekarang adalah berkembangnya budaya tidak tahu diri. Para menteri seperti sedang melakukan aji mumpung.
”Dan kalau mereka menganggap diri profesional ya profesional aja, curahkan ilmu sedalam2nya untuk membereskan kerja2 besar yang ditugaskan oleh Presiden. Habis itu kembali aja ke dunia profesional. Tapi pada Aji Mumpung melihat popularitas sebagai segala2nya. Pengen berkuasa!” tulis mantan wakiil ketua DPR ini.
Motivasi tersebut, lanjut Fahri, membuat jabatan yang diemban tidak punya dampak pada masyarakat. Yang tampak hanya kerja-kerja mencaii popularitas.
“Akhirnya kepercayaan yang begitu besar dari Presiden dan kekuasaan yang begitu luas justru dipakai untuk membangun popularitas dan tentunya menambah pundi2 dengan alasan biaya politik. Tanpa Canggung mereka bangga dengan semuanya padahal kerja tidak becus!” kata Fahri.
Fahri menyadari bahwa aturan rangkap jabatan di Indonesia belum ketat. Meskipun begitu para menteri yang mengenyam peendidikan barat seharusnya tahu diri bahwa konflik kepentingan sebaiknya dihindari. Pengabdian adalah pengabdian, tidak bisa dicampuradukkan dengan agenda pribadi.
”Mungkin saja mereka para pedagang ini yang juga menjadi pejabat, sukses meyakinkan presiden bahwa mereka lebih efektif kalau jadi pejabat dibandingkan birokrat atau politisi. boleh saja, dan boleh jadi presiden percaya. tapi catat omongan saya ini awal bencana bagi kalian semua,” ujar dia.
Fahri menilai kelompok yang dijuluki penguasa pengusaha tidak memahami makna luhur jadi abdi negara. Folosofi abdi negara dicampur baur sehingga kerja mereka sebagai pejabat tidak fokus.
”Parahnya sampai pd tahap bikin kebijakan yg untungkan pribadi. Semoga presiden sadar bahwa kabinet harus dipulihkan keadaannya. Waktu 2,5 tahun masih panjang untuk fokus mengerjakan banyak hal bagi kepentingan umum yang masih banyak terbengkalai dan apa lagi krisis Global mengancam keadaan kita sekarang! Semoga presiden menyadari.!” kata Fahri.
”Secara umum, semua menteri yg punya konflik kepentingan baik pribadi maupun jabatan sebaiknya mengundurkan diri. Kabinet ini babak belur padahal masih 2,5 tahun. Saat Krisis menghadang tapi menteri pada cari cuan dan popularitas. Akhirnya presiden menanggung beban sendiri!” cuit Fahri, Rabu (11/5/2022).
Fahri mengatakan, seharusnya para menteri tahu diri, tidak perlu menunggu Presiden Jokowi kembali menegaskan pernyataan yang melarang pejabat merangkap jabatan ”Seharusnya mereka mundur demi menghormati Keputusan Presiden,” kata wakil ketua umum Partai Gelora Indonesia itu.
Tetapi Fahri melihat fenomena kabinet sekarang adalah berkembangnya budaya tidak tahu diri. Para menteri seperti sedang melakukan aji mumpung.
”Dan kalau mereka menganggap diri profesional ya profesional aja, curahkan ilmu sedalam2nya untuk membereskan kerja2 besar yang ditugaskan oleh Presiden. Habis itu kembali aja ke dunia profesional. Tapi pada Aji Mumpung melihat popularitas sebagai segala2nya. Pengen berkuasa!” tulis mantan wakiil ketua DPR ini.
Motivasi tersebut, lanjut Fahri, membuat jabatan yang diemban tidak punya dampak pada masyarakat. Yang tampak hanya kerja-kerja mencaii popularitas.
“Akhirnya kepercayaan yang begitu besar dari Presiden dan kekuasaan yang begitu luas justru dipakai untuk membangun popularitas dan tentunya menambah pundi2 dengan alasan biaya politik. Tanpa Canggung mereka bangga dengan semuanya padahal kerja tidak becus!” kata Fahri.
Fahri menyadari bahwa aturan rangkap jabatan di Indonesia belum ketat. Meskipun begitu para menteri yang mengenyam peendidikan barat seharusnya tahu diri bahwa konflik kepentingan sebaiknya dihindari. Pengabdian adalah pengabdian, tidak bisa dicampuradukkan dengan agenda pribadi.
”Mungkin saja mereka para pedagang ini yang juga menjadi pejabat, sukses meyakinkan presiden bahwa mereka lebih efektif kalau jadi pejabat dibandingkan birokrat atau politisi. boleh saja, dan boleh jadi presiden percaya. tapi catat omongan saya ini awal bencana bagi kalian semua,” ujar dia.
Fahri menilai kelompok yang dijuluki penguasa pengusaha tidak memahami makna luhur jadi abdi negara. Folosofi abdi negara dicampur baur sehingga kerja mereka sebagai pejabat tidak fokus.
”Parahnya sampai pd tahap bikin kebijakan yg untungkan pribadi. Semoga presiden sadar bahwa kabinet harus dipulihkan keadaannya. Waktu 2,5 tahun masih panjang untuk fokus mengerjakan banyak hal bagi kepentingan umum yang masih banyak terbengkalai dan apa lagi krisis Global mengancam keadaan kita sekarang! Semoga presiden menyadari.!” kata Fahri.
(muh)