Fahri Hamzah: Jarak Kita dengan Papua Harus Dipotong Secara Komprehensif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengungkapkan ada 'jarak' antara kita dengan Papua. Jarak itu bukan semata secara fisik, walau memang jarak antara Jakarta dengan Papua , jauhnya sama dengan jarak dari Jakarta ke Arab Saudi.
Maka, kata Fahri, ketika Presiden Jokowi memutuskan untuk 'memotong' jarak itu dengan membangun infrastruktur, mengingatkan dirinya tentang adanya jarak-jarak lainnya yang juga harus dipotong yaitu jarak secara kejiwaan.
"Saya mengusulkan agar kita 'memotong jarak' antara kita dengan Papua secara komprehensif, fisik dan non-fisik," ujar Fahri dalam Webinar Moya Institute yang bertajuk “Teror Menyergap Papua", yang digelar secara hibrid di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Menurut Fahri, prang Papua itu harus diyakinkan hatinya bahwa antara Orang Asli Papua (OAP) dengan orang Indonesia lainnya adalah sama dan bersaudara secara fundamental. Sehingga, hal-hal elementer lain yang terkait dengan itu harus dijelaskan secara masif melalui dunia pendidikan.
"Memang realitasnya, Papua bergabung dengan Indonesia dengan dasar Pepera 1969 yang sudah diakui PBB. Tapi kita juga harus menceritakan pada orang Papua, bahwa daerah-daerah di Indonesia bergabung seluruhnya dengan Indonesia segera setelah Indonesia merdeka, tanpa kecuali," jelas Fahri.
"Kampung saya, Sumbawa, bergabung dengan NKRI tahun 1953. Raja Sumbawa kala itu, menyerahkan seluruh aset daerah ke pemerintah pusat dan menyatakan bergabung dengan NKRI. Sehingga kami pun dikelola dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia," tambahnya.
Sementara itu, Pemerhati Isu-isu Strategis Prof Imron Cotan mengatakan sekitar dua tahun terakhir, pemerintah pusat sebenarnya sudah meluncurkan program Papua Muda Inspiratif untuk memberdayakan generasi milenial Papua.
Dalam program itu, pemerintah telah membangun Hub-Hub yang memberi ruang bagi kaum muda Papua untuk saling berinteraksi dan berjejaring guna mengembangkan potensi daerah di bidang perkebunan, pertanian, dan perikanan.
"Terutama yang sekarang sedang menuai hasilnya itu adalah tanaman jagung. Jadi, diam-diam, generasi milenial Papua itu bergerak," ungkap Imron.
Dia melanjutkan kita patut bersyukur bahwa program ini didukung oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian besar pada Papua dengan menyisihkan dana Corporate Social Responsibility mereka guna menopang program tersebut.
Maka, kata Fahri, ketika Presiden Jokowi memutuskan untuk 'memotong' jarak itu dengan membangun infrastruktur, mengingatkan dirinya tentang adanya jarak-jarak lainnya yang juga harus dipotong yaitu jarak secara kejiwaan.
"Saya mengusulkan agar kita 'memotong jarak' antara kita dengan Papua secara komprehensif, fisik dan non-fisik," ujar Fahri dalam Webinar Moya Institute yang bertajuk “Teror Menyergap Papua", yang digelar secara hibrid di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Menurut Fahri, prang Papua itu harus diyakinkan hatinya bahwa antara Orang Asli Papua (OAP) dengan orang Indonesia lainnya adalah sama dan bersaudara secara fundamental. Sehingga, hal-hal elementer lain yang terkait dengan itu harus dijelaskan secara masif melalui dunia pendidikan.
"Memang realitasnya, Papua bergabung dengan Indonesia dengan dasar Pepera 1969 yang sudah diakui PBB. Tapi kita juga harus menceritakan pada orang Papua, bahwa daerah-daerah di Indonesia bergabung seluruhnya dengan Indonesia segera setelah Indonesia merdeka, tanpa kecuali," jelas Fahri.
"Kampung saya, Sumbawa, bergabung dengan NKRI tahun 1953. Raja Sumbawa kala itu, menyerahkan seluruh aset daerah ke pemerintah pusat dan menyatakan bergabung dengan NKRI. Sehingga kami pun dikelola dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia," tambahnya.
Sementara itu, Pemerhati Isu-isu Strategis Prof Imron Cotan mengatakan sekitar dua tahun terakhir, pemerintah pusat sebenarnya sudah meluncurkan program Papua Muda Inspiratif untuk memberdayakan generasi milenial Papua.
Dalam program itu, pemerintah telah membangun Hub-Hub yang memberi ruang bagi kaum muda Papua untuk saling berinteraksi dan berjejaring guna mengembangkan potensi daerah di bidang perkebunan, pertanian, dan perikanan.
"Terutama yang sekarang sedang menuai hasilnya itu adalah tanaman jagung. Jadi, diam-diam, generasi milenial Papua itu bergerak," ungkap Imron.
Dia melanjutkan kita patut bersyukur bahwa program ini didukung oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian besar pada Papua dengan menyisihkan dana Corporate Social Responsibility mereka guna menopang program tersebut.