Pegiat Lingkungan Ungkap Sejumlah Dampak Positif Pandemi bagi Masyarakat

Selasa, 29 Maret 2022 - 18:06 WIB
loading...
Pegiat Lingkungan Ungkap...
Jaya Suprana, pegiat lingkungan hidup Made Janur Yasa, dan dosen Ilmu Filsafat UI Rocky Gerung dalam Talkshow Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup: Filosofi Tat Twam Asi di Galeri MURI, Mall of Indonesia, Jakarta. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang belum juga tuntas, dinilai memberi sejumlah dampak positif bagi masyarakat. Hal ini dikatakan pegiat lingkungan hidup, Made Janur Yasa dalam Talkshow "Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup: Filosofi Tat Twam Asi" di Galeri MURI, Mall of Indonesia, Jakarta.

Baca juga: Program Bansos Kemensos Ringankan Dampak Pandemi

Acara yang dimoderatori Jaya Suprana juga menghadirkan dosen Ilmu Filsafat UI Rocky Gerung. Menurut Made, semua manusia punya kewajiban menolong orang lain dan tidak menyakiti orang lain.



"Konsep Tat Twam Asi yang artinya saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama, mengajarkan semua manusia punya kewajiban menolong orang lain dan tidak menyakiti orang lain," kata Made Janur dalam keterangannya, Selasa (29/3/2022).

Dalam kaitan masa pandemi dan mencintai lingkungan, kata Made, Tat Twam Asi itu membangun kebiasaan baru bagaimana hidup berdampingan antara masyarakat dan lingkungan hidup secara harmoni

"Saya kebetulan dalam pandemi ini di Indonesia ini perlu beras, makannya beras, jadi beras itu sebagai barter. Karena kalau dikasih uang Rp10 ribu habis, kalau dikasih beras satu liter itu rasanya lain, memberikan kehidupan, saling memberi," ucap Made Janur

Made Janur menjelaskan, untuk mengubah kebiasaan masyarakat terutama kebiasaan membuang sampah harus dilakukan secara bersinergi antara masyarakat dengan pemerintah.

"Mengubah kebiasaan harus melalui aksi, jadi itu yang saya bilang edukasi, ada edukasi di dalam aksi," ucapnya.

Menurutny, kolaborasi dengan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan globalisasi saat ini. Made Janur, merupakan pencetus ide menukar sampah plastik dengan beras.

Pada masa pandemi, menukar plastik dengan beras diyakini sangat menguntungkan masyarakat dan bisa membawa perubahan.

Ide tersebut diawali pada bulan Mei 2020. Awalnya Yasa hanya menjalankan barter tersebut di desanya. Kemudian program tersebut menyebar ke desa-desa lainnya di Bali.

"Saya berpikir, jika berhasil di desa saya, itu akan berhasil di tempat lain juga. Saya menyadari hal ini menjadi lebih besar dari yang pernah saya bayangkan," ucapnya.

Made Janur mengungkapkan, barter sampah dengan beras didasari nilai kearifan lokal Bali. Nilai ini adalah Tri Hita Karana, yaitu tiga cara untuk mencapai kebahagiaan, martabat, dan hubungan antar manusia.

Dalam program barternya, dia bekerja bergantung dari jumlah sampah yang dibawa masyarakat. Setiap kategori memiliki nilai yang berbeda. Program juga bekerja sama dengan perusahaan yang membutuhkankan daur ulang plastik.

"Kami membeli beras dari petani. Jadi, kami benar-benar menciptakan ekonomi sirkular ini, mendukung para petani dan kemudian kami juga membersihkan lingkungan dan memberi makan orang-orang di komunitas itu," jelas Made Janur.

Pada akhir acara, Jaya Suprana menganugerahkan rekor Muri kepada Made. Dia pun menyampaikan apresiasinya terhadap Jaya Suprana.

"Saya merasa terhormat dan merasa bangga dengan adanya MURI ini, karena banyak sekali yang namanya prestasi yang kita punya di Indonesia yang perlu mendapatkan penghargaan," tutup Made Janur Yasa.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1684 seconds (0.1#10.140)